EKOSISTEM AIR TAWAR DAN LAUT
Oleh Riyanto, SP
Pengertian dan
definisi dari ekosistem air adalah ekosistem yang faktor lingkungannya
eksternalnya yang didominasi oleh air sebagai habitat dari berbagai organisme
air. Ekosistem air dapat dibedakan menjadi beberapa ekosistem yaitu :
Ekosistem
Sungai (ekosistem air tawar)
Untuk dapat
membedakan dengan ekosistem lainnya perlu diketahui Ciri-ciri ekosistem air
tawar dan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Salinitas (kadar
garam) rendah, lebih rendah jika dibandingkan dengan sitoplasma.
Variasi suhu antara
siang dan malam tidak terlalu besar.
Penetrasi
(masuknya) cahaya matahari terbatas/kurang.
Ekosistem air tawar
tetap dipengaruhin oleh iklim dan cuaca, meskipun pengaruh tersebut relatif
kecil apabila dibandingkan dengan ekosistem darat.
Berdasarkan gerak
airnya ekosistem air tawar dapat dibedakan menjadi ekosistem lentik dan lotik.
Ekosistem
Lentik adalah ekosistem yang airnya tenang atau
diam misalnya danau, telaga dan rawa. Ekosistem air tenang ini mencakup
beberapa ekosistem antara lain danau dan juga rawa. Untuk danau sendiri kembali
dibagi ke dalam 4 wilayah yakni :
Wilayah Litoral :
Titik ini adalah wilayah danau yang dangkal dimana cahaya menembus kedalaman
air secara optimal. Suhu airnya lumayan hangat sebab berdekatan dengan tepi
danau pada wilayah ini diketemukan tumbuhan air dengan akar dimana bagian
daunnya mencuat ke permukaan air.
Wilayah Limnetik :
Adalah wilayah danau yang agak jauh dari tepi danau namun airnya masih bisa
ditembus oleh cahaya matahari wilayah danau yang satu ini banyak dihuni oleh
fitoplankton juga ganggang dan cynobakteri.
Wilayah Profundal :
Merupakan wilayah danau dengan tingkat kedalaman yang tinggi dan biasa disebut
wilayah afotik wilayah ini banyak dihuni cacing juga beragam jenis mikroba.
Wilayah bentik.
Daerah ini berada di titik paling dasar dari danau dan di tempat ini terdapat
beragam bentos juga sisaorganisme-organisme yang telah mati.
Ekosistem
Lotik adalah
ekosistem yang airnya bergerak mengalir misalnya selokan, parit atau sungai.
Ciri-ciri ekosistem lotik adalah airnya mengalir dan merupakan ekosistem
terbuka dari kadar oksigen terlarut relatif tinggi. Aliran air dalam ekosistem
lotik merupakan faktor pembatas bagi organisme yang ada di dalamnya artinya
organisme yang tidak dapat melakukan adaptasi terhadap adanya aliran air akan
tersingkir. Aliran ini juga dapat menjadi penentu jenis dan komposisi komponen
biotik dalam ekosistem. Aliran air tergantung pada topografi besarnya sungai
dan debit air yang mengalir misalnya jenis organisme di pinggir sungai berbeda
dengan jenis organisme di dalam atau di dasar sungai. Ekosistem lotik tidak
tetap melainkan berubah tergantung pada musim air sungai keruh dan banjir di
musim hujan sedangkan di musim kemarau airnya kecil dan bahkan mengering.
Keadaan ini merupakan suatu indikator adanya kerusakan ekosistem darat didaerah
sungai. Sebagai suatu ekosistem terbuka ekosistem lotik memperoleh kiriman
ebahan organik yang terbawa aliran air dari daerah hulu atau daratan misalnya
berupa bangkai, sampah atau daun-daun yang gugur ke sungai. Meskipun dari
ekosistem lotik itu sendiri hewan-hewan dapat memperoleh makanan beberapa hewan
sungai ada yang memakan bahan organik yang terbawa aliran air. Jadi ekosistem
lotik mendapat pengaruh yang besar dari ekosistem daratan.
Sebagai ekosistem
yang aliran air memudahkan terjadinya persentuhan antara permukaan air yang
luas dengan udara. Apalagi jika disepanjang ekosistem lotik terdapat jeram,
riak-riak kecil dan air terjun. Keadaan yang demikian menyebabkan kadar oksigen
terlarut relatif tinggi. Tingginya kadar oksigen memberikan kondisi pada
hewan-hewan sungai untuk hidup dilingkungan yang cukup oksigen sehingga mereka
menjadi peka terhadap kekurangan oksigen. Adanya bahan pencemar yang dapat mereduksi
(mengurangi) oksigen terlarut dapat menimbulkan bencana bagi hewan air itu.
Ekosistem
Laut
Indonesia merupakan
negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau yang dikelilingi oleh
lautan. Ekosistem laut Indonesia sangat menentukan iklim (suhu, kelembapan,
angin) flora dan fauna serta kehidupan penduduk. Luas perairan laut di daerah
pesisir dapat dilihat di bawah ini :
Laut :
Perairan teritorial
(sampai batas 12 mil laut): 5,1 x 106 km2
Paparan benua
(sampai kedalaman 200 m): 3,0 x 106 km2
Ekonomi ekslusif
200 mil : 2,7x 106 km2
Wilayah
Pesisir :
Panjang pantai : 81
x 1012 km²
Hutan payau : 10 x
106 km²
Hutan bakau : 3,6 x
106 km²
Tambak : 183 x 1012
km²
Ekosistem Laut
memiliki sifat khas yang tidak dimiliki oleh ekosistem lainnya sifat-sifat itu antara
lain sebagai berikut :
Berkadar garam
sekitar 0,3% yang mirip dengan kepekatan protoplasma.
Terdapat kehidupan
disemua kedalaman, kecuali di dasar laut yang sangat dalam.
Ekosistem laut
saling bersambungan, dan memiliki kemungkinan untuk bercampur karena adanya
sirkulasi air laut.
Rantai makanan
relatif panjang dengan kata lain, disepanjang rantai makanan terjadi pemboroson
energi.
Lautan Indonesia
merupakan lautan tropik dengan suhu di lapisan permukaan yang relatif tinggi
yaitu 26-30°C sementara di lapisan lebih dalam suhunya lebih rendah cahaya
matahari menciptakan stratifikasi termal secara vertikal. Maksudnya suhu air
laut dipermukaan relatif tinggi dan semakin kedalam suhunya semakin rendah
karena daerah permukaan air laut cukup menerima cahaya matahari sepanjang tahun
maka produktifitas produser (fitoplankton) cukup tinggi. Curah hujan di
Indonesia cukup tinggi yang mengakibatkan lapisan pemukaan laut memiliki kadar
garam rendah berkisar antara 27-33 %°C sedangkan di bagian lebih dalam kadar garamnya
lebih tinggi. Ekosistem laut lebih stabil terhadap pengaruh musim dibandingkan
ekosistem darat. Seperti halnya hutan tropik, lautan tropik, memiliki
keanekaragaman yang tinggi namun besarnya populasi masing-masing spesies
rendah. Oleh karena itu bentuk rantai makanan di perairan Indonesia menjadi
kompleks hal ini berbeda dengan lautan subtropik yang memiliki keanakaragaman
rendah tetapi jumlah populasi spesiesnya tinggi. Di daerah pantai di Indonesia
berkembang komunitas hayati yang khas misalnya terumbu karang, hutan payau
(mangrove) dan rumput laut.
Di dalam ekosistem
laut terdapat stratifikasi kedalaman akibat intensitas cahaya, suhu, kandungan
mineral yang pada akhirnya menentukan keanekaragaman hayati yang ada
didalamnya. Seolah-olah terdapat dua lapisan yang terpisah yaitu lapisan atas
dan lapisan bawah. Berdasarkan intensitas cahaya matahari yang dapat
mencapainya ekosistem laut dibedakan menjadi ekosistem laut dalam dan ekosistem laut dangkal. Indonesia sebagai negara
kepulauan mempunyai laut yang luas dengan potensi sumberdaya alam yang besar di
dalamnya. Ekosistem Laut merupakan ekosistem yang letaknya di laut maupun
pesisir pantai. Ekosistem laut dibedakan menjadi ekosistem laut dalam dan ekosistem laut dangkal.
Ekosistem
Laut Dalam
Bila kita melihat
laut yang warnanya biru tua tentu kita mengetahuinya sebagai laut yang sangat
dalam. Laut yang dalam sangat gelap tidak ada cahaya matahari, cahaya matahari
hanya dapat menembus air laut hingga kedalaman 20-30 m. Lebih dalam dari itu
cahaya matahari tidak dapat menembusnyadan di laut dalam cahaya matahari tidak
dapat menembus atau tidak sampai ke dasar laut, daerah ini disebut daerah afotik. Ini berarti bahwa di laut tidak terjadi
fotosintesis kadar oksigennya juga rendah didaerah demikian itu tidak terdapat
produser yang fotoautotrof. Yang terdapat hanyalah organisme heterotrof yang
mengandalkan jatuhnya sisa-sisa organik dari lapisan diatasnya jadi di laut
dalam terdapat detritivor dan scavanger. Keanekaragaman hayatinya rendah jika
tidak ada arus laut yang “mengaduk” daur mater di dalam laut dalam merupakan
daur yang terputus. Semua makanan yang masuk ke laut dalam akhirnya diurai dan
diendapkan di dasar laut jadi dilaut dalam terdapat zat-zat organik yang lebih
kaya dibandingkan dengan di laut dangkal.
Ekosistem
Laut Dangkal
Sedangkan di
pesisir pantai kita dapat menikmati keindahan alam yang ada serta dapat
berrekreasi dengan wisata pantai seperti berenang, berperahu, memancing dan
aktivitas lainnya. Daerah ini merupakan daerah laut yang dangkal banyak
aktivitas di dalamnya. Laut dangkal merupakan daerah fotik yang berarti daerah yang dapat
dicapai oleh cahaya matahari. Di daerah ini berlangsung proses fotosintesis dan
produser yang berperan adalah fitoplankton dan gangang laut mikroskopis. Kadar
oksigen di daerah ini lebih tinggi dari pada di daerah afotik di laut dalam
oleh sebab itu daerah yang demikian memiliki keanekaragaman hayati tinggi.
Contoh ekosistem laut dangkal adalah ekosistem terumbu karang, ekosistem pantai
batu dan ekosistem pantai lumpur.
a)
Ekosistem Terumbu Karang
Di dalam ekosistem
ini banyak ditemukan cangkang coelenterata yang telah mati yang menyusun batu
karang. Cangkang yang mati beserta hewan-hewan air selurunya disebut sebagai
terumbu karang. Syarat hidup binatang karang adalah air lautnya jernih, arus
dan gelombang kecil, serta lautnya dangkal. Didalamnya hidup berbagai macam
biota laut seperti coelenterata, cacing, Mollusca (siput, kerang),
Enchinodemata, Athropoda dan berbagai jenis ikan berwarna-warni. Bianatang-binatang
tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Indonesia memiliki
beberapa ekosistem terumbu karang yang indah yang dijadikan objek wisata
misalnya di pasir putih Jawa Timur, Bali, Bunaken dan Maluku. Pengambilan
karang dan binatang-binatang dari ekosistem ini dapat merusak ekosistem dan
pada akhirnya akan menyebabkan punahnya keanekaragaman hayati di dalamnya.
Demikian pula penangkapan ikan menggunakan aliran listrik atau racun
(tuba/putas) dapat merusakan ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang
terbentuk dalam waktu yang lama apbila punah kita tidak akan dapat
memunculkannya kembali oleh karena itu kita perlu menjaga kelestariannya.
b).
Ekosistem Pantai Batu
Pantai terjal yang
berdinding batu memiliki bongkahan-bongkahan batu yang membentuk ekosistem
pantai batu. Pada ekosistem ini lingkungan eksternalnya didominasi oleh batu,
kerikil, atau kapur. Misalnya ekosistem pantai batu yang terdapat di pantai
selatan jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan pantai barat Sumatra. Vegetasinya
didomunasi oleh ganggang misalnya Sargassum dan Eucheuma yang tingkat
keanekaragamannya rendah.
c)
Ekosistem Pantai Lumpur
Di dekat muara
sungai banyak terdapat endapan lumpur yang menyusun ekosistem pantai lumpur.
Ekosistem pantai lumpur banyak di jumpai di pantai utara Jawa, Kalimantan dan
Irian Jaya. Vegetasinya didominasi oleh tumbuhan mangrove dan rumput laut.
Ekosistem ini juga merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati
tinggi didalamnya hidup antara lain kepiting, udang, dan ikan glodok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar