Jumat, 26 Februari 2016

BAHAYA LOGAM BERAT


BAHAYA LOGAM BERAT

MANUSIA bukan hanya menderita sakit karena menghirup udara yang tercemar, tetapi juga akibat mengasup makanan yang tercemar logam berat. Sumbernya sayur-sayuran dan buah-buahan yang ditanam di lingkungan yang tercemar atau daging dari ternak yang makan rumput yang sudah mengandung logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Akhir-akhir ini kasus keracunan logam berat yang berasal dari bahan pangan semakin meningkat jumlahnya. Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan bahan tersebut oleh manusia.

Pencemaran lingkungan oleh logam berat dapat terjadi jika industri yang menggunakan logam tersebut tidak memperhatikan keselamatan lingkungan, terutama saat membuang limbahnya. Logam-logam tertentu dalam konsentrasi tinggi akan sangat berbahaya bila ditemukan di dalam lingkungan (air, tanah, dan udara).

Sumber utama kontaminan logam berat sesungguhnya berasal dari udara dan air yang mencemari tanah. Selanjutnya semua tanaman yang tumbuh di atas tanah yang telah tercemar akan mengakumulasikan logam-logam tersebut pada semua bagian (akar, batang, daun dan buah).

Ternak akan memanen logam-logam berat yang ada pada tanaman dan menumpuknya pada bagian-bagian dagingnya. Selanjutnya manusia yang termasuk ke dalam kelompok omnivora (pemakan segalanya), akan tercemar logam tersebut dari empat sumber utama, yaitu udara yang dihirup saat bernapas, air minum, tanaman (sayuran dan buah-buahan), serta ternak (berupa daging, telur, dan susu).

Sesungguhnya, istilah logam berat hanya ditujukan kepada logam yang mempunyai berat jenis lebih besar dari 5 g/cm3. Namun, pada kenyataannya, unsur-unsur metaloid yang mempunyai sifat berbahaya juga dimasukkan ke dalam kelompok tersebut. Dengan demikian, yang termasuk ke dalam kriteria logam berat saat ini mencapai lebih kurang 40 jenis unsur. Beberapa contoh logam berat yang beracun bagi manusia adalah: arsen (As), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel (Ni), dan seng (Zn).

Arsen
Arsen (As) atau sering disebut arsenik adalah suatu zat kimia yang ditemukan sekitar abad-13. Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas dan terpapar pada manusia. Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (1975), arsen inorganik bertanggung jawab terhadap berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker. Arsen juga dapat merusak ginjal dan bersifat racun yang sangat kuat.

Merkuri
Merkuri (Hg) atau air raksa adalah logam yang ada secara alami, merupakan satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair. Logam murninya berwarna keperakan, cairan tak berbau, dan mengkilap. Bila dipanaskan sampai suhu 3570C, Hg akan menguap. Selain untuk kegiatan penambangan emas, logam Hg juga digunakan dalam produksi gas klor dan soda kaustik, termometer, bahan tambal gigi, dan baterai.

Walaupun Hg hanya terdapat dalam konsentrasi 0,08 mg/kg kerak bumi, logam ini banyak tertimbun di daerah penambangan. Hg lebih banyak digunakan dalam bentuk logam murni dan organik daripada bentuk anorganik. Logam Hg dapat berada pada berbagai senyawa. Bila bergabung dengan klor, belerang, atau oksigen, Hg akan membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih. Garam Hg sering digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik.

Timbal
Logam timbal (Pb) merupakan logam yang sangat populer dan banyak dikenal oleh masyarakat awam. Hal ini disebabkan oleh banyaknya Pb yang digunakan di industri nonpangan dan paling banyak menimbulkan keracunan pada makhluk hidup. Pb adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna cokelat kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan.

Dalam pertambangan, logam ini berbentuk sulfida logam (PbS), yang sering disebut galena. Senyawa ini banyak ditemukan dalam pertambangan di seluruh dunia. Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan Pb ini adalah sering menyebabkan keracunan.

Menurut Darmono (1995), Pb mempunyai sifat bertitik lebur rendah, mudah dibentuk, mempunyai sifat kimia yang aktif, sehingga dapat digunakan untuk melapisi logam untuk mencegah perkaratan. Bila dicampur dengan logam lain, membentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya, mempunyai kepadatan melebihi logam lain.

Logam Pb banyak digunakan pada industri baterai, kabel, cat (sebagai zat pewarna), penyepuhan, pestisida, dan yang paling banyak digunakan sebagai zat antiletup pada bensin. Pb juga digunakan sebagai zat penyusun patri atau solder dan sebagai formulasi penyambung pipa yang mengakibatkan air untuk rumah tangga mempunyai banyak kemungkinan kontak dengan Pb (Saeni, 1997).

Logam Pb dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan minuman. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh manusia, sehingga bila makanan tercemar oleh logam tersebut, tubuh akan mengeluarkannya sebagian. Sisanya akan terakumulasi pada bagian tubuh tertentu seperti ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut.

Tembaga
Tidak seperti logam-logam Hg, Pb, dan Cd, logam tembaga (Cu) merupakan mikroelemen esensial untuk semua tanaman dan hewan, termasuk manusia. Logam Cu diperlukan oleh berbagai sistem enzim di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, Cu harus selalu ada di dalam makanan. Yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar kadar Cu di dalam tubuh tidak kekurangan dan juga tidak berlebihan.

Kebutuhan tubuh per hari akan Cu adalah 0,05 mg/kg berat badan. Pada kadar tersebut tidak terjadi akumulasi Cu pada tubuh manusia normal. Konsumsi Cu dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan gejala-gejala yang akut.

Logam Cu yang digunakan di pabrik biasanya berbentuk organik dan anorganik. Logam tersebut digunakan di pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas, dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam lain seperti alloi dengan Ag, Cd, Sn, dan Zn.

Garam Cu banyak digunakan dalam bidang pertanian, misalnya sebagai larutan “Bordeaux” yang mengandung 1-3% CuSO4 untuk membasmi jamur pada sayur dan tumbuhan buah. Senyawa CuSO4 juga sering digunakan untuk membasmi siput sebagai inang dari parasit, cacing, dan juga mengobati penyakit kuku pada domba (Darmono, 1995).

Sumber Kontaminan
Kandungan alamiah logam pada lingkungan dapat berubah-ubah, tergantung pada kadar pencemaran oleh ulah manusia atau perubahan alam, seperti erosi. Kandungan logam tersebut dapat meningkat bila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian, dan perindustrian yang banyak mengandung logam berat masuk ke lingkungan.

Dari berbagai limbah tersebut, umumnya yang paling banyak mengandung logam berat adalah limbah industri. Hal ini disebabkan senyawa atau unsur logam berat dimanfaatkan dalam berbagai industri, baik sebagai bahan baku, katalisator, maupun sebagai bahan tambahan.
Penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya adalah karena sifatnya yang tidak dapat dihancurkan (nondegradable) oleh organisme hidup yang ada di lingkungan. Akibatnya, logam-logam tersebut terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara adsorbsi dan kombinasi.

Arsen banyak ditemukan di dalam air tanah. Hal ini disebabkan arsen merupakan salah satu mineral yang memang terkandung dalam susunan batuan bumi. Arsen dalam air tanah terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk tereduksi, terbentuk dalam kondisi anaerobik, sering disebut arsenit. Bentuk lainnya adalah bentuk teroksidasi, terjadi pada kondisi aerobik, umum disebut sebagai arsenat (Jones, 2000).

Hg anorganik (logam dan garam Hg) terdapat di udara dari deposit mineral dan dari area industri. Logam Hg yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan akitivitas vulkanik. Logam Hg dapat pula bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa Hg organik.

Senyawa Hg organik yang paling umum adalah metil merkuri, yang terutama dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri) di air dan tanah. Bila bakteri itu kemudian termakan oleh ikan, ikan tersebut cenderung memiliki konsentrasi merkuri yang tinggi.

Logam ini digunakan secara luas untuk mengekstrak emas dari bijihnya, baik sebelum maupun sesudah proses sianidasi digunakan. Ketika Hg dicampur dengan bijih tersebut, Hg akan membentuk amalgam dengan emas atau perak. Untuk mendapatkan emas dan perak, amalgam tersebut harus dibakar untuk menguapkan merkurinya.

Para penambang emas tradisional menggunakan merkuri untuk menangkap dan memisahkan butir-butir emas dari butir-butir batuan. Endapan Hg ini disaring menggunakan kain untuk mendapatkan sisa emas. Endapan yang tersaring kemudian diremas-remas dengan tangan. Air sisa-sisa penambangan yang mengandung Hg dibiarkan mengalir ke sungai dan dijadikan irigasi untuk lahan pertanian.

Selain itu, komponen merkuri juga banyak tersebar di karang, tanah, udara, air, dan organisme hidup melalui proses fisik, kimia, dan biologi yang kompleks. Walaupun mekanisme keracunan merkuri di dalam tubuh belum diketahui dengan jelas, beberapa hal mengenai daya racun merkuri dapat dijelaskan sebagai berikut (Fardiaz, 1992):

1.    Semua komponen merkuri dalam jumlah cukup, beracun terhadap tubuh.
2.    Masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik dalam daya racun, distribusi, akumulasi, atau pengumpulan, dan waktu retensinya di dalam tubuh.
3.    Transformasi biologi dapat terjadi di dalam lingkungan atau di dalam tubuh, saat komponen merkuri diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
4.    Pengaruh buruk merkuri di dalam tubuh adalah melalui penghambatan kerja enzim dan kemampuannya untuk berikatan dengan grup yang mengandung sulfur di dalam molekul enzim dan dinding sel.
5.    Kerusakan tubuh yang disebabkan merkuri biasanya bersifat permanen, dan sampai saat ini belum dapat disembuhkan.
Sumber kontaminan timbal (Pb) terbesar dari buatan manusia adalah bensin beraditif timbal untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Diperkirakan 65 persen dari semua pencemaran udara disebabkan emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor.

Cemaran logam Cu pada bahan pangan pada awalnya terjadi karena penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan. Meskipun demikian, pengaruh proses pengolahan akan dapat mempengaruhi status keberadaan tersebut dalam bahan pangan.

Kebun Sayur di Pinggir Jalan Berbahaya
Logam berat dapat terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar pada tanaman seperti padi, rumput, beberapa jenis leguminosa untuk pakan ternak, dan sayuran. Logam berat seperti Pb, Cd, Cu, dan Zn sering terakumulasi pada komoditi tanaman. Kandungan merkuri pada beras yang dipanen dari sawah dengan irigasi air limbah penambangan emas tradisional di Nunggul dan Kalongliud sekitar Pongkor, Bogor, Jawa Barat, masing-masing mencapai 0,45 dan 0,25 ppm (Sutono, 2002).

Sumber bahan pangan lain yang dilaporkan tinggi kadar timbalnya adalah makanan kaleng (50-100 mkg/kg), jeroan terutama hati dan ginjal ternak (150 mkg/kg), ikan (170 mkg/kg). Kelompok yang paling tinggi adalah kerang-kerangan (molusca) dan udang-udangan (crustacea), yaitu rata-rata lebih tinggi dari 250 mkg/kg (Winarno dan Rahayu, 1994).
Jenis bahan pangan lain yang mengandung kontaminan timbal cukup tinggi adalah sayuran yang ditanam di tepi jalan raya. Kandungan rata-ratanya sebesar 28,78 ppm, jauh di atas batas aman yang diizinkan Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan, yaitu sebesar 2 ppm (Winarno, 1997).

Cemaran tembaga (Cu) terdapat pada sayuran dan buah-buahan yang disemprot dengan pestisida secara berlebihan. Penyemprotan pestisida banyak dilakukan untuk membasmi siput dan cacing pada tanaman sayur dan buah.

Arsen terkandung dalam ikan dan makanan laut lainnya, seperti udang, cumi-cumi, dan kerang. Kandungan arsen dalam makanan laut mencapai angka lebih dari 4,5 mikrogram arsen/g berat basah. Arsen juga terdapat dalam daging dan sayur-sayuran, namun jumlahnya amat kecil. @

Dari Tremor Sampai ke Kematian
Sulit untuk menduga seberapa besar akibat yang ditimbulkan oleh adanya logam berat dalam tubuh. Namun, sebagian besar toksisitas yang disebabkan oleh beberapa jenis logam berat seperti Pb, Cd, dan Hg adalah karena kemampuannya untuk menutup sisi aktif dari enzim dalam sel.

Hg mempunyai bentuk kimiawi yang berbeda-beda dalam menimbulkan keracunan pada mahluk hidup, sehingga menimbulkan gejala yang berbeda pula. Toksisitas Hg dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu toksisitas organik dan anorganik.

Pada bentuk anorganik, Hg berikatan dengan satu atom karbon atau lebih, sedangkan dalam bentuk organik, dengan rantai alkil yang pendek. Senyawa tersebut sangat stabil dalam proses metabolisme dan mudah menginfiltrasi jaringan yang sukar ditembus, misalnya otak dan plasenta. Senyawa tersebut mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible, baik pada orang dewasa maupun anak (Darmono, 1995).

Toksisitas Hg anorganik menyebabkan penderita biasanya mengalami tremor. Jika terus berlanjut dapat menyebabkan pengurangan pendengaran, penglihatan, atau daya ingat.
Senyawa merkuri organik yang paling populer adalah metil merkuri yang berpotensi menyebabkan toksisitas terhadap sistem saraf pusat. Kejadian keracunan metil merkuri paling besar pada makhluk hidup timbul di tahun 1950-an di Teluk Minamata, Jepang yang terkenal dengan nama Minamata Disease.

Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan minuman. Accidental poisoning seperti termakannya senyawa timbal dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan gejala keracunan timbal seperti iritasi gastrointestinal akut, rasa logam pada mulut, muntah, sakit perut, dan diare.

Menurut Darmono (1995), Pb dapat mempengaruhi sistem saraf, inteligensia, dan pertumbuhan. Pb di dalam tubuh terikat pada gugus SH dalam molekul protein dan hal ini menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim. Efek logam Pb pada kesehatan manusia adalah menimbulkan kerusakan otak, kejang-kejang, gangguan tingkah laku, dan bahkan kematian.
Toksisitas logam Cu pada manusia, khususnya anak-anak, biasanya terjadi karena CuSO4. Beberapa gejala keracunan Cu adalah sakit perut, mual, muntah, diare, dan beberapa kasus yang parah dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian (Darmono, 1995).

Senyawa arsen sangat sulit dideteksi karena tidak memiliki rasa yang khas atau ciri-ciri pemaparan lain yang menonjol. Gejala keracunan senyawa arsen terutama adalah sakit di kerongkongan, sukar menelan, menyusul rasa nyeri lambung dan muntah-muntah. Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia adalah kanker, terutama kanker paru-paru dan hati. Terpapar arsen di udara juga dapat menyebabkan pembentukan kanker kulit pada manusia. @

Awas, Koran Bekas
Usaha-usaha untuk menanggulangi pencemaran logam berat di Indonesia sampai saat ini belum banyak dilakukan. Hal ini terutama karena sebagian besar industri di Indonesia belum mempunyai sarana pengolahan limbah yang memadai.

Usaha yang dapat kita lakukan untuk menghindari bahaya logam berat, antara lain dengan menghindari sumber bahan pangan yang memiliki risiko mengandung logam berat, mencuci dan mengolah bahan pangan yang akan dikonsumsi dengan baik dan benar.

Selain itu, kita juga perlu memperhatikan dan peduli terhadap lingkungan agar pencemaran tidak semakin bertambah jumlahnya. Peningkatan pengetahuan mengenai logam berat juga dapat bermanfaat dan membuat kita lebih waspada terhadap pencemaran logam berat.

Logam berat di dalam bahan pangan ternyata tidak hanya terdapat secara alami, namun juga dapat merupakan hasil migrasi dari bahan pengemasnya. Oleh karena itu, pengemasan bahan pangan harus dilakukan secara hati-hati. Pengemasan makanan dengan menggunakan kertas koran bekas tentu tidak tepat karena memungkinkan terjadinya migrasi logam berat (terutama Pb) dari tinta pada koran ke makanan. Pengemasan makanan dengan bahan yang memiliki aroma kuat, seperti PVC (Poly Vinyl Chloride) dan styrofoam, memungkinkan terjadinya migrasi arsen ke makanan.



Rabu, 24 Februari 2016

Spirulina Dan Penggunaannya Dalam Aquaculture


Spirulina Dan Penggunaannya Dalam Aquaculture


Dalam komersialisasi dan padat tebar tinggi dalam praktek budidaya perikanan, pakan memiliki kontribusi signifikan untuk pertumbuhan cepat dan hasil yang tinggi. Pakan yang baik dengan bahan-bahan banyak komponen yang sangat bergizi seimbang untuk meningkatkan mekanisme pencernaan pada ikan dan tubuh udang. Hal ini menyebabkan bobot tubuh yang lebih baik, kesehatan yang tinggi, kekebalan optimal, kelangsungan hidup lebih, kejadian penyakit yang kurang dalam budidaya di tambak. Spirulina adalah pakan berkualitas tinggi yang unik alami dengan protein diperkaya optimal untuk ikan dan udang yang telah terbukti sebagai pelengkap makan terbaik dalam akuakultur.
Spirulina adalah ganggang hijau biru seperti spiral benang tipis panjang di bawah genus Arthrospira, berfillum Oscillatoriaceae. Spirulina disebut ganggang hijau biru (Cynobacteria) karena kehadiran kedua klorofil (hijau dan (phycocyanin) biru pigmen dalam struktur selular. Dua spesies umum lebih penting untuk nilai gizi nya, yaitu Spirulina maxima dan Spirulina plantensis
 
                                                                                                                                                                NILAI GIZI MAKANAN: Penggunaan spirulina sebagai pakan pelengkap di berbagai sektor budidaya menghasilkan faktor pertumbuhan yang cepat, meningkatkan pigmentasi dan sistem kekebalan. Hal ini dianggap sebagai makanan yang sangat baik, kurang toksisitas dan memiliki sifat korektif terhadap organisme patogen mikro.Spirulina tidak memiliki dinding sel selulosa dan karena itu tidak memerlukan bahan kimia atau pengolahan agar menjadi dicerna. Daya cerna spirulina adalah 83 - 84%. Spirulina dianggap sebagai sumber yang kaya protein, vitamin, mineral esensial, asam amino, Effa seperti gamma LNA dan pigmen antioksidan seperti karotenoid.

Komposisi  biokimia
Protein & Asam amino:-Spirulina mengandung protein 60-70% bersama dengan asam fenolik, tokoferol, karoten dan asam linolenat yang merupakan bahan penting dalam pakan. Asam amino esensial yang hadir sekitar 47% dari berat total protein. Asam amino memiliki nilai biologis protein sangat tinggi.
 Asam amino dan fungsi biologis dari ikan & Udang
• isoleusin: Diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal, keseimbangan nitrogen dalam tubuh Digunakan untuk mensintesis non-asam amino esensial..
• leucine: Meningkatkan tingkat energi otot.
• LISIN: Membangun blok antibodi darah, memperkuat sistem peredaran darah dan mempertahankan pertumbuhan normal sel.
• Metionin: Vital lipotropic (lemak dan lipid metabolisme) amino acid yang mempertahankan kesehatan hati. Salah satu faktor anti-stres.
• Fenilalanin: Merangsang tingkat metabolisme.
• treonin: Meningkatkan kompetensi usus pencernaan dan asimilasi.
• tryptophane: Meningkatkan pemanfaatan vitamin B, meningkatkan kesehatan saraf.
• valin: Merangsang koordinasi otot


Cabohydrates: Spirulina mengandung karbohidrat sekitar 15% -21 dalam bentuk glukosa, fruktosa, sukrosa, rhamnosa, mannose, xilosa dan galaktosa. Ini menyediakan bahan makanan yang tepat dan penting bagi hewan kultur air dengan masalah penyerapan intenstinal yang kurang baik. Karbohidrat terjadi dalam jumlah yang cukup fosfat mesoinositol yang merupakan sumber yang sangat baik fosfor organik dan inositol. Sebuah polisakarida moleculatory yang tinggi diyakini memiliki efek pada mekanisme perbaikan DNA, kekebalan-stimulasi dan sifat immunoregulatory.
Asam nukleat: Spirulina mengandung 2,2% - 3,5% dari RNA dan 0,6% -1% dan DNA, yang mewakili kurang dari 5% dari asam-asam, berdasarkan berat kering.
Asam lemak esensial: Spirulina memiliki jumlah tinggi asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) dan 1,5-2,0 persen dari lipid total. Spirulina kaya γ-linolenic acid (ALA), asam linoleat (LA), stearidonic asam (SDA), asam eicosapentaenoic (EPA), asam docosahexaenoic (DHA) dan asam arakidonat (AA).
β-karoten dan vitamin: Spirulina mengandung vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3 (nicotinamide), B6 ​​(pyridoxine), B9 (asam folat), B12 (cyanocobalamin), vitamin C, vitamin D, dan vitamin E. β-karoten, B-kelompok vitamin, vitamin E, zat besi, kalium dan klorofil yang tersedia di spirulina dapat meningkatkan metabolisme karbohidrat, lemak, protein, alkohol, dan reproduksi dari kulit, otot dan mukosa. Spirulina mengandung sejumlah besar alami β-karoten dan β-karoten ini diubah menjadi vitamin A.
Mineral: Spirulina merupakan sumber yang kaya potasium, dan juga mengandung kalsium, kromium, tembaga, besi, magnesium, mangan, fosfor, selenium, sodium, seng, molibdenum, klorida, germanium, dan boron.
Pigmen fotosintetik: Spirulina mengandung banyak pigmen termasuk klorofil a betakaroten,, xantofil, echinenone, myxoxanthophyll, zeaxanthin, canthaxanthin, diatoxanthin, 3-hydroxyechinenone, beta-cryptoxanthin, oscillaxanthin, ditambah phycobiliproteins, c-phycoc yanin dan allophycocyanin.
Alam Pigmen Enhancer: Phycocyanin (Biru): 14%, Klorofil (Hijau): 1%, Karotenoid (Orange / Red): 47%.
Nutrisi pelengkap
Spirulina dapat digunakan sebagai suplemen parsial atau penggantian lengkap untuk protein dalam pakan ikan. Spirulina adalah suplemen pakan untuk semua ikan, udang galah dan udang air laut dan menghasilkan peningkatan signifikan terjadi pada pertumbuhan, kelangsungan hidup, kelangsungan kekebalan hidup, dan pemanfaatan pakan. Spirulina adalah bahan pakan murah dengan protein tinggi daripada yang lain yang berasal dari hewan. Pakan Spirulina ditemukan sebagai pelengkap makan yang paling cocok untuk mengurangi waktu budidaya dan kematian, dan meningkatkan ketebalan karapas udang. Spirulina membantu meningkatkan ketahanan terhadap penyakit dan peningkatan tingkat kelangsungan hidup mereka. Pertumbuhan yang cepat terjadi ketika diberi diet yang mengandung makan spirulina (Britz, 1996)
Chelating mineral beracun (netralisasi mineral beracun) Spirulina memiliki kualitas yang unik untuk detoksifikasi (menetralkan) atau untuk menurunkan mineral beracun, dan karakteristik ini belum terlihat dalam mikroalga lainnya (Maeda dan Sakaguchi, 1990; Okamura dan Aoyama, 1994) . Spirulina dapat digunakan untuk detoksifikasi arsenik dari air dan makanan. Hal ini juga dapat digunakan untuk chelatize atau detoksifikasi atau menetralkan efek beracun dari logam berat (mineral) dari air, makanan dan lingkungan. Spirulina menyediakan phycocyanin, sumber biliverdin yang merupakan salah satu yang paling ampuh dari semua intra-seluler antioksidan.
Properti imunomodulator: Spirulina adalah modulator kekebalan yang efektif. Ini menunjukkan sifat anti inflamasi, terutama dengan menghambat pelepasan histamin dari sel mast dengan reaksi alergi dimediasi. Ini menunjukkan antioksidan dan radikal bebas. Spirulina meningkatkan fungsi fagositik makrofag pada hewan akuatik budidaya. Ia juga memiliki sifat antivirus dan anti kanker. Ini meningkatkan saluran usus dan suplemen spirulina mengembangkan sel fagositik. Spirulina adalah makanan yang aman untuk digunakan dalam hal peningkatan kekebalan. Sebuah polisakarida sulfat novel spirulina menghambat replikasi virus.
Nutrisi spirulina membantu untuk melawan radikal bebas, yang merusak sel molekul diserap oleh tubuh melalui polusi, pola makan yang buruk, cedera, atau stres. Dengan menghapus radikal bebas, nutrisi membantu melawan kanker  yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan degenerasi selular. Spirulina adalah tonik yang kuat untuk sistem kekebalan tubuh. Enzim ini merupakan sumber utama dari oksida super di tubuh hewan, dan terlibat dalam puluhan proses degeneratif yang terlibat dalam ketahanan terhadap penyakit, penuaan dan proses yang sama pada ikan, udang dan hewan air lainnya

Spirulina dalam membangun sel darah merah dan sel induk: Spirulina kaya dalam Phycocyanin brilian disebut biru polipeptida. Phycocyanin mempengaruhi sel-sel batang yang membentuk sistem kekebalan tubuh seluler dan sel-sel darah merah yang oksigenat tubuh. Phycocyanin merangsang hematopoiesis, (penciptaan darah), meniru pengaruh dari hormon erythropoetin, (EPO). Phycocyanin juga mengatur produksi sel darah putih, bahkan ketika sel-sel induk sumsum tulang rusak oleh bahan kimia beracun atau radiasi
Kemampuan Spirulina Anti-Virus dan Anti-Kanker: Kalsium-Spirulan adalah dipolimerisasi gula ekstrak spirulina molekul unik dan mengandung Sulfur dan Kalsium. Perlakuan ini ekstrak larut dalam air memiliki tingkat pemulihan yang lebih baik bila terinfeksi virus herpes mematikan. Mekanisme ini terjadi karena Kalsium-Spirulan tidak memungkinkan virus untuk menembus membran sel untuk menginfeksi sel. Virus ini terjebak, tidak dapat mereplikasi. Hal ini akhirnya dieliminasi oleh pertahanan alami tubuh. Spirulina dapat mencegah atau menghambat kanker pada hewan air, dan ikan. Polisakarida unik dari spirulina meningkatkan sel inti aktivitas enzim dan sintesis DNA.
Properti Antimicrobial: Spirulina excretes jumlah variabel produk dari metabolisme seperti asam organik, vitamin dan phytohormones. Sel ekstrak spirulina telah menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap bakteri patogen sebagai seperti Bacillus sps, Streptococcus sps, Saccharomyces sps dll
Bio-mineralisasi kegiatan: Spirulina tumbuh subur di perairan alkali tinggi dan menggabungkan & mensintesis banyak mineral dan senyawa turunan ke dalam struktur selnya. Diubah menjadi bentuk organik alami oleh Spirulina, mineral chelated menjadi asam amino dan mereka lebih mudah diasimilasi oleh tubuh. Seiring dengan kalsium dan magnesium dalam air (terutama untuk organisme laut), Spirulina membantu memastikan fungsi elektrolit yang tepat, tingkat atas kalsium dan mineral lainnya.
Meningkatkan aktivitas Reproduksi: Penelitian telah menunjukkan bahwa ikan segar dan air asin dan udang menunjukkan pertumbuhan yang superior, kematangan, perilaku energik, dan pewarnaan lebih elegan ketika diberi makan spirulina. Hal ini juga mencatat bahwa spirulina meningkatkan pemijahan, fekunditas, fertilitas dan tingkat penetasan. Ini merangsang proses reproduksi, meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan muda, benur dan mempromosikan nafsu makan ikan / udang untuk mencapai penuh matang.
Spirulina sebagai pewarna: Penampilan warna adalah karakteristik yang paling penting dalam kasus udang dan ikan untuk pilihan & permintaan di pasar makanan. Pakan Spirulina mempromosikan kegiatan fisiologis untuk menghasilkan pigmentations warna dan penampilan yang bersih di berbagai bagian tubuh. Karotenoid bertanggung jawab untuk pengembangan berbagai warna krustasea (Britton et al., 1981). Astaxanthin telah terbukti menjadi karotenoid dominan terkait dengan warna bodi merah udang windu Penaeus monodon (Howell dan Matthews, 1991). Spirulina platensis mengandung tingkat tertinggi dari β-karoten dan zeaxanthin dari sumber alami. Mereka berdua akan dikonversi ke astaxanthin melalui proses oksidatif untuk  menjadi pigmen merah. Sebuah peningkatan yang ditandai dalam kandungan karotenoid dari karapas udang windu (Penaeus monodon) terjadi ketika pakan suplemen spirulina diberikan. Sebuah strategi praktis untuk peningkatan pigmentasi dalam budidaya P. monodon adalah penggabungan pakan spirulina selama satu bulan sebelum panen.
Sebagai pakan sumber daya alam, Spirulina memainkan peran penting dalam akuakultur. Terutama dalam budidaya ikan dan hatchery, hasilnya cukup signifikan. Jika pakan  spirulina lebih meningkatkan ke mikrokapsul, membantu pencernaan, dan mempromosikan pengembangan shell dan efeknya lebih jelas. Prospek dari Spirulina akan sangat cerah di aplikasikan di pakan. Spirulina tampaknya memiliki potensi besar untuk pengembangan, terutama sebagai tanaman skala kecil untuk peningkatan gizi, pengembangan mata pencaharian dan mitigasi lingkungan. Spirulina secara luas digunakan dalam akuakultur dan dapat mendorong pertumbuhan spesies budidaya, meningkatkan nafsu makan, meningkatkan ketahanan terhadap penyakit, dan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup larva dalam akuakultur, dan itu berkembang biak cepat dan mudah untuk membudidayakan



Senin, 22 Februari 2016

SALMONELLA



SALMONELLA

    Salmonella merupakan salah satu jenis bakteri yang berbahaya yang ada dalam makanan laut. Bakteri ini bila tidak dicegah dan dimatikan akan berdampak serius bagi kesehatan manusia. Banyak kejadian keracunan makanan yang terjadi yang diakibatkan oleh bakteri salmonella ini. Pengetahuan dan iformasi yang kurang mengenai bakteri ini mengakibatkan banyaknya kasus keracunan dan infeksi yang diakibatkan oleh bakteri salmonella. Pengetahuan tentang pengetahuan salmonella diperlukan juga untuk tujuan keamanan pangan. Dimana penegetahuan ini akan membawa manfaat yang besar bagi keamanan pangan, terutama pangan dari hasil perikanan.  Dibawah ini kami sajikan artikel mengenai bakteri salmonella yang kami  terjemahkan dari artikel berjudul Salmonella in seafood Tulisan P J Bremer, G C Fletcher & C Osborne (New Zealand Institute for Crop & Food Research Limited A Crown Research Institute)

1. Latar Belakang

    Keluarga Salmonella terdiri  atas 2435 serotypes bakteri. Dua jenis salmonella yaitu,Salmonella Enteritidis dan Salmonella Typhimurium, merupakan jenis utama dari salmonella  yang menjadi penyebab infeksi manusia yang jumlahnya meliputi kira-kira separuh dari semua infeksi yang menyerang  manusia. Pencemaran Salmonella dapat  terjadi jika kerang-kerangan dikumpulkan dari tempat yang tidak bersertifikat atau tumbuh dalam air yang tertutup atau dihasilkan dari pemprosesan pasca panen dan pengemasan yang kondisinya tidak hygienis.  Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa bakteri Salmonella merupakan sebuah  masalah penting dalam industri makanan laut Selandia Baru

2. Biologi Organisme

    Salmonella adalah berbentuk batang, secara fakultatif anaerobic, motile bakteri. Jenis yang Nonmotile merupakan  Perkecualian  adalah S. Gallinarum dan S. Pullorum. Batangnya berukuran  0.7-1.5 μm x 2.5 μm, walaupun begitu dapat membentuk filament panjang. Salmonella  tidak membentuk spora dan bersifat gram negative. Salmonella dibagi menjadi serotypes atau serovars,  berdasar pada perbedaan di dalam
reaksi mereka dalam menyerang antibody, mereka adalah O atau somatic antigens ( O antigen adalah lipopolysaccharide pada badan sel, badan sel dikenal sebagai  somatic) dan H atau flagella ( motilas organelle) antigens.

3. Ketahanan Hidup

    Salmonella telah dilaporkan dapat hidup diantara suhu 2-54°C walaupun pertumbuhan di bawah 7°C  sebagian besar hanya teramati  di media kultur mikrobiologi dan pertumbuhan di atas 48°C terbatas pada bentuk yang telah mengalami mutasi atau mutants atau tempered strains.







4. Ukuran Pertumbuhan

Min.aw   Min.pH  Max pH   Max %  salt  Min. temp(°C)1      Max. temp (°C)1         Oxygen                                                                                                          requirement
0.92-0.93  4.0          9.5          8                  6 - 7                     45 – 47               Facultative                                                 anaerobe2
1 Most Salmonella in foods.
2 Grows with or without oxygen.


5. Penyakit Alami

    Selama lebih dari 100 tahun Salmonella telah dikenal menjadi penyebab penyakit. Bakteri yang pertama terisolasi dari babi yang menderita kolera babi oleh    seorang ilmuwan Amerika, Dr Daniel E. Salmon, di tahun 1885.
    Salmonella dipertimbangkan menyebabkan dua sindrom penyakit yang berbeda,
 yang diuraikan secara sederhana sebagai penyakit systemic dan gastroenteritis.
 Penyakit Systemic, yang mana di negara berkembang secara relatif jarang terjadi , dihubungkan dengan strain yang mendiami inang seperti. STyphi, S. Paratyphi dan. Sendai di dalam tubuh manusia. Sindrom yang systemic adalah bersifat mempunyai masa inkubasi yang panjang, mempunyai tingkat infeksi lebih rendah dibanding
yang diperlukan untuk penyakit gastrointestinal, dan gejalanya meliputi  keracunan darah dan penyakit tipus atau suatu demam seperti penyakit tipus. Di negara maju penyakit gastro enteric paling sering dihubungkan dengan transmisi makanan. Ketika penyakit menjadi  akut, gejala seperti mual, muntah, kram perut, diare, demam dan  sakit kepala. Waktu Serangannya terjadi  6 sampai 72 jam dan tingkat infeksinya  dapat menjadi sedikit.
    Sekitar 15-20 sel yang tergantung pada umur dan kesehatan tubuhnya, dan perbedaan di dalam strain Salmonella. Di sejumlah besar serangan penyakit Salmonella  terjadi di faeses . Gejala akut terjadi antara 1 sampai 2 hari atau mungkin lebih panjang lagi, lagi tergantung pada faktor keadaan tubuh, dosis yang dicernakan, dan karakteristik strain. Banyak orang memulihkannya  tanpa bantuan medis.
Infeksi  Salmonella dapat mengancam kehidupan, terutama untuk yang berumur sangat muda, yang berumur tua, dan untuk para orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Berikut  tahapan yang akut, ekskresi Salmonella berhenti di dalam beberapa  minggu, walaupun pengangkut status boleh meningkatkan.
Sejumlah kecil orang yang yang terkena infeksi  Salmonella berkembang  pada kesakitan pada tulang sendi,iritasi mata, dan kesakitan pada saluran kencing. Ini disebut syndrome Reiter'S. Itu dapat cukup terjadi dalam bulan atau tahun dan dapat mendorong kearah radang sendi kronis yang sukar untuk disembuhkan.salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipeSalmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demamsakit kepalamual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhiS. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian.] S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain.] Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.

6.  Berhubungan dengan Makanan

    Salmonella Spp. telah ditemukan di daging mentah, unggas, telor, susu dan produk   susu , ikan, udang, kaki kodok, ragi, kelapa, kuah dan bumbu salada, Campuran kue, makanan pencuci mulut, gelatin kering, kacang mentega, dan coklat.
Makanan hasil laut yang berasal dari panen atau lokasi yang airnya terkena polusi kemungkinan akan dicemari dengan Salmonella, dan ikan yang ditangkap dari air terbuka bersih dapat dicemari Salmonella setelah pemanenan. Secara internasional, ada beberapa laporan tentang kolam udang yang terkontaminasi dengan Salmonella dalam kaitan dengan budidaya udangnya yang menggunakan air yang kualitasnya rendah dalam membesarkan udang.


7. Sumber Pencemaran

    Bakteri Salmonella adalah tersebar secara luas pada hewan , terutama unggas dan babi. Sumber lingkungan organisma meliputi air, lahan, serangga, permukaan pabrik, permukaan dapur, tinja binatang, daging mentah, unggas mentah, dan  makanan hasil laut mentah.

8.  Peraturan Keselamatan Makanan
    Food Standards Australia New PART 1.6 Microbiological and Processing
Requirements, Standard 1.6.1, Batas Mikrobiologi untuk Makanan, Zealand
 ( Http://Www.Anzfa.Gov.Au/Foodstandardscode/) memberlakukan sebagai berikut untuk Salmonella:
Crustaceae yang dimasak: n= 5, c= 0, m= 0 Salmonella per 25 g
Crustaceae yang mentah: n= 5, c= 0, m= 1 Salmonella per 25 g
Artinya
n berarti jumlah minimum unit contoh yang harus diuji dari  banyak makanan.
c berarti jumlah maksimum yang bisa diijinkan dari contoh cacat yang diijinkan.
m berarti tingkatan mikrobiologi yang bisa diterima di dalam suatu unit contoh.
9. Prosedur Pengendalian

Untuk kerang-kerangan, pengendalian  tergantung pada kepastian bahwa kerang-kerangan yang dipanen digolongkan hidup di perairan yang bersikap terbuka.
Untuk makanan hasil laut lain, pengendalian  didasarkan pada implementasi tentang higienis  penanganan dan praktek pemrosesan dan menjaga dengan teliti dalam pengendalian suhu.


Jumat, 19 Februari 2016

Rangsangan Pemijahan dengan Penyuntikan Hormon Pada Ikan Lele


Rangsangan Pemijahan dengan Penyuntikan Hormon Pada Ikan Lele



      Kebutuhan benih lele yang sangat besar tidak mungkin dapat dicukupi hanya oleh induk-induk
yang memijah secara alami. Penyuntikan hormon mutlak diperlukan.   Hormon alamiah bisa disiapkan
dari kelenjar hipofisa lele atau dari ikan mas. Hormon buatan/sintesis adalah hormon buatan pabrik.
Beberapa jenis hormon sintesis tersebut misalnya Ovaprim, HCG, dan LHRH. Hormon Ovaprim relatif
mudah diperoleh karena sudah dijual umum seperti di toko perikanan di beberapa kota besar.
HCG sebenarnya merupakan hormon untuk manusia sehingga hanya dapat diperoleh bila disertai resep dokter, sedangkan LHRH tergolong agak sulit diperoleh.

1. Penyuntikan hormon alamiah (hipofisa)
    Hormon ini diambilkan dari kelenjar hipofisa yang terletak di bagian bawah otak kecil. Setiap ikan
(juga makhluk bertulang belakang lainnya) mempunyai kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak
kecil.
    Untuk penyuntikan, diperlukan kelenjar hipofisa yang diambil dari donor, sedangkan
penerimanya disebut resipien. Sebagai donor dapat dipilihkan lele, ikan mas (tombro, karper,
Cyprinus carpio), atau lele lokal (Clarias batrachus). Hormon yang berasal dari ikan jenis lain tidak
cocok. Karena hormon untuk keperluan penyuntikan ini diambil dari hipofisa maka tindakan
penyuntikan untuk merangsang pemijahan ini disebut juga hipofisasi.
a. Dosis hipofisa
    Banyaknya kelenjar hipofisa yang perlu disuntikkan kepada induk lele adalah 3 dosis. Artinya
ikan yang beratnya 0,5 kg, misalnya, memerlukan kelenjar hipofisa yang berasal dari donor yang
berat badannya 1,5 kg. Ikan donor seberat 1,5 kg itu dapat terdiri dari 3 ekor yang masing-masing
beratnya 0,5 kg atau 2 ekor yang beratnya 1 kg dan 0,5 kg atau dapat juga dipakai seekor yang
beratnya 1,5 kg.
    Sebagai donor sebaiknya dipilihkan ikan yang sudah dewasa, jantan maupun betina sama
saja. Apabila dipilihkan ikan belum dewasa kadar hormon dalam hipofisanya sedikit.
b. Pengambilan hipofisa dan pembuatan ekstrak
   Cara mengambil kelenjar hipofisa dari ikan donor adalah sebagai berikut :
   1) Siapkan ikan (lele/mas) yang akan dijadikan donor.
   2) Pegang bagian kepalanya bila licin, badannya dapat dibungkus dengan lap. Sementara
       bagian kepala dipegang, bagian badan diletakan diatas talenen. Kepala ikan dipotong
       dibagian belakang tutup insangnya hingga kepalanya putus.
   3) Setelah terpotong, sisir tulang kepalanya di atas mata hingga tulang tengkoraknya
       terbuka dan otaknya kelihatan.
   4) Singkap otaknya menggunakan pinset, tepat dibagian bawah otak akan terlihat kelenjar
       hipofisa berwarna putih sebesar butiran kacang hijau.
   5) Dengan tetap menggunakan pinset, kelenjar hipofisa diangkat dan diletakan ke dalam
       cawan yang bersih untuk dicuci dengan aquades hingga darah yang melekat hilang. Cara
       membersihkannya dengan disemprot aquades menggunakan pipet.
   6) Setelah butir kelenjar hipofisa bersih, lalu masukan ke dalam tabung penggerus (dapat
       menggunakan kantong plastik kecil atau gelas). Selanjutnya kelenjar hipofisa digerus atau
       dipencet hingga hancur.
   7) Encerkan kelenjar hipofisa tersebut dengan 1-1,5 ml aquades atau larutan garam
       fisiologis. Larutan garam fisiologis atau sering pula disebut cairan infus yang dapat
       diperoleh di apotek (dijual bebas). Dengan demikian, hormon GSH yang terkandung
       didalam hipofisa akan terlarut dalam cairan.
8) Larutan tersebut diendapkan beberapa menit hingga kotoran tampak mengendap
   didasar. Cairan dibagian atas diambil dengan tabung injeksi (spuit) untuk disuntikan pada
   ikan.
    c. Penyuntikan ekstrak hipofisa
    Induk sebagai resipien yang telah dipersiapkan sebelumnya, diambil dari dalam hapa. Induk
tersebut dipegang dengan bantuan penyerok dari jaring supaya tidak licin. Hormon didalam spuit
disuntikan didekat sirip punggung kedalam daging induk (intramuscular). Setelah disuntik, induk
betina dimasukan kedalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan. Biarkan lele dalam
keadaan tenang.
2. Penyuntikan hormon buatan
    Hormon sintesis (buatan) kini dapat dibeli di toko-toko obat perikanan, yaitu hormon yang
disebut Ovaprim. Ovaprim berbentuk cairan yang disimpan dalam ampul. Satu ampul berisi 10 ml.
Dosis pemakaiannya 0,3-0,5 ml untuk lele yang beratnya 1 kg. induk lele seberat 0,5 kg berarti
memerlukan hormon ovaprim 0,15-0,25 ml.
    Penyuntikan menggunakan hormon Ovaprim sangat praktis sebab sudah berupa larutan sehingga
tinggal disuntikan saja, hormon sisa di dalam ampul dapat disimpan di tempat yang tidak terkena
sinar matahari langsung (suhu kamar), dalam ruang ini, Ovaprim tahan hingga 3-4 bulan.
Urutan pemijahan lele dengan hormon buatan adalah sebagai berikut :
a. Siapkan kolam pemijahan
    1. Keringkan dan bersihkan kolam/bak yang hendak digunakan untuk pemijahan.
    2. Cuci dan jemur kakaban dengan jumlah cukup menutupi 75% dasar kolam.
    3. Pasang kakaban di dasar kolam/bak, letakan kakaban itu 5-10 cm diatas dasar kolam.
       Gunakan bata merah yang sudah dicuci bersih sebagai pengganjalnya. Diatasnya juga
       ditindih dengan bata agar kakaban tidak mudah bergeser.
    4. Menjelang dilakukan penyuntikan, kolam tersebut diisi dengan air sampai kakaban
       terendam air 5 cm-10 cm.
b. Seleksi induk lele betina dan jantan yang siap memijah
    1. Pada pagi hari, tangkap induk lele betina dan jantan.
    2. Pilih induk betina yang matang telur, perutnya besar dan lunak, tetapi kalau diurut tidak
       dapat keluar telurnya.
    3. Pilih induk jantan yang sehat, tidak cacat, tidak berpenyakit. Lele jantan terlihat dari alat
       kelaminnya (perut tetap langsing) kalau diurut juga tidak dapat mengeluarkan sperma.
       Oleh karena itu, lele disuntik dengan hormon.
    4. Pisahkan induk jantan dan betina didalam wadah atau hapa tersendiri sambil menunggu
       saat disuntik.
c. Siapkan alat dan hormon Ovaprim untuk disuntikan
    Gunakan alat suntik yang sudah dibersihkan/dicuci dengan air panas atau gunakan alat yang
baru.
d. Timbang induk betina dan tentukan dosis ovaprim
   1) Induk yang beratnya 1 kg, dosis hormon ovaprim 0,3-0,5 cc. bila beratnya 0,5 kg maka
       dosis yang diperlukan setengahnya, yakni 0,15-0,25 cc ( sesuai petunjuk pada wadah
       hormon tersebut).
   2) Sedot dengan injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan, misalnya 0,5 ml. setelah
       itu, sedot lagi dengan jarum yang sama aquades atau larutan garam fisiologis 0.7%
       sebanyak 0,5 ml yang juga untuk mengencerkan hormon tadi.

e. Cara penyuntikan
   1) Seorang membantu memegang ikan lele yang hendak disuntik ( ikan betina lebih dulu)
       dengan satu tangan lagi memegang pangkal ekor ikan. Letakan ikan tersebut sambil terus
       dipegang diatas meja yang sudah disiapkan dan diberi alas handuk/lap bersih.
   2) Seorang lainnya menyuntikan hormon yang sudah disiapkan kedalam daging lele
       dibagian punggung. Sebanyak setengah dosis disebelah kiri sirip punggung dan stengah
       dosis lagi disebelah kanan.
   3) Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah hormon didorong masuk, jarum dicabut,
       lalu bekas suntikan tersebut ditekan/ditutup dengan jari beberapa saat agar hormon
       tidak keluar.
   4) Setelah disuntik, ikan jantan dan betina dimasukan kedalam kolam pemijahan yang
       sudah dipersiapkan sebelumnya.
f. Siapkan kolam penetasan telur
       1) Kolam penetasan telur dapat berupa kolam tanah yang luasnya 25-100 m2. Beberapa
            hari sebelumnya, kolam mini sudah dikeringkan/dijemur dan dibersihkan dari segala
            hama. Setelah itu, kolam diairi sedalam 10-20 cm tiga hari sebelum digunakan.
       2) Kolam penetasan telur dapat juga berupa kolam berlapis plastik, ukuran lebar 2-3 m
            dan panjang 8-10 m. Selama dua hari sebelum digunakan, kolam telah dibersihkan,
            lalu diisi air dari sumur pompa yang bebas hama. Penggunaan air langsung dari
            sungai kurang baik untuk penetesan telur, karena mengeluarkan jamur atau bakteri
            yang menyerang telur.
    Pengalaman dari pembudidaya, air untuk pembenihan disediakan dari sumur bor yang
disimpan didalam tandon besar ( 3-5 m3). Air di tandon tersebut ditebari garam kasar ( tanpa
iodium ) sebanyak 100 gr setiap 1 m3 air, lalu diaduk dan diendapkan. Ternyata dengan perlakuan
tersebut, penetesan dan pemeliharaan benih lancar serta tak pernah menderita kematian karena
jamur dan bakteri.

Sumber : pusluh.kkp.go.id

Rabu, 17 Februari 2016

Prinsip Dasar Manajemen Sumber Daya Perikanan


Prinsip Dasar Manajemen Sumber Daya Perikanan
Ikan dan perikanan merupakan bagian penting dari masyarakat, karena kontribusinya terhadap kesehatan ekonomi dan sosial dan kesejahteraan di banyak negara dan daerah. Sumber daya hayati laut yang tidak berarti habis-habisnya, meskipun beberapa dari mereka sangat kaya. Di India, produksi ikan laut meningkat sekitar 5,5 kali dalam 55 tahun, dari 0,5 juta ton pada tahun 1948-2,7 mt pada tahun 2003. Untuk mempertahankan produksi ikan laut, kebijakan Perikanan manajemen konsisten dan pelaksanaan manajemen harus diadopsi. Perikanan manajemen adalah alokasi sumber daya yang dinamis di mana proses ekologi, sumber daya ekonomi dan kelembagaan dari sistem eksploitasi perikanan didistribusikan dengan nilai kepada masyarakat sebagai keseluruhan Tujuan (Silvestre dan Pauly, 1997).

Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahtreraan seluruh masyarakat.  Oleh karena itu kelestarian sumber daya harus dipertahankan sebagai landasaan utama untuk mencapai kesejahteraan tersebut.  Misalkan, sumber daya hayati laut, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan di harapkan tidak menyebabkan rusaknya fishing ground, spawning ground maupun nursery ground ikan.  Selain itu, pengelolaan dan pemanfaatan ikan tidak pula merusak hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun yang memiliki keterkaitan ekologis dengan ikan.
Untuk melaksanakan prinsip pelestarian ini, aspek penggunaan teknologi penangkapan ikan, budidaya di laut dan tambak merupakan hal yang harus menjadi perhatian.  Teknologi yang harus digunakan merupakan teknologi yang ramah lingkungan sehingga tidak mengakibatkan menurunnya daya dukung lingkungan dan tidak menimbulkan konflik sosial di masyarakat nelayan, selain itu jika pengelolaan dan pemanfaatan ikan dilakukan dengan memperhatikan hal di atas, maka dalam pemanfaatan sumber daya ikan tidak akan mengalami tangkap lebih (over exploitation).
Aspek kelestarian ini juga berkaitan dengan kegiatan monitoring, controlling dan evaluation terhadap ketersediaan sumber daya ikan termasuk kondisi lingkungan perairan laut dari ancaman pencemaran.  Dalam upaya tersebut, pemerintah daerah dapat menentukan jumlah total sumber daya ikan yang diperbolehkan untuk ditangkap atau total allowable cath (TAC) untuk setiap tahunnya.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dalam era otonomi daerah sebaiknya harus memperhatikan juga kearifan lokal, pengetahuan lokal, hukum adat, dan aspek kelembagaan lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya tersebut.  Hal ini penting karena di Indonesia ada beberapa daerah yang memiliki aturan pengelolaan sumberdaya yang bersifat tradisional.  Contohnya adalah: sasi di Maluku, rompong di Sulawesi Selatan, dan ondoafi di Papua.  Walaupun sekarang ini sebagian dari aturan lokal tersebut sudah tidak berjalan, tetapi paling tidak pemerintah memberikan sedikit apresiasi terhadap budaya setempat  Oleh karena itu dalam pelaksanaan otonomi daerah ini, prinsip kelestarian budaya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang sudah berlaku turun temurun perlu dikembangkan dan dikukuhkan kembali karena di dalamnya terkandung nilai yang berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan.
Manajemen adalah bagian penting dari setiap proses pembangunan. Strategi pembangunan harus memasukkan rencana manajemen yang efektif yang mampu membangun hubungan yang terbaik, menunjukkan bahwa pada awalnya ketika meningkat usaha, hasil juga meningkat, Kemudian meningkat lambat dibandingkan dengan usaha, penurunan terus menerus dalam hasil per satuan luas. Selanjutnya perikanan akan maju dan mencapai hasil maksimal, sampai intervensi manajemen. Ini akan berkembang lebih jauh dan mencapai titik di mana hasil yang sama dengan biaya perikanan. Ini adalah situasi di mana hanya membutuhkan upaya manajemen diperlukan dan kompensasi yang diberikan oleh pemerintah dalam bentuk bantuan dan subsidi dan membuat untuk melanjutkan profitabilitas. Ketika semua kemungkinan habis perikanan tidak akan melampaui titik itu ketika hanya menjalankan biaya seperti; biaya yaitu awak, bahan bakar bertemu tanpa hasil ikan dan alat bantu pemerintah (Gulland et al.). Setelah Perikanan timbul timbul pada tahap keputusan itu jelas bahwa krisis tidak bisa diselesaikan sampai penggunaan tindakan tegas. Hal ini lebih mudah untuk mengontrol ekspansi dalam tahap pengembangan awal daripada mengurangi eksploitasi ketika krisis timbul. perikanan laut di India tetap dalam fase pra-dikembangkan sampai 1962 (pre-mekanisasi periode; produksi tahunan: <0.8 mt) dan pertumbuhan berkepanjangan fase sampai 1988 (mekanisasi periode; peningkatan jumlah dan efisiensi kapal penangkap ikan, produksi tahunan: 0,8-1,8 ton), ini diikuti oleh fase sepenuhnya dieksploitasi, yang berlangsung selama 15 tahun sampai 2003 (eksploitasi kawasan pesisir dieksploitasi dan selanjutnya peningkatan usaha; produksi tahunan: 1,8-2,6 ton).
Perikanan ikan teri Peru adalah salah satu perikanan terbesar selama tahun-tahun booming. Pada tahun 1953 makan ikan pertama dikembangkan. Dalam sembilan tahun, Peru menjadi nomor satu Fishing bangsa dunia. Pukat Purse Hampir 1.700 dieksploitasi tujuh musim bulan memancing. Pada tahun 1970 hasil yang berkelanjutan diperkirakan sekitar 9,5 Juta ton.
Keruntuhan perikanan herring Norwegia dan Islandia pada tahun 1969, Peru mendapat lebih banyak uang tunai dan diperbolehkan untuk memanen nada 12.4million. Pada tahun berikutnya sebesar 10,5 juta ton, tahun 1972, 10,5 Juta ton. Pada tahun 1972 El-Nino dan penangkapan ikan yang berlebihan dalam waktu lama menyebabkan runtuh. Ia tidak pernah pulih
Pengembangan perikanan selama skala waktu dikategorikan sebagai (Csirke et al..)
  1. Tahap Predevelopment
  2. Pertumbuhan Tahap
  3. Penuh eksploitasi fase
  4. Tahap eksploitasi berlebihan
  5. Tahap Collapse
  6. Tahap Pemulihan
Prinsip Manajemen sumber daya Perikanan bervariasi sesuai dengan Tahap Perikanan. Jika perikanan dalam Tahap Predevelopment itu untuk mempromosikan. Ketika dalam pertumbuhan atau fase eksploitasi penuh, perikanan harus dipertahankan. Jika dalam tahap eksploitasi berlebihan, upaya harus membuat untuk memulihkan perikanan.
Promosi perikanan terbelakang:
Perikanan memiliki konstituen yang berbeda biasanya dalam berbagai tahap pembangunan. Perikanan India yang terutama dioperasikan dalam waktu kurang dari 50 M mendalam dalam tahap eksploitasi penuh, perikanan tertentu seperti beberapa ikan myctophid, Tuna Oceanic, laut udang, Bulls mata, tetap asri. Manajemen untuk saham harus bertujuan menciptakan peluang memancing yang tepat, menurunkan tekanan sebagian besar perikanan dieksploitasi. Harus ada fokus yang lebih besar pada investasi dalam bentuk alat tangkap, kapal yang akan paling cocok untuk mengeksploitasi saham diidentifikasi.
Pemeliharaan perikanan Dikembangkan:
Strategi untuk pemeliharaan perikanan yang dikembangkan berbeda daripada mempromosikan perikanan terbelakang. Sebelum pergi untuk mengambil tindakan manajemen, perlu untuk bekerja mengumpulkan informasi stok ikan dan keadaan nelayan, yang membantu untuk pengambilan keputusan prosedur, seperti apakah akan membatasi atau mempromosikan perikanan. Dalam hal adanya pembatasan pembatasan metode yang tepat harus mengidentifikasi dan beradaptasi. Sepanjang tahap pandangan saham di masa depan lebih penting daripada statusnya saat ini. Sosial Ekonomi dari nelayan harus diberikan prioritas pada tahap ini.
Membangun kembali perikanan yang telah habis
Untuk membangun kembali perikanan habis itu perlu untuk mengetahui penyebab penipisan. Mungkin lingkungan atau memancing. Jika itu adalah memancing, maka langkah-langkah korektif seperti larangan memancing atau peraturan mesh size harus digunakan. Pengganti kesempatan kerja harus dibuka untuk nelayan baik sebelum menerapkan larangan.


Senin, 15 Februari 2016

PENYAKIT VIBRIO DI DALAM BUDIDAYA UDANG


PENYAKIT VIBRIO DI DALAM  BUDIDAYA UDANG
            Pendahuluan
Kabupaten Pati memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang terdiri-dari sumberdaya perairan pantai sepanjang +  60 Km dengan lebar 4 mil yang diukur dari garis pantai kearah laut, sumberdaya perikanan air payau berupa tambak seluas + 10.604 Ha yang terdapat disepanjang pesisir dan sumberdaya perikanan air tawar yang semakin berkembang.
Di tahun 1990 an produksi udang di Kabupaten Pati sangat besar tetapi kondisi ini mengalami tingkat penurunan yang sangat banyak mulai tahun 2000an. Kondisi lingkungan yang mulai menurun menyebabkan banyaknya penyakit yang menyerang udang, yang mengakibatkan pada matinya udang. Penyakit karena bakteri vibrio merupakan salah satu penyaklit yang banyak ditemukan didaerah Pati. Penyakit ini merupakan salah satu jalan baginya masuknya penyakit White Spot.
Tulisan ini akan membahas jenis vibrio yang merugikan yang menyerang tambak dan alternatif cara pencegahan dan pengobatannya

Jenis Vibrio
. Di antara kelompok jasad renik yang menyebabkan kerugian serius di dalam budidaya udang, adalah bakteri.  Karena menyebabkan kerugian secara ekonomis dan menyebabkan kerusakan pada tambak. Penyakit karena bakteri, sebagian besar berkaitan dengan bakteri jenis Vibrio, telah dilaporkan menyerang udang dalam budidaya udang.  Sedikitnya berjumlah ada 14 jenis vibrio , yaitu  Vibrio Harveyi, V. splendidus, V. parahaemolyticus, V. alginolyticus, V. anguillarum, V. vulnificus, V. campbelli, V. fischeri, V. damsella, V. pelagicus, V. orientalis, V. ordalii, V. mediterrani, V. logei. Vibriosis adalah suatu penyakit hasil bakteri yang bertanggung jawab pada kematian budidaya udang di seluruh dunia (Lightner et al., 1992; Lavilla-Pitogo et Al., 1990). Jenis Vibrio secara luas terdapat dalam suatu system budidaya diseluruh dunia . Infeksi Vibrio sering terjadi di hatcheries, tetapi juga biasanya terjadi dalam  kolam pembesaran udang. Vibriosis disebabkan oleh bakteri gram-negative dalam keluarga Vibrionaceae. Masuknya vibrio kemungkinan terjadi ketika faktor lingkungan yang menyebabkan tingkat penambahan bakteri yang sangat cepat, dan ada pada  di dalam darah udang . Bagaimanapun juga, Vibrio Spp. adalah di antara bakteri chitinoclastic yang berhubungan dengan penyakit kerang dan kemungkinan masuk melalui  luka ke dalam    exoskeleton atau pori-pori . Insang merupakan bagian yang paling mudah kena karena hanya ditutup oleh suatu exoskeleton tipis , tetapi permukaan mereka dibersihkan oleh setobranchs. Midgut, terdiri atas kelenjar pencernaan dan batang midgut ( MGT, sering dikenal sebagai usus, tidaklah dilapisi oleh suatu exoskeleton dan oleh karena itu sepertinya menjadi suatu tempat untuk masuknya pathogens yang dibawa air, makanan dan sedimen (Lovett& Felder, 1990).
Vibrio Harveyi, merupakan suatu bakteri gram-negative, bakteri bercahaya, adalah salah satu dari agen mikrobia yang penting yang dapat membuat kematian massal larva udang windu dalam suatu sistem pembesaran. Sejumlah besar udang di hatcheries yang memproduksi benih udang sering menderita kemunduran dalam kaitan dengan penyakit bakteri luminescent dan menderita kerugian ekonomi yang sangat besar. Vibriosis adalah disebabkan oleh sejumlah Vibrio Jenis bakteri, termasuk: V. harveyi, V. vulnificus, V. parahaemolyticus, V. alginolyticus, V. penaeicida (Lightner et al, 1992;). Telah dilaporkan berkali – kali mengenai vibriosis yang disebabkan oleh V. damsela, V. fluvialis dan  Vibrio lain yang terdefinisi jenisnya.
 Di antara isolate Vibrio harveyi, beberapanya mematikan dan beberapanya tidak mematikan. Vibriosis ada diseluruh dunia dan semua binatang laut berkulit keras, termasuk udang, adalah yang paling mudah terkena. Infeksi vibrio  terjadi dalam semua tingkat kehidupannya, tetapi kejadian umum di hatcheries. Infeksi vibriosis paling banyak yang telah dilaporkan untuk P. monodon dari kawasan Indo-Pacific, P. japonicus dari Jepang, dan P. vannamei dari Ecuador, Negara Peru, Kolumbia dan Amerika Tengah ( Lightner, 1996). Vibriosis dinyatakan melalui sejumlah sindrom. Hal ini meliputi: mulut dan lenteric (demam) vibriosis, anggota badan dan cuticular vibriosis, luka vibriosis yang terlokalisir, penyakit kulit, systemic vibriosis dan pembusukan hepatopancreatitis ( Lightner, 1990).
Tanda serangan vibrio

Jenis bakteri dari golongan Vibrio harveyi merupakan bakteri yang paling sering menimbulkan kematian massal dalam waktu yang relatif singkat. Bakteri ini menyerang larva udang di panti-panti pembenihan maupun udang yang dibudidayakan di tambak dan dikenal dengan nama penyakit kunang-kunang atau penyakit udang menyala. Udang yang terinfeksi bakteri ini akan  bercahaya dalam keadaan gelap dan biasanya menyerang larva pada stadium zoea, mysis dan post larva. Terjadi lima jenis penyakit vibrio yang menyerang udang : necrosis pada ekor, penyakit kulit, penyakit merah, sindrom lepas kulit ( LSS) dan penyakit usus putih ( WGD) yang kesemuanya disebabkan oleh Vibrio Spp. Diantara itu, LSS, WGD, dan penyakit merah menyebabkan angka kematian massal di dalam kolam budidaya udang. Enam jenis Vibrio-V. Harveyi, V. parahaemolyticus, V. alginolyticus, V. anguillarum, V. vulnificus dan V. splendidus-are berhubungan dengan udang yang sakit . Distribusi Dan Komposisi Jenis bakteri luminens di dalam hatcheries udang menunjukkan dengan jelas terhadap kehadiran V. harveyi ( 97.30%) dan V. orientalis ( 2.70%) di dalam usus udang dimana sumber utama bakteri ini didalam hatchery udang adalah bahan kotoran yang berasal dari brood stock yang kemungkinan terjadi sewaktu bertelur.
Angka kematian dalam kaitan dengan vibriosis terjadi ketika udang tertekan oleh faktor seperti: kualitas air yang buruk, kepadatan tinggi ,suhu air tinggi, rendahny oksigen (DO) dan rendahnya pergantian air (Lightner dan, 1975; Brock dan Lightner, 1990). Angka kematian tinggi yang pada umumnya terjadi pada postlarvae dan juvenil. Larvae udang windu mengalami kematian dalam waktu 48 jam sejak terkena V. harveyi dan V. splendidus ( Lavilla-Pitogo, Et Al., 1990). Juga ada Laporan kematian udang windu yang sudah siap panen yang disebabkan oleh vibriosis ( Anderson et Al., 1988). Udang windu dewasa yang terkena vibriosis nampak hypoxic, menunjukkan badan yang merah ke insang coklat, nafsu makan kurang dan udang berenang lemah di tepi dan permukaan kolam ( Anderson et Al., 1988). Vibrio Spp. juga menyebabkan  penyakit kaki merah. Enam Vibrio Jenis, Termasuk V. harveyi dan V. splendidus menyebabkan luminesensi, yang kelihatan pada malam hari, menyerang udang pada tingkat postlarvae, muda dan dewasa (Lightner, et al., 1992). Postlarvae yang terkena infeksi juga memperlihatkan pergerakan kurang, mengurangi phototaxis dan usus kosong.
Udang yang terkena vibriosis terlihat ada luka yang terlokalisir sepanjang kulit jangat ini merupakan tanda khas penyakit yang menyerang kulit oleh bakteri., infeksi terlokalisr  dari bocornya luka, hilangnya otot, jaringan yang tidak jelas, peradangan usus atau hepatopancreas dan atau keracunan darah ( Lightner, 1993). Luka penyakit kulit hasil bakteri adalah warna coklat atau hitam dan nampak diatas kulit jangat badan, anggota badan atau insang. Postlarvae yang terkena hepatopancreat menunjukkan seperti berawan .Insang sering nampak warna coklat. Pembusukan Hepatopancreatitis dikenali sebagai berhentinya pertumbuhan hepatopancreas dengan multifocal necrosis dan radang haemocytic, yang berisi sejumlah besar  Vibrio parahaemolyticus maupun  V. harveyi dan melepasnya epithel sel dari dasar lapisan MGT . Lepasnya sel Epithelial tidaklah dilihat sebagai kehadiran bakteri non-pathogenic ( probiotics) .
            Pathogens seperti Vibrio Spp., Yang menyebabkan lepasnya epithelium di dalam MGT, dapat mempengaruhi angka kematian tinggi di udang dengan menghilangkan  2 lapisan yang melindungi udang dari infeksi: epithelium dan selaput peritrophic yang dikeluarkannya. Sebagai tambahan, hilangnya epithelium mempengaruhi peraturan air dan pengambilan ion ke dalam badan.
Hasil diagnosa

            Hasil diagnosa infeksi vibrio didasarkan pada tanda klinis dan demonstrasi histological bakteri Vibrio di dalam luka, bongkol yang kecil-kecil atau haemolymph. Organ bagian pengeluaran dan Haemolymph di coba pada media Vibrio-selective (TCBS) atau media agar laut yang umum.. Ketika menyelidiki postlarvae, keseluruhan contoh dihancurkan dan kemudian ditanam ke suatu media agar. Koloni Luminescent diamati setelah 12  sampai 18 jam setelah diinkubasi pada suhu-kamar atau 25 ke 30oC.
            Vibrio diisolasi untuk dikenali dengan  sejumlah metoda, termasuk: Gram strain, Motilas, suatu oxidase test, gaya glukosa utilisasi, ditumbuhkan dalam Nacl, Pengurangan Nitrat Dan cahaya. Jenis vibrio dikenali dengan cepat dengan menggunakan API-20 NFT yang sistemnya dengan menanan koloni vibrio pada API-NFT  dan menghitung angka koloni menurut arah alat tersebut ( Lightner, 1996) atau BIOLOG ( suatu sistem identifikasi miniatur bakteri yang merupakan  suatu alternatif kepada API sistem). Test kepekaan Antimicrobial  mungkin digunakan untuk mengidentifikasi vibriosis dan dapat dijalankan menggunakan metode disk Kirby-Bauer ( DIFCO, 1986) atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC) method  ( Lightner, 1996)

Penyebaran Vibrio
 Jenis vibrio hidup di air menggunakan fasilitas budidaya udang ( Lavilla-Pitogo, Et Al., 1990) dan biofilm, yang mana bentuknya berbeda hubungannya antara air di hatcheries dan di kolam. Bakteri masuk udang melalui luka atau retakan kulit jangat dan dicernakan dengan makanan (Lavilla-Pitogo et Al., 1990). Sumber yang utama V. harveyi di hatcheries berada dalam  midgut broodstock udang betina, yang ditumpahkan sewaktu ikan bertelur ( Lavilla-Pitogo et Al., 1992).

Ketahanan Vibrio
 Banyak studi telah dikerjakan mengenai efek membekukan pada  vibrios yang mencemari udang  yang dipanen. V. vulnificus di tiram yang  dipanen ( Crassostrea Virginica) dapat terus hidup pada suhu - 20 C  selama waktu 70 hari . V. parahaemolyticus, diisolasi dari daging daging tiram yang dihomoginasi dan diinactiv di dalam 16 hari pada - 15 C ketika jumlah kandungan bakteri adalah sangat tinggi ( 10 cfu/gm; Muntada-Garriga et Al., 1995). Ada bukti terbaru untuk menyatakan bahwa V. harveyi dapat survive di sedimen kolam genap setelah penjernihan dengan khlor atau perawatan dengan kapur ( Karunasagar et Al., 1996).
Perkembangan vibriosis

 Vibriosis adalah suatu masalah umum diseluruh dunia, V. harveyi terus berlanjut menyebabkan angka kematian diseluruh dunia diperkirakan diatas 30% pada P. monodon larvae, postlarvae dan dewasa di bawah kondisi-kondisi udang yang stres. Suatu strain Vibrio yang sangat pathogenic juga telah muncul dan terus menyebabkan angka kematian dalam budidaya udang ( Le Groumellec et Al., 1996). Permasalahan disebabkan oleh vibriosis adalah umum, tetapi dipertimbangkan lebih kecil dibanding wabah karena virus.

Penanggulangan Vibrio
Upaya penanggulangan penyakit kunang-kunang ini telah dilakukan dengan pemberian berbagai macam antibotik. Pemberian antibiotik secara terus menerus memberikan dampak negatif pada larva udang karena akan meninggalkan residu dalam tubuh dan menyebabkan resistensi terhadap V. Harveyi.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan suatu metode pencegahan dan penanggulangan penyakit vibriosis pada udang windu antara lain penggunaan obat-obatan dan antibiotik. Namun penggunaan antibiotik dan bahan-bahan kimia tidak efektif lagi karena tidak memberikan hasil yang memuaskan, yaitu pada dosis tertentu justru berdampak negatif pada ikan/udang itu sendiri, bahkan dapat menimbulkan resistensi bagi bakteri Vibrio spp. Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain dalam upaya penanggulangan penyakit pada usaha budidaya udang windu yang lebih efektif, murah dan ramah lingkungan.
 Vibriosis dikendalikan oleh terjaganya kesehatan dan manajemen air yang ketat untuk mencegah masukan vibrios di air ( Baticados, et al., 1990) dan untuk mengurangi tekanan pada udang ( Lightner, 1993). Pemilihan Lokasi baik, Disain Kolam Dan Kolam Persiapan adalah juga penting ( Nash et Al., 1992). Pergantian air setiap hari dan suatu pengurangan biomass di kolam dengan pemanenan parsial direkomendasikan untuk mengurangi angka kematian disebabkan oleh vibriosis. Pengairan, mengeringkan dan mengatur lime/dolomite ke kolam panenan juga direkomendasikan ( Anderson et Al., 1988).
Luminescent vibriosis dapat dikendalikan di hatchery dengan mencuci telor dengan yodium ( Sparkdin) dan formaldehida dan menghindarkan pencemaran oleh kotoran bertelur. V. harveyi di kolam air dapat inactivated oleh Dioksida Khlor ( Klosant). Probiotics ( Ultrazyme-P-Fs dan Bioremid-Aqua) diatur secara langsung ke dalam air atau dengan cara dicampur pakan. Immunostimulants ( Immunomax-Fs) juga telah sukses dapat mengurangi angka kematian udang yang diakibatkan oleh  vibriosis. Penggunaan Lactobacillus sp sebagai  bakteri probiotic di dalam budidaya  udang windu ( P.Monodon) juga terbukti dapat menekan vibrio . Jiravanichpaisal Dan Chuaychuwong et Al ( 1997)  telah menyelidiki suatu perawatan  efektif dengan Lactobacillus sp  terhadap vibriosis dan penyakit bercak putih pada  P. monodon. Mereka menyelidiki pertumbuhan beberapa bakteri probiotic, dan survival mereka di air laut yang salinitasnya 20 ppt  kurang lebih selama 7 hari. Aktivitas dua Lactobacillus sp dalam menghambat terhadap Vibrio Sp., E. coli, Staphylococcus sp ternyata mempunyai pengaruh yang efektif.
             Efek konsentrasi tembaga pada luminesensi dan racun V. harveyi telah diselidiki oleh Nakayama. T. et al ( 2007). Mereka menemukan konsentrasi tembaga ( unsur  tidak zat pembunuh kuman) kurang dari 40 ppm tidak punya efek pada pertumbuhan udang. Sedang  V. harveyi yang diberi dengan 40 ppm konsentrasi tembaga menunjukkan terjadinya pengurangan cahayanya ( luminesensi ). Oleh karena itu, kombinasi prebiotics, probiotics, immuno-stimulants dan unsur  non-antibiotic ( LBEENEX) mempunyai kekuatan besar melawan vibriosis dan Luminescent Bakteri ( LB)  dikombinasikan dengan cara budidaya tambak yang baik ( BAP),merupakan suatu alat manajemen yang efektif untuk mengendalikan bakteri luminesensi beracun yang ada dikolam budidaya.
Bakteri probiotik yang bersifat non patogen dan memiliki kemampuan mengurangi, menghambat ataupun, membunuh bakteri patogen, serta memungkinkan sebagai makanan di dalam perairan merupakan alternatif lain yang dapat digunakan untuk pencegahan penyakit. Beberapa sumber bakteri probiotik yang telah diteliti antara lain air laut, air tambak, sedimen laut, dan karang.
Selain itu teknik lain yang perlu dikaji dan dievaluasi untuk menanggulangi penyakit pada budidaya udang windu adalah merangsang kekebalan non-spesifik udang melalui penggunaan vaksin dan immunostimulan. Teknik tersebut telah banyak dilakukan baik di dalam negeri maupun dari manca negara, namun optimalisasi penggunaan suatu jenis immunostimulan masih perlu dilakukan. Penggunaan bahan aktif dari sponge dan mangrove sebagai antibakteri juga telah mulai dirintis, namun sampai saat ini optimalisasi penggunaannya masih perlu dikaji lebih lanjut sehingga diperoleh hasil yang memuaskan dan bisa diterapkan dalam skala lapangan.


Daftar Pustaka
Anderson, I.G., Shamsudin, M.N. and Shariff, M. 1988. Bacterial septicemia in juvenile tiger shrimp, Penaeus monodon, cultured in Malaysian brackishwater ponds. Asian Fis.Sci. 2: 93-108.
Baticados, M.C.L., Lavilla-Pitogo, C.R., Cruz-Lacierda, E.R., de la Pena, L.D. and Sunaz, N.A. 1990. Studies on the chemical control of luminous bacteria Vibrio harveyi and V splendidus isolated from diseased Penaeus monodon larvae and rearing water. Dis. Aquat. Org. 9: 133-139.
Herawati, E. 1996. Karakterisasi Fisiologi dan Genetik Vibrio Berpendar sebagai
Penyebab Penyakit Udang Windu. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.

DEMONSTRASI CARA BUDIDAYA CACING SUTERA DESA WUWUR KECAMATAN GABUS Oleh : Riyanto, SP

DEMONSTRASI   CARA BUDIDAYA CACING SUTERA DESA WUWUR KECAMATAN GABUS Oleh : Riyanto, SP BUDIDAYA CACING SUTERA Pendahu...