Kamis, 28 Juli 2016

Pembesaran lobster air tawar



    Pembesaran lobster air tawar bertujuan untuk mendapatkan lobster dewasa yang siap dikonsumsi, untuk mendapatkan indukan dan untuk dijadikan lobster hias.
Pembesaran lobster sangat berhubungan dengan laju pertumbuhan. Semakin tinggi laju pertumbuhannya, waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan lobster ukuran konsumsi akan semakin pendek.
    Pertumbuhan pada lobster dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan nisbi. Pertumbuhan mutlak yaitu ukuran rata-rata yang dicapai oleh lobster dalam satuan waktu tertentu. Sementara pertumbuhan nisbi didefinisikan sebagai ukuran panjang apa berat yang dicapai dalam periode tertentu
yang di hubungkan dengan panjang atau berat pada awal periode tersebut.
    Secara umum, pertumbuhan di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi sifat genetis dan kondisi fisiologi. Sementara faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan yang menjadi media pemeliharaan, antara lain kimia air, substrak dasar, suhu air, dan ketersediaan pakan.
     Dalam pembesaran, pilih benih yang berjenis kelamin jantan saja karena pertumbuhannya lebih cepat daripada yang betina apalagi ketika memasuki tahap pembesaran energi yang dimiliki lobster betina tidak hanya untuk membesarkan
dagingnya, tapi juga untuk memelihara telurnya.
1. Persiapan Kolam
    Wadah pembesaran lobster perlu dibersihkan dari zat beracun terutama bagian dasar kolam umumnya, zat beracun berasal dari polutan pakan dan bangkai lobster pada periode pemeliharaan sebelumnya. Untuk membersihkannya, lapisan tanah yang berbau tersebut dikerok dan dibuang. Selanjutnya, kolam dikeringkan dan dipupuk seperti pada persiapan pembenihan.
2. Persiapan Instalasi/infrastruktur Kolam
    Sebelum kolam diisi dengan benih, sebaiknya sistem pemasukan dan pengeluaran air sudah bisa di operasikan. Jumlah dan jenisnya perlu disesuaikan dengan jumlah benih yang akan ditebar. Sistem aerasi dan sirkulasi air sudah dapat
bekerja dengan baik.
    1. Persiapan Benih
        Rekondisi pertama dilakukan dengan mencipratkan air pada benih pada sebuah wadah, misalnya ember. Pencipratan dilakukan pada seluruh tubuh  benih, terutama insang. Kolam karantina diaerasi kuat dan diusahakan kondisi
    kolam gelap (diberi penutup). Rekondisi dilakukan selama 1-2 hari.
        Sebelum menebar benih, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut;
        1) Cek kualitas air, terutama suhu, pH, dan DO. Pastikan suhu air berkisar 26-290C, pH 7-8, dan DO sekitar 4 ppm
        2) Cek kondisi kolam jangan sampai masih ada kebocoran
        3) Sistem aerasi sudah berjalan dengan baik. Areator atau blower harus  sudah dinyalakan 24 jam sebelum ditebar
    2. Menebarkan Benih
        Jika media pembesaran berupa kolam semen, bagian atas kolam tersebut   sebaiknya diaci apa dikeramik atau paling tidak 10-20 cm bagian paling atas dari  wadah pembesaran harus dibuat licin. Untuk kolam tanah, bagian pinggirnya
    harus diberi pagar dari karpet talang air selain itu, selang masuknya air atau  kabel listrik sebaiknya dimasukan ke dalam pipa paralon agar tidak dijadikan  sebagai tempat memanjat lobster.



    Ukuran benih yang akan ditebar sebisa mungkin seragam. Namun mendapatkan benih yang demikian memang agak sulit. Oleh karenanya,perbedaan ukuran benih masih bisa ditoleransi hingga tidak lebih dari 10 gram.
    Tingkat kepadatan dalam penebaran berkisar 5-10 ekor/m2 dengan masa pemeliharaan 6-8 bulan. Kepadatan tinggi dapat meningkatkan mortalitas atau memperlambat laju pertumbuhan. Benih ditebar dengan cara meletakannya
diatas permukaan kolam tanah/ semen. Jangan sekali-kali menebar benih dengan cara dilempar karena dapat merusak organ dalam dan organ luar.
3. Pemberian pakan
    Lobster adalah jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala.Sebaiknya, makanan untuk lobster diberikan dalam kondisi mentah, baik itu sayuran maupun daging. Lobster makan didasar kolam, sehingga makanan harus
ditenggelamkan ke dasar kolam. Pakan lain yang cuckup baik di beri untuk lobster adalah daging, cacing sutera dan blood worm. Namun, jika cacing sutera atau cacing tanah diberikan harus ada perlakuan khusus.Ketika baru diambil dari
sungai atu baru dibeli dari pedagang harus diendapkan terlebih dahulu selama satu hari. Tujuannya agar cacing membuang kotoran didalam perutnya sehingga yang tersisa hanya dagingnya. Para pembudidaya pemula disarankan
menggunakan cacing beku untuk pakan lobster-lobsternya.
    Dalam sehari, pakan yang diberikan sebanyak 3% dari berat badan lobster. Pakan tersebut diberikan dua kali sehari, yakni pagi hari pukul 07.00 - 10.00 pakan sebnayak 25% dan sore hari pada pukul 17.00 sebanyak 75%. Persentase
pemberian makan malam lebih banyak karena lobster termasuk hewan nokturnal yang aktif pada malam hari.
        Cara lain untuk mengetahui jumlah pakan yang akan diberikan adalah dengan menetapkan target pertumbuhan yang diinginkan secara periodikal, kemudian menghitung kebutuhan pakan yang menunjang pertumbuhan
tersebut. Cara ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara logis antara pertumbuhan dengan pakan yang dapat dijadikan pola yang lebih terukur.
4. Pertumbuhan Benih
    Pertumbuhan erat kaitannya dengan konsumsi pakan, lingkungan tumbuhan dan faktor genetis. Pemberian pakan memegang peranan yang paling tinggi. Dengan pemberian pakan yang sesuai, pertumbuhan lobster bisa
diprediksi. Semakin besar atau bertambahnya umur lobster, tingkat pertumbuhannya akan semakin menurun (persentase pertumbuhannya semakin kecil).



5. Pencegahan Hama dan Penyakit
    Meskipun lobster air tawar termasuk tahan terhadap serangan hama dan penyakit karena kulitnya yang keras dan tebal, tetapi kewaspadaan tetap saja diperlukan. Beberapa penyakit yang sering menyerang lobster dan menyebabkan kematian adalah sebagai berikut :
    1) Saprolegnia dan Achyla
         Kedua pathogen ini menyerang jaringan luar lobster dan menyerang  telurnya. Mereka dapat menghambat pernapasan lobster sehingga telur   akan mati dan tidak menetas. Tanda lobster terserang penyakit ini adalah  pada tubuhnya ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas. Cendawan ini menyebabkan nafsu makan lobster menurun dan akhirnya  mati. Cara mengatasi Saprolegnia sp adalah dengan merendam lobster yang terinfeksi ke dalam Malachite Green 2-3 ppm selama 30-60 menit.
    2) Cacing jangkar
         Cacing Lernea cyprinacea dan Lernaea carasii menembus jaringan tubuh dengan kaitnya yang menyerupai jangkar. Bagian insang pada lobster yang   terjangkit tampak dihuni cacing dan terdapat cairan atau lender yang  memanjang. Akibatnya, lobster kekurangan darah kehilangan bobot tubuh, dan kemudian mati. Cacing jangkar dapat diatasi dengan merendam lobster  yang terinfeksi kedalam larutan garam (20 gram garam dilarutkan ke dalam  1 liter air) selama 10-20 menit.
    3) Argulus foliaceus
         Serangan argulus pada lobster ditandai dengan adanya bintik merah  pada tubuh. Racun argulus ini menyebabkan kematian pada lobster akibat anemia dan kehilangan banyak darah. Racun yang melukai kulit bisa   mengundang infeksi saprolegnia yang semakin menambah penderitaan lobster. Penyakit ini bisa diatasi dengan merendam lobster kedalam 1 mililiter Lysol yang dilarutkan dalam 5 liter air selama 15-60 detik. Setelah   itu, rendam lobster ke dalam sodium permanganate sebanyak 1 gram yang  dilarutkan dalam 100 liter air selama 1,5 jam. Pemberiaan Neguvon, Masoten, dan Lindane dilakukan jika serangan telah mencapai stadium  puncak karena ketiganya bersifat racun yang justru bisa membahayakan  lobster.
    4) Larva cybister (ucrit)
         Larva cybister (ucrit) adalah hewan yang bentukya seperti ulat, tubuhnya berwarna agak kehijauan, dan panjangnya dapat mencapai 2 cm. hewan ini memiliki gigi taring yang terletak di kepala sebagai alat untuk  menggigit mangsanya. Sementara di bagian tubuh belakang, ucrit memilik alat penyengat. Meskipun demikian tubuhnya kaku, tetapi gerakannya terbilang cepat. Dilihat dari jenis darahnya, larva cybister termasuk hewan berdarah putih.
5) Linsang
    Linsang atau sero adalah hewan berkaki empat, berbulu, dan berekor panjang. Tubuhnya mirip kucung, tetapi ukurannya lebih panjang. Bila terkena sinar, matanya mengeluarkan cahaya berwarna biru. Hewan ini banyak ditemukan di daerah kaki gunung atau daerah berbukit. Tempat persembunyian sero sangat susah ditemukan.
    Sejauh ini, pemberantasan sero masih sulit dilakukan karena sangat susah ditangkap. Selain itu, penciumannya juga sangat tajam, meskipun dipancing dengan ikan dan lobster yang sudah diberi racun. Hanya pencegahan yang baru bisa dilakukan dengan yang dibuat mendadak. Pencegahan lainnya dengan memagar areal kandang, tetapi cara ini membutuhkan biaya yang sangat besar.
6. Penyaing
     Golongan penyaing (kompetitor) adalah hewan yang menyaingi lobster air tawar dalam hicdupnya, baik mengenai pakan maupun ruang untuk bergerak. Keberadaan kompotitor dikolam akan membuat bias dalam perhitungan FCR.
Jumlah pakan yang diberikan ternyata tidak seluruhnya dikonsumsi oleh lobster air tawar. Penyaing ikut memanfaatkan pakan yang di tebar oleh pembudidaya. hitungan FCR menjadi lebih tinggi.  Beberapa jenis penyaing yang sering hidup bersama lobster air tawar dikolam itu yaitu bangsa siput, seperti trisipan dan concong, ikan liar seperti mujair, ketaman-ketaman serta udang kecil-kecil.  Untuk mengendalikan beberapa kompetitor ini, perlu dilakukannya upaya pemberantasan agar tidak bersaing dalam mendapatkan pakan dengan lobster air tawar. Berikut ini adalah cara yang bisa dilakukan dalam pemberantasan kompotitor:
     1) Biji Teh
         Bungkil biji teh adalah ampas yang dihasilkan biji teh yang diperas   minyaknya. Sejauh ini, biji teh banyak diproduksi dicina. Kadar saponin  dalam setiap bungkil biji teh tidak sama tetapi biasanya dengan 150-200 kg  bungkil biji teh per hektar kolam, sudah cukup relatif mematikan ikan liar  atau buas tanpa mematikan lobster air tawar yang dipelihara.
         Dosis yang digunakan sekitar 200-250 kg/ha kolam. Sebelum ditebar, volume air dalam kolam dikurangi hingga 1/3-nya saja. Dengan demikian, dosis yang digunakan saponin menjadi lebih encer. Penggunaan bungkil ini
akan lebih efektif jika dilakukan pada siang hari, pukul 12.00 atau 13.00  Sebelum digunakan, bungkil ditumbuk dulu menjadi tepung, kemudian direndam didalam air selama beberapa jam atau semalam. Setelah itu, air tersebut dipercik-percikan kedalam tambak, sementara menabur bungkil, aerasi dalam kolam dihidupkan agar saponin teraduk merata. Hal yang perlu di antisipasi yaitu air buangan yang telah diberi saponin. Air buangan dipastikan telah bebas dari residu saponin karena bila tidak, bisa bersifat racun bagi lingkungan sekitar.
2) Rotenon dari akar deris (tuba)
    Akar deris dari alam mengandung 5-8% Rotenon.Akar yang masih kecil lebih banyak mengandung rotenone. Zat ini dapat membunuh ikan pada kadar 1-4 ppm, tetapi batas yang mematikan lobster air tawar tidak jauh
berbeda.
3) Nikotin
    Ikan liar, ikan buas, dan siput dapat diberantas dengan nikotin pada takaran 12-15 kg/ha. Selain nikotin, kompetitor dapat di berantas dengan sisa-sisa tembakau berdosis 200-400 kg/ha. Sisa ditebarkan dikolam sesudah tanah dasar dikeringkan dan kemudian diairi setinggi 10 cm. Setelah ditebarkan, sisa tembakau dibiarkan selama 2-3 hari agar racun nikotinnya dapat membunuh kompetitor. Sementara airnya dibiarkan sampai habis menguap selama 7 hari. Setelah itu, kolam dialiri lagi tanpa dicuci dulu sebab sisa tembakau sudah tidak beracun lagi dan dapat berfungsi sebagai pupuk.
7. Penyaing
     Tidak ada salahnya juga, hama seperti tikus air, burung, dan kucing juga harus diwaspadai. Perlu diketahui bahwa kematian lobster umumnya tidak murni disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Kegagalan dalam pergantian kulit (moulting) pertama dapat mematikan lobster. Insang pada lobster yang memaksakan diri untuk berganti kulit biasanya akan lepas dan lobster akan mati seketika itu juga. Hal ini bisa diatasi dengan meningkatkan pasokan oksigen terlarut dalam air. Terutama sebelum dan sesudah pergantian kulit berlangsung.

8. Pencagahan
     Beberapa cara yang dilakukan untuk mencegah adanya serangan hama di lokasi pembudidayaan lobster air tawar sebagai berikut :
    a) Mengeringkan bak atau kolam yang akan digunakan sehingga hama-   hama mati.
    b) Melakukan pengapuran pada saat persiapan kolam atau bak.
    c) Memasang saringan pada pintu masuk sehingga hama tidak masuk ke    kolam.
    d) Melakukan filterisasi, yakni air yang masuk ke areal kolam harus melalui  filter terlebih dahulu sehingga bibit-bibit hama yang masih kecil dapat  tertahan oleh filter tersebut.
    e) Memberantas hama, baik secara mekanik, biologis, maupun secara    kimiawi.
    f) Memberi pagar pada seputaran areal kolam setinggi 60 cm. Bahan pagar   yang digunakan yaitu seng,
semen, atau jaringan. Sementara upaya pencegahan terhadap datangnya serangan penyakit dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
    a) Mengeringkan kolam atau bak untuk memotong siklus hidup penyakit.
    b) Mengapur kolam sebelum penebaran benih sehingga dapat membunuh  hama dan penyakit, selain itu juga dapat meningkatkan pH.
    c) Menjaga kualitas air agar parameternya tetap pada kondisi normal.
    d) Menjaga kebersihan sekitar areal perkolaman
    e) Melakukan penebaran dengan padat tebar yang optimal dan ukuran
        yang seragam untuk menurunkan tingkat kanibalisme.
    f) Melakukan penanganan yang baik agar tidak menimbulkan luka pada  tubuh lobster.
    g) Menghindari masuknya binatang-binatang pembawa penyakit, seperti    burung, dan siput.

Sumber : pusluh.kkp.go.id

Senin, 18 Juli 2016

Penyakit Virus Pada Ikan




Apa itu Virus?
Virus adalah agen menular sangat kecil yang berkembang biak hanya dalam sel-sel hidup dari hewan atau tanaman inang. Mikroorganisme lain, seperti bakteri atau jamur, memiliki organel untuk metabolisme mereka sendiri, tetapi virus tidak. Mereka harus memanfaatkan jaringan dari sel inang yang terinfeksi untuk pertumbuhan dan reproduksi.
Virus A memiliki dua bagian. Bagian internal adalah virion, atau partikel virus yang terdiri dari asam nukleat, bahan yang sama yang membentuk gen. Virion ini tertutup dalam sebuah mantel protein yang disebut kapsid eksternal. Virus secara  luas dikategorikan oleh jenis asam nukleat yang dikandungnya, dua tipe dasar asam nukleat RNA (ribonucleic acid) dan DNA (Deoxyribo-asam nukleat). Ahli Virus (virologists)  juga mengklasifikasikan virus dengan bentuknya, misalnya, "icosahedral" virus memiliki 20 sisi, dan "heliks" partikel berbentuk batang.
Deteksi Penyakit Viral
Karena mereka sangat kecil, virus seringkali sulit untuk dideteksi. Parasit, bakteri, atau jamur lebih mudah untuk mendeteksi daripada virus, sehingga diagnosticians cek pertama untuk melihat apakah organisme lain penyebab penyakit tertentu sebelum mempertimbangkan kemungkinan bahwa virus yang bertanggung jawab. Tiga teknik yang digunakan untuk identifikasi awal virus. Pertama, mikroskop elektron (EM) digunakan untuk memvisualisasikan partikel virus dalam sel-sel jaringan. Kedua, upaya dilakukan untuk menumbuhkan virus di laboratorium menggunakan sel-garis, yang menumbuhkan sel-sel hidup secara in vitro,  secara harfiah " ada dalam gelas," di luar organisme hidup dengan memberi mereka nutrisi khusus. Teknik ini disebut sebagai kultur sel, dan sel-sel dari ikan khusus digunakan untuk pertumbuhan agen virus tertentu. Akhirnya, identifikasi virus dikonfirmasi menggunakan serologi, di mana serum (bagian dari darah) dari hewan yang diketahui terinfeksi virus ini diuji kemampuannya untuk "diketahui " bahwa penyebabnya adalah  virus, ini menegaskan bahwa virus yang tumbuh pada tubuh hewan ini adalah sama dengan virus yang telah diisolasi di laboratorium.
Virus merupakan spesies-spesifik dan spesifik jaringan. Ini berarti bahwa mereka hanya dapat tumbuh dalam beberapa jenis sel dari binatang tertentu. Hal ini membuat sulit untuk mengisolasi virus dari agen banyak ikan karena tidak mungkin tersedia secara komersial sel-line untuk beberapa  spesies ikan individu. Banyak sel-garis yang tersedia secara komersial berasal dari ikan coldwater seperti salmonids, dan mungkin kurang cocok untuk spesies warmwater. Tidak mungkin untuk mengembangkan serologi sebagai alat sampai setelah virus telah diisolasi di laboratorium dengan menggunakan garis sel yang sesuai. Untuk alasan ini,banyak  agen virus di ikan sering dicurigai berdasarkan visualisasi partikel virus pada jaringan yang diambil dari ikan sakit menggunakan EM. Masalah dengan alat ini, bila digunakan sendiri, adalah bahwa adalah mungkin untuk partikel virus untuk hadir dalam jaringan tanpa menimbulkan bahaya, atau penyakit. Oleh karena itu, identifikasi partikel virus dalam jaringan ikan yang sakit tidak selalu membuktikan bahwa virus yang diamati adalah penyebab dari penyakit berlangsung.
Manajemen dan Pengendalian Penyakit Viral
Penyakit virus tidak dapat dikendalikan dengan obat-obatan karena mereka menggunakan sel sendiri inang untuk reproduksi dan kelangsungan hidup. Oleh karena itu, bijaksana untuk memberikan "asuhan keperawatan yang baik" untuk ikan yang diduga menderita infeksi virus sehingga mekanisme pertahanan alami mereka sendiri dapat bekerja untuk menghilangkan sel yang terinfeksi. Hal ini dengan menjaga kualitas air yang sangat baik, memberi ikan dengan pakan berkualitas tinggi, menjaga kebersihan  fasilitas kolam, dan menjaga  stok ikan yang sakit atau berpotensi terinfeksi terpisah dari semua hewan lain.
Peralatan, sepatu, dan tangan harus dicuci dengan disinfektan setelah salah penanganan atau yang dekat dengan ikan yang berpotensi terinfeksi. Pemutih klorin adalah agen virucidal baik dan dapat digunakan untuk mendisinfeksi peralatan. Konsentrasi 10 mg / l selama satu jam akan membunuh partikel yang paling menular. Bila menggunakan pemutih, bagaimanapun, adalah penting untuk diingat bahwa hal ini sangat beracun untuk ikan. Sisa bahan kimia atau asap yang kuat dapat mematikan untuk ikan. Sebuah alternatif untuk pemutih adalah senyawa amonium kuaterner. Mereka adalah agen virucidal efektif dan dapat digunakan untuk mendisinfeksi peralatan, mereka juga cocok untuk digunakan sebagai pembersih. Meskipun senyawa amonium kuaterner yang tidak beracun untuk ikan sebagai klorin, semua item harus dibilas sebelum ditempatkan dalam kontak dengan ikan hidup.
Sebelum memperkenalkan ikan baru ke dalam populasi di kolam, tiga sampai empat minggu masa karantina harus diamati. Walaupun masa karantina untuk mencegah masuknya virus ini belum tentu benar karena begitu sedikit yang diketahui tentang penyakit virus ikan. Sebaliknya masa karantina harus dirancang untuk mencegah masuknya penyakit bakteri dan parasit. Metode untuk secara akurat mengidentifikasi penyakit virus tertentu ikan  masih kurang. Tidak ada cara skrining ikan yang dapat membawa penyakit virus yang dicurigai, tidak ada cara untuk menentukan apakah atau tidak mereka dapat berfungsi sebagai sumber infeksi untuk ikan lain, atau berapa lama mereka dapat tetap menular. Pengembangan strategi karantina yang efektif terhadap virus akan membutuhkan jawaban atas setiap pertanyaan ini sebelum pencegahan yang wajar atau rekomendasi un tuk menghindari virus dapat dibuat.
Untuk penyakit menular yang menyerang banyak ikan ada berbagai temperatur di mana tingkat penyakit dan kematian dalam suatu populasi yang paling parah. Misalnya, ikan lele yang kena penyakit virus umumnya menyebabkan kerugian paling parah ketika suhu air mencapai atau melebihi 25 ° C (77 ° F). Dalam kondisi eksperimental, angka kematian menurun secara dramatis ketika suhu air diturunkan dari 28 ° C (82 ° F) hingga 19 ° C (66 ° F). Untuk spesies yang dipelihara dalam suhu lingkungan yang dikuasai, manipulasi temperatur lingkungan sebagai sarana untuk meminimalkan dampak dari penyakit virus dapat memberi manfaat.
Vaksinasi
Meskipun vaksinasi digunakan secara rutin untuk mencegah penyakit virus pada manusia dan mamalia domestik, tidak banyak digunakan dalam pengobatan ikan. Pengembangan vaksin sangat mahal dan hanya ada beberapa penyakit virus ikan yang memiliki dampak ekonomi yang cukup untuk menjamin investasi dalam pengembangan vaksin. Juga, karena ikan merupakan hewan berdarah dingin, respon kekebalan vaksin ini tidak dapat diprediksi seperti pada hewan berdarah panas, dan vaksinasi karena itu lebih sering mungkin diperlukan di hewan berdarah panas. Saat ini, vaksin yang digunakan dalam akuakultur terutama digunakan dalam produksi salmonid dan sebagian besar vaksin komersial telah dikembangkan untuk melindungi ikan dari agen bakteri umum. Vaksin diberikan melalui suntikan atau dengan perendaman atau pencelupan. Sebuah vaksin oral telah dikembangkan untuk digunakan dalam ikan lele untuk mencegah penyakit bakteri, namun, sampai saat ini, penggunaannya masih dibatasi.
Ringkasan
Virus adalah mikroorganisme yang sangat sulit untuk dipelajari  karena ukurannya yang kecil dan ketidakmampuannya untuk tinggal di luar jaringan host mereka. Virus diklasifikasikan berdasarkan jenis asam nukleat yang mereka miliki, baik RNA atau DNA, serta dengan ukuran dan bentuk. Identifikasi awal dari agen virus yang dapat menyebabkan penyakit ini sering didasarkan pada visualisasi dari partikel virus dalam jaringan kematian ikan menggunakan mikroskop elektron. Upaya tersebut kemudian dilakukan untuk mengisolasi virus di laboratorium menggunakan sel-sel hidup khusus, yang disebut sel-garis, dan akhirnya serologi digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa virus dalam tubuh hewan adalah sama dengan virus yang telah diisolasi di laboratorium. Identifikasi virus dan investigasi penyakit virus sangat khusus dan memerlukan pelatihan dan peralatan khusus. Setelah penyakit virus sedang berlangsung, penyakit ini tidak dapat ditanggulangi dengan memberi  obat pada ikan. Pencegahan infeksi bakteri sekunder dan pemeliharaan lingkungan yang bersih dan gizi yang baik akan membantu memberikan ikan kesempatan terbaik untuk mengatasi infeksi dengan menggunakan mekanisme pertahanan alami sendiri. Manipulasi temperatur merupakan metode untuk mengendalikan beberapa penyakit virus ikan, dan jika ikan yang dipelihara di bawah kondisi suhu yang dikendalikan, ini mungkin merupakan strategi manajemen praktis.
Disadur dari artikel berjudul introduction viral patogen in fish karya RuthEllen Klinger dan Ruth Francis-Floyd-Departemen Pertanian AS, Cooperative Extension Service, University of Florida,

Kamis, 14 Juli 2016

PENGHITUNGAN FORMULASI PAKAN IKAN



Energi yang hilang dari tubuh ikan sebagai faeses, urine, ekskresi insang dan
panas.. Energi yang hilang sebgai panas sulit untuk diukur.yakni :
1). Metabolisme standar, yaitu energi yang digunakan ikan pada kondisi tidak
bergerak pada air yang tenang.
2). Aktifitas fisik sukarela, yaitu enrgi yang digunakan ikan untuk mencari makan,
mempertahankan posisi dll.
3). Energi yang dikeluarkan berkenaan dengan aktifitas system pencernaan.

1. Pengetahuan Gizi.
Seperti halnya hewan lain, ikan pun membutuhkan zat gizi tertentu untuk
hidupnya yaitu untuk menghasilkan tenaga, menggantikan sel-sel yang rusak dan untuk tumbuh. Zat gizi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air.
a. Protein
Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan/udang, baik untuk pertumbuhan
maupun untuk menghasilkan tenaga. Protein nabati (asal dari tumbuhan), lebih sulit dicernakan dari pada protein hewani (asal dari hewan), hal ini disebabkan karena protein nabati terbungkus dalam dinding selulosa yang memang sukar dicerna.
Pada umumnya ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada hewan ternak di darat (unggas, dan mamalia). Selain itu, jenis dan umur ikan juga
berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan carnívora membutuhkan protein lebih banyak daripada ikan herbivora, sedangkan ikan omnivora berada diantara keduanya. Pada umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20 – 60%, dan optimum 30 -36%,.

b. Lemak.
Nilai gizi lemak dipengaruhi oleh kandungan asam lemak esensiilnya yaitu asam-asam lemak tak jenmuh atau PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) antara lain asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak esensiil ini banyak terdapat di tepung kepala udang, cumi-cumi dll. Kandungan lemak angat dipengaruhi oleh factor usuran ikan, kondisi lingkungan dan adanya sumber tenaga lain. Kebutuhan ikan akan lemak bervariasi antara 4 – 18%.

c. Karbohidrat
Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku nabati. Kadar karbohidrat dalam pakan ikan, dapat berkisar antara 10 – 50%. Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat ini tergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan enzim pemecah karbohidrat (amilose) ikan karnivora biasanya membutuhkan karbohidrat sekitar 12 % sedangkan untuk omnivore kadar karbohidratnya dapat mencapai  50%.

d. Vitamin.
Apabila ikan kekurangan vitamin, maka gejalanya hádala nafsu makan hilang, kecepatan tumbuh bekurang, warna abnormal, keseimbangan hilang, gelisah,
mudah terserang bakteri, pertumbuhan sirip kurang sempurna, pembentukqn lendir terganggu dll.Kebutuhan akan vitamin Sangay dipengaruhi usuran ikan, umur, kondisi lingkungan dan suhu air.
e. Mineral
Mineral hádala bahan an organik yang dibutuhkan oleh ikan untuk
Pertumbuhan jaringan tubuh, proses metabolismo dan mempertahankan
keseimbangan osmosis. Mineral yang penting untuk pembentukan tulang gigi dan sisik ádalah  kalsium, fosfor, fluorine, magnesium, besi, tembaga, kobalt, natrium, kalium, klor, boron, aluminium, seng, arsen dll. Makanan alami biasanya telah cukup mengandung mineral, bahkan beberapa dapat diserap langsung dari dalam air. Namur pada umunya, mineral-mineral itu didapatkan dari makanan. Oleh karena itu, beberapa macam mineral yang penting perlu kita tambahkan pada proses  pembuatan pakan.
Selain kandungan gizi, ada beberapa bahan tambahan dalam meramu pakan buatan. bahan-bahan ini cukup sedikit saja, diantaranya : antioksidan, perekat dan pelezat. Sebagai antioksidan atau zat anti tengik dapat ditambahkan fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikuin, BHT, BHA dan lain-lain dengan pemnggunaan 150 -200 ppm.
Beberapa bahan dapat berfungsi sebagai perekat seperti agar-agar gelatin, kanji, tepung terigu dan tepung sagu, dengan pemakaian maksimal 10% bahan perekat ini menjadi penting pada pembuatan pakan udang. Sebab pakan udang harus mempunyai ketahanan yang tinggi, agar tidak cepat hancur dalam air. Sebagai pelezat, pada umumnya diberi garam dapur sebanyak 2%.. Untuk pakan ikan bandeng bahan perekat diberikan sekitar 5%,.

2. Metoda Menghitung Kebutuhan bahan baku.
Sebelum mulai menghitung harap diingat bahwa suatu bahan baku disebut bahan sumber protein apabila kadar proteinnya > 20%. Karena harga protein cukup mahal, maka yang pertama dihitung adalah protein , sedangkan yang lainnya menyesuaikan, misalnya dengan menambahkan sumber energi. Yang paling mudah adalah menggunakan metoda Bujur Sangkar.
Sebagai contoh, akan disiapkan pakan ikan mas dengan 27% protein, dari bahan dedak dan bungkil kedelai.
Untuk membuat pakan ikan mas 27% protein sebanyak 100 kg, kita harus
mencampur Dedak                      : 17/35,8    = 47,5% x 100 = 47,5 kg,
    bungkil kedelai                             : 18,8/35,8  = 52,5% x 100 = 52,5 kg
Bila akan menggunakan lebih dari 2 bahan baku, kelompokkan dahulu bahan baku basal (kadar protein < 20%) dan bahan baku protein (> 20%) di rata-ratakan dahulu setiap kelompok setelah itu dimasukkan ke metoda bujur sangkar.
Bungkil kedelai + tepung kepala Udang /2                = ( 44 + 48,35)/2 = 48,35 %
    Protein dedak + protein Jagung/2                                = ( 8,2 + 10,2)/2 = 9,20 %
Bungkil kedelai + T. kepala udang                               = 17,8
Dedal halus + Jagung 9,2%                                          =  21,35
Jumlah total                                                                      =  39,15
Sehingga : Bahan baku basal 21,35/39,15                =  54,53 %
Bahan baku protein 17,8/39,15                        = 45,47 %
Jadi untuk membuat 100 kg pakan ikan dapat mencampur:
- Dedak halus                   : 27,265 kg
- jagung                             : 27,265 kg
  - Bengkil kedelai              : 22,735 kg
- Tepung kep Udang       : 22,735 kg
Metoda ini dapat juga digunakan berdasarkan kebutuhan kalori, hal ini dilakukan bila kita akan membuat pakan dengan kalori tertentu.
Langkah diatas merupakan langkah pertama pada formulasi pakan, langkah ke 2 adalah menguji kadar asam amino yang dapat dilaklukan di laboratorium.

 PEMBUATAN PAKAN
Teknologi pembuatan pakan mengalami perubahan yang substancial dalam beberapa tahun terakhir. Enam puluh tahun yang lalu pencampuran bahan baku pakan dilakukan di lantai gudang dengan menggunakan sekop. Selanjutnya pencampuran bebarapa bahan pakan menggunakan tangan, kemudian pencampuran mekanis pencampuran kontinyu dan Sekarang pencampuran mengguynakan mesin yang dikontrol oleh komputer. Tetapi konsep dasar pencampuran tidak lepas dari pertimbangan “nutrisi yang berimbang”.
Proses pembuatan pakan secara berturut-turut adalah sebagai berikut :
·         Penurunan ukuran partikel (penepungan)
·         Pencampuran awal (pre mixing)
·         Pelleting
·         Pengemasan.
·         Penyimpanan
Penurunan ukuran partikel dilakukan menggunakan mesin penepung yang disebut hamer mill. Mesin penepung ini dilengkapi dengan saringan sesuai ukuran partikel yang dikehendaki, biasanya ukuran saringan 2,5 , 5 dan 8 mm.
Dalam proses pembuatan pakan ikan terdapat 2 proses pencampuran, yaitu pencampuran bahan-bahan yang berjumlah kecil (pre mixing) dan pencampuran, semua komponen pakan. Bahan-bahan yang berjumlah kecil (mikro ingrident) antara lain; vitamin dan mineral-mineral yang esencial tapi diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga diperlukan bahan pengisi yang berat jenisnya mendekati bahan-bahan mikro tadi.
Pencampuran bahan dengan mesin sederhana dapat digunakan mixer pembuat adonan roti, bahan diaduk sampai merata agar pelet yang dihasilkan memiliki kualitas yang sama pada setiap butirnya. Setelah bercampur menjadi adonan siap dicetak menjadi pelet.
Pencetakan pelet menggunakan peralatan sederhana , sebagai contoh
mesin pelet buatan lokal, mesin giling daging dapat juga menggunakan mesin briket batu bara. Besar kecilnya ukuran pelet sangat tergantung ukuran lubang cetakan, pada umumnya 1.5 , 2 dan 3 mm.
Pada peralatan sederhana ini semua bahan yang telah dicampur secara merata, selanjutnya ditambahkan air antara 25 – 30% atau bila bahan campuran bila dikepal membentuk gumpalan tidak menjadi pelet. lekas hancur, selanjutnya  bahan dicetak Proses pengemasan pakan meliputi penimbangan, pengemasan, perekatan, pengkodean dan penjahitan. Setelah dikeringkan pakan harus segera disimpan agar tidak mengalami kerusakan/ penurunan mutu. Disimpaan dalam karung yang diberi lapisan plastik pada bagian dalam karung (iner).

Sumber : pusluh.kkp.go.id

DEMONSTRASI CARA BUDIDAYA CACING SUTERA DESA WUWUR KECAMATAN GABUS Oleh : Riyanto, SP

DEMONSTRASI   CARA BUDIDAYA CACING SUTERA DESA WUWUR KECAMATAN GABUS Oleh : Riyanto, SP BUDIDAYA CACING SUTERA Pendahu...