Pembesaran
lobster air tawar bertujuan untuk mendapatkan lobster dewasa yang siap
dikonsumsi, untuk mendapatkan indukan dan untuk dijadikan lobster hias.
Pembesaran lobster sangat berhubungan
dengan laju pertumbuhan. Semakin tinggi laju pertumbuhannya,
waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan lobster ukuran konsumsi akan semakin
pendek.
Pertumbuhan pada lobster dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan nisbi. Pertumbuhan mutlak yaitu ukuran
rata-rata yang dicapai oleh lobster dalam satuan waktu tertentu. Sementara
pertumbuhan nisbi didefinisikan sebagai ukuran panjang apa berat yang dicapai dalam
periode tertentu
yang di hubungkan dengan panjang atau
berat pada awal periode tersebut.
Secara umum, pertumbuhan di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi sifat genetis dan
kondisi fisiologi. Sementara faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan yang menjadi media
pemeliharaan, antara lain kimia air, substrak dasar, suhu air, dan ketersediaan pakan.
Dalam pembesaran, pilih benih yang berjenis kelamin jantan saja karena pertumbuhannya
lebih cepat daripada yang betina apalagi ketika memasuki tahap pembesaran
energi yang dimiliki lobster betina tidak hanya untuk membesarkan
dagingnya, tapi juga untuk memelihara
telurnya.
1. Persiapan Kolam
Wadah pembesaran lobster perlu dibersihkan dari zat beracun
terutama bagian dasar kolam umumnya, zat beracun berasal dari polutan pakan dan
bangkai lobster pada periode pemeliharaan sebelumnya. Untuk membersihkannya,
lapisan tanah yang berbau tersebut dikerok dan dibuang. Selanjutnya, kolam
dikeringkan dan dipupuk seperti pada persiapan pembenihan.
2. Persiapan Instalasi/infrastruktur Kolam
Sebelum kolam diisi dengan benih, sebaiknya sistem pemasukan dan pengeluaran
air sudah bisa di operasikan. Jumlah dan jenisnya perlu disesuaikan dengan jumlah
benih yang akan ditebar. Sistem aerasi dan sirkulasi air sudah dapat
bekerja dengan baik.
1. Persiapan Benih
Rekondisi pertama dilakukan dengan
mencipratkan air pada benih pada sebuah wadah, misalnya ember.
Pencipratan dilakukan pada seluruh tubuh
benih, terutama insang. Kolam karantina diaerasi kuat dan diusahakan
kondisi
kolam gelap (diberi penutup). Rekondisi dilakukan selama 1-2 hari.
Sebelum menebar benih, hal-hal yang
perlu diperhatikan sebagai berikut;
1) Cek kualitas air, terutama suhu, pH,
dan DO. Pastikan suhu air berkisar 26-290C, pH 7-8, dan DO sekitar 4 ppm
2) Cek kondisi kolam jangan sampai
masih ada kebocoran
3) Sistem aerasi sudah berjalan dengan
baik. Areator atau blower harus sudah dinyalakan 24 jam
sebelum ditebar
2. Menebarkan Benih
Jika media pembesaran berupa kolam semen, bagian atas kolam
tersebut sebaiknya diaci apa
dikeramik atau paling tidak 10-20 cm bagian paling atas dari wadah pembesaran harus dibuat licin. Untuk
kolam tanah, bagian pinggirnya
harus diberi pagar dari karpet talang air selain itu, selang masuknya
air atau kabel listrik sebaiknya
dimasukan ke dalam pipa paralon agar tidak dijadikan sebagai tempat memanjat lobster.
Ukuran benih yang akan ditebar sebisa mungkin seragam. Namun mendapatkan
benih yang demikian memang agak sulit. Oleh karenanya,perbedaan ukuran benih
masih bisa ditoleransi hingga tidak lebih dari 10 gram.
Tingkat kepadatan dalam penebaran berkisar 5-10 ekor/m2 dengan masa pemeliharaan
6-8 bulan. Kepadatan tinggi dapat meningkatkan mortalitas atau memperlambat
laju pertumbuhan. Benih ditebar dengan cara meletakannya
diatas permukaan kolam tanah/ semen.
Jangan sekali-kali menebar benih dengan cara dilempar karena dapat
merusak organ dalam dan organ luar.
3. Pemberian pakan
Lobster adalah jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala.Sebaiknya,
makanan untuk lobster diberikan dalam kondisi mentah, baik itu sayuran maupun
daging. Lobster makan didasar kolam, sehingga makanan harus
ditenggelamkan ke dasar kolam. Pakan
lain yang cuckup baik di beri untuk lobster adalah daging, cacing sutera
dan blood worm. Namun, jika cacing sutera atau cacing tanah diberikan harus ada
perlakuan khusus.Ketika baru diambil dari
sungai atu baru dibeli dari pedagang
harus diendapkan terlebih dahulu selama satu hari.
Tujuannya agar cacing membuang kotoran didalam perutnya sehingga yang tersisa
hanya dagingnya. Para pembudidaya pemula disarankan
menggunakan cacing beku untuk pakan
lobster-lobsternya.
Dalam sehari, pakan yang diberikan sebanyak 3% dari berat badan lobster. Pakan tersebut
diberikan dua kali sehari, yakni pagi hari pukul 07.00 - 10.00 pakan sebnayak
25% dan sore hari pada pukul 17.00 sebanyak 75%. Persentase
pemberian makan malam lebih banyak
karena lobster termasuk hewan nokturnal yang aktif pada malam hari.
Cara lain untuk mengetahui jumlah pakan
yang akan diberikan adalah dengan menetapkan target pertumbuhan yang diinginkan secara
periodikal, kemudian menghitung kebutuhan pakan yang menunjang pertumbuhan
tersebut. Cara ini sangat bermanfaat
untuk mengetahui secara logis antara pertumbuhan dengan pakan yang dapat
dijadikan pola yang lebih terukur.
4. Pertumbuhan Benih
Pertumbuhan erat kaitannya dengan konsumsi pakan, lingkungan tumbuhan dan
faktor genetis. Pemberian pakan memegang peranan yang paling tinggi. Dengan
pemberian pakan yang sesuai, pertumbuhan lobster bisa
diprediksi. Semakin besar atau
bertambahnya umur lobster, tingkat pertumbuhannya akan semakin menurun
(persentase pertumbuhannya semakin kecil).
5. Pencegahan Hama dan Penyakit
Meskipun lobster air tawar termasuk tahan terhadap serangan hama dan penyakit
karena kulitnya yang keras dan tebal, tetapi kewaspadaan tetap saja diperlukan.
Beberapa penyakit yang sering menyerang lobster dan menyebabkan
kematian adalah sebagai berikut :
1) Saprolegnia dan Achyla
Kedua pathogen ini menyerang jaringan
luar lobster dan menyerang telurnya. Mereka dapat
menghambat pernapasan lobster sehingga telur
akan mati dan tidak menetas. Tanda lobster terserang penyakit ini adalah pada tubuhnya ditumbuhi sekumpulan benang
halus seperti kapas. Cendawan ini menyebabkan nafsu makan lobster menurun dan
akhirnya mati. Cara mengatasi Saprolegnia sp adalah dengan merendam lobster
yang terinfeksi ke dalam Malachite Green 2-3 ppm selama 30-60 menit.
2) Cacing jangkar
Cacing Lernea cyprinacea dan Lernaea carasii menembus jaringan tubuh dengan
kaitnya yang menyerupai jangkar. Bagian insang pada lobster yang terjangkit tampak dihuni cacing dan terdapat
cairan atau lender yang memanjang.
Akibatnya, lobster kekurangan darah kehilangan bobot tubuh, dan kemudian mati.
Cacing jangkar dapat diatasi dengan merendam lobster yang terinfeksi kedalam larutan garam (20
gram garam dilarutkan ke dalam 1 liter
air) selama 10-20 menit.
3) Argulus foliaceus
Serangan argulus pada lobster ditandai
dengan adanya bintik merah pada tubuh.
Racun argulus ini menyebabkan kematian pada lobster akibat anemia dan
kehilangan banyak darah. Racun yang melukai kulit bisa mengundang infeksi saprolegnia yang semakin
menambah penderitaan lobster. Penyakit ini bisa diatasi dengan merendam lobster
kedalam 1 mililiter Lysol yang dilarutkan dalam 5 liter air selama 15-60 detik.
Setelah itu, rendam lobster ke dalam
sodium permanganate sebanyak 1 gram yang
dilarutkan dalam 100 liter air selama 1,5 jam. Pemberiaan Neguvon,
Masoten, dan Lindane dilakukan jika serangan telah mencapai stadium puncak karena ketiganya bersifat racun yang
justru bisa membahayakan lobster.
4) Larva cybister (ucrit)
Larva cybister (ucrit) adalah hewan yang bentukya seperti ulat, tubuhnya berwarna agak
kehijauan, dan panjangnya dapat mencapai 2 cm. hewan ini memiliki gigi taring
yang terletak di kepala sebagai alat untuk menggigit mangsanya. Sementara di bagian tubuh
belakang, ucrit memilik alat penyengat. Meskipun demikian tubuhnya kaku, tetapi gerakannya terbilang
cepat. Dilihat dari jenis darahnya, larva cybister termasuk hewan berdarah
putih.
5) Linsang
Linsang atau sero adalah hewan berkaki empat, berbulu, dan berekor panjang. Tubuhnya
mirip kucung, tetapi ukurannya lebih panjang. Bila terkena sinar,
matanya mengeluarkan cahaya berwarna biru. Hewan ini banyak
ditemukan di daerah kaki gunung atau daerah berbukit. Tempat persembunyian
sero sangat susah ditemukan.
Sejauh ini, pemberantasan sero masih sulit dilakukan karena sangat susah
ditangkap. Selain itu, penciumannya juga sangat tajam, meskipun dipancing
dengan ikan dan lobster yang sudah diberi racun. Hanya pencegahan
yang baru bisa dilakukan dengan yang dibuat mendadak. Pencegahan
lainnya dengan memagar areal kandang, tetapi cara ini membutuhkan
biaya yang sangat besar.
6. Penyaing
Golongan penyaing (kompetitor) adalah hewan yang menyaingi lobster air tawar dalam
hicdupnya, baik mengenai pakan maupun ruang untuk bergerak. Keberadaan
kompotitor dikolam akan membuat bias dalam perhitungan FCR.
Jumlah pakan yang diberikan ternyata
tidak seluruhnya dikonsumsi oleh lobster air tawar.
Penyaing ikut memanfaatkan pakan yang di tebar oleh pembudidaya. hitungan FCR
menjadi lebih tinggi. Beberapa jenis penyaing
yang sering hidup bersama lobster air tawar dikolam itu
yaitu bangsa siput, seperti trisipan dan concong, ikan liar seperti mujair,
ketaman-ketaman serta udang kecil-kecil.
Untuk mengendalikan beberapa
kompetitor ini, perlu dilakukannya upaya pemberantasan
agar tidak bersaing dalam mendapatkan pakan dengan lobster air tawar.
Berikut ini adalah cara yang bisa dilakukan dalam pemberantasan kompotitor:
1) Biji Teh
Bungkil biji teh adalah ampas yang
dihasilkan biji teh yang diperas minyaknya. Sejauh ini, biji teh banyak
diproduksi dicina. Kadar saponin dalam setiap bungkil biji teh tidak sama
tetapi biasanya dengan 150-200 kg bungkil biji teh per hektar kolam, sudah cukup
relatif mematikan ikan liar atau buas tanpa mematikan
lobster air tawar yang dipelihara.
Dosis yang digunakan sekitar 200-250
kg/ha kolam. Sebelum ditebar, volume air dalam kolam dikurangi hingga 1/3-nya
saja. Dengan demikian, dosis yang digunakan saponin menjadi lebih encer. Penggunaan
bungkil ini
akan lebih efektif jika dilakukan
pada siang hari, pukul 12.00 atau 13.00
Sebelum digunakan, bungkil ditumbuk dulu menjadi tepung, kemudian direndam
didalam air selama beberapa jam atau semalam. Setelah itu, air tersebut
dipercik-percikan kedalam tambak, sementara menabur bungkil, aerasi dalam
kolam dihidupkan agar saponin teraduk merata. Hal yang perlu di antisipasi
yaitu air buangan yang telah diberi saponin. Air buangan dipastikan
telah bebas dari residu saponin karena bila tidak, bisa bersifat racun bagi
lingkungan sekitar.
2) Rotenon dari akar deris (tuba)
Akar deris dari alam mengandung 5-8% Rotenon.Akar yang masih kecil lebih banyak
mengandung rotenone. Zat ini dapat membunuh ikan pada kadar 1-4 ppm,
tetapi batas yang mematikan lobster air tawar tidak jauh
berbeda.
3) Nikotin
Ikan liar, ikan buas, dan siput dapat diberantas dengan nikotin pada takaran 12-15
kg/ha. Selain nikotin, kompetitor dapat di berantas dengan sisa-sisa
tembakau berdosis 200-400 kg/ha. Sisa ditebarkan dikolam sesudah tanah dasar
dikeringkan dan kemudian diairi setinggi 10 cm. Setelah ditebarkan,
sisa tembakau dibiarkan selama 2-3 hari agar racun nikotinnya dapat membunuh
kompetitor. Sementara airnya dibiarkan sampai habis menguap selama
7 hari. Setelah itu, kolam dialiri lagi tanpa dicuci dulu sebab sisa
tembakau sudah tidak beracun lagi dan dapat berfungsi sebagai pupuk.
7. Penyaing
Tidak ada salahnya juga, hama seperti tikus air, burung, dan kucing juga harus
diwaspadai. Perlu diketahui bahwa kematian lobster umumnya tidak murni
disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Kegagalan dalam pergantian
kulit (moulting) pertama dapat mematikan lobster. Insang pada lobster yang
memaksakan diri untuk berganti kulit biasanya akan lepas dan lobster akan
mati seketika itu juga. Hal ini bisa diatasi dengan meningkatkan pasokan
oksigen terlarut dalam air. Terutama sebelum dan sesudah pergantian kulit
berlangsung.
8. Pencagahan
Beberapa cara yang dilakukan untuk mencegah adanya serangan hama di lokasi
pembudidayaan lobster air tawar sebagai berikut :
a) Mengeringkan bak atau kolam yang akan digunakan sehingga hama- hama mati.
b) Melakukan pengapuran pada saat persiapan kolam atau bak.
c) Memasang saringan pada pintu masuk sehingga hama tidak masuk ke kolam.
d) Melakukan filterisasi, yakni air yang masuk ke areal kolam harus
melalui filter terlebih dahulu sehingga bibit-bibit
hama yang masih kecil dapat tertahan
oleh filter tersebut.
e) Memberantas hama, baik secara mekanik, biologis, maupun secara kimiawi.
f) Memberi pagar pada seputaran areal kolam setinggi 60 cm. Bahan
pagar yang digunakan yaitu seng,
semen, atau jaringan. Sementara upaya
pencegahan terhadap datangnya serangan penyakit dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :
a) Mengeringkan kolam atau bak untuk memotong siklus hidup penyakit.
b) Mengapur kolam sebelum penebaran benih sehingga dapat membunuh hama dan penyakit, selain itu juga dapat
meningkatkan pH.
c) Menjaga kualitas air agar parameternya tetap pada kondisi normal.
d) Menjaga kebersihan sekitar areal perkolaman
e) Melakukan penebaran dengan padat tebar yang optimal dan ukuran
yang seragam untuk menurunkan tingkat
kanibalisme.
f) Melakukan penanganan yang baik agar tidak menimbulkan luka pada tubuh lobster.
g) Menghindari masuknya binatang-binatang pembawa penyakit, seperti burung, dan siput.
Sumber : pusluh.kkp.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar