PENANGANAN DAN
PENGOLAHAN TERIPANG
A. Peralatan yang diperlukan
· Wadah penampungan. Penampungan teripang
yang baru ditangkap dapat dilakukan dengan menggunakan perahu atau juga tong
plastik maupunwadah berinsulasi. Penggunaan tong plastik atau wadah
berinsulasi. Penggunaan tong plastik atau wadah berinsulasi sekaligus dapat
langsung digunakan untuk wadah selama transportasi.
· Wadah pencucian. Wadah pencucian
dapat berupa drum yang terbuat dari aluminium, plastik ataupun fibreglass dan
tidak dianjurkan menggunakan wadah yang terbuat dari bahan yang mudah berkarat,
seperti seng.
· Pisau pembelah. Pisau pembelah harus
tidak terbuat dari bahan yang mudah berkarat (sebaiknya stainless steel),
kuat dan tajam dengan bagian ujung yang runcing.
· Wadah perebusan. Wadah perebusan
harus terbuat dari aluminium atau stainless steel dengan ukuran yang
disesuaikan kapasitas pengolahan.
· Alat pengasapan. Alat pengasapan
dapat berupa alat pengasap terbuka, drum pengasap, lemari pengasapan ataupun
rumah pengasapan. Alat pengasapan terbuka tidak dianjurkan mengingat alat ini
sulit dalam pengontrolan suhu, dapat terkontaminasi kotoran dari luar dan
pemakaian asap tidak efisien (banyak terbuang).
· Alat pengeringan. Pengeringan dapat
menggunakan sinar matahari diatas para-para dengan ketinggian=l meter, atau
menggunakan alat pengering mekanis (mechanical dryer)
B.Teknik Penanganan dan Pengolahan
Untuk mendapatkan mutu teripang kering yang
baik, maka cara pemilihan dan penanganan bahan baku, cara penanganan awal, cara
pengolahan dan cara penggudangan harus benar-benar diperhatikan. Kesalahan yang
mungkin tidak disengaja ataupun yang tidak diketahui dapat mengakibatkan
kerugian yang sangat besar.
Pada umumnya teripang kering yang
dihasilkan nelayan pengolah tradisional masih belum baik mutunya, sehingga
seringkali masih harus diperbaiki mutunya oleh para pengumpul atau eksortir.
Perbaikan mutu tersebut biasanya berupa pembersihan dari kotoran yang menempel
pada teripang dan dilakukan pengeringan tambahan, karena teripang tersebut
masih belum cukup kering atau menjadi basah kembali selama dalam penggudangan
karena sifatnya yang higroskopis.
a) Pemilihan dan
penanganan bahan baku
Bahan baku teripang sebaiknya
berupateripang hidup yang ditangkap dari perairan yang tidaktercemar. Mengingat
teripang biasanya hidup di dasar perairan, sehingga kemung kinan tercemar logam
berat seperti mercuri ( Hg ), timbal (Pb), Cadmium ( Cd ) dll, selalu ads
apabila perairan disekitarnya telah tercemar.
Dalam penangkapan/pemanenan teripang
bisanya dilakukan dengan cara menyelam dan menangkapnya langsung dengan tangan.
Sebagian nelayan melakukan penangkapan dengan menggunakan tombak atau trisula,
sehingga cara penangkapan ini dapat melukai teripang dan mengakibatkan teripang
mat! dan cepat mengalami pembusukan. Selain itu, adanya luka akan membuat
penampakan pada produk akhir tidak baik, yang umumnya tidak disukai pembeli.
Teripang yang akan diolah diusahakan
dipertahankan dalam kondisi hidup, apabila kondisi hidup teripang sulit dipertahankan
sampai ke unit pengolahan, misalnya karena jauhnya lokasi penangkapan atau
karena faktor lain, maka sebaiknya segera dilakukan pembuangan isi perut,
segera dicuci bersih dan diberi garam 3 – 10% dari berat teripang. Untuk
mempertahankan teripang tetap hidup,dapat dilakukan dengan memasukkan teripang
kedalam wadah penampungan yang berisi air laut bersih.
b) Pembuangan isi perut
(eviscerasi).
Pembuangan isi perut dapat dilakukan pada
teripang mentah atau setelah perebusan. Cara yang kedua lebih mudah dilakukan,
karena teksturnya lebih kenyal, akan tetapi dianjurkan untuk melakukan cara
yang pertama, yaitu pembuangan perut isi perut sebelum perebusan, walaupun
memerlukanteknikdsn ketrampilan agar belahan/ irisan dapat rapi.
Pengeluaran isi perut dilakukan dengan cara
pembelahan melalui irisan pada bagian perutnya memanjang
denganpanjangsecukupnya. Pisau yang digunakan harus tajam dan tipis.
Isi perut dikeluarkan dan segera dicuci
bersih pada bagian dinding perut sampai bebas dari darah dan sisa isi perut.
Air yang digunakan dapat berupa air tawar atau air laut yang bersih dan kalau
memungkinkan digunakan air mengalir atau menggunakan air dalam bak yang sering
diganti.
Beberapa nelayan pengolah membuang isi
perut teripang dengan cara melubangi pada bagian ujung teripang dengan alat
pelubang dari bambu atau kayu dan kemudian isi perut dikeluarkan dengan cara
menekan (memeras) tubuh teripang. Cara seperti ini kurang baik, karena isi
perut tidak dapat dikeluarkan seluruhnya dan sisa isi perut akan mempercepat
proses pembusukan. Disamping itu akibat penekanan (pemerasan) akan merusak
tekstur dan penampakan produk akhir.
c) Perebusan
Perebusan teripang bertujuan untuk membuat
tekstur teripang menjadi kenyal, memberikan sedikit rasa asin yang sekaligus dapat
berfungsi untuk membunuh dan mencegah tumbuhnya mikro organisme pembusuk.
Perebusan dilakukan dalam air mendidih dengan konsentrasi garam ±15% selama 20
– 30 menit tergantung dari besar dan jumlah teripang sampai semua teripang
menjadi kenyal teksturnya. Setelah perebusan selesai dilakukan penirisan sampai
tidak ada lagi air yang menetes dan selanjutnya diteruskan dengan pengasapan.
d) Pengasapan
Pengasapan dilakukan dengan tujuan untuk
mengurangi (menurunkan) kadar air, disamping itu pengasapan juga berfungsi
memberikan rasa dan bau (flavour) yang spesifik yang umumnya dikehendaki
oleh konsumen. Pengasapan dapat dilakukan dengan alai pengasapan (lemari
pengasap) selama 10 – 20 jam dengan ketebalan asap sedang dan suhu 60 – 80°
(pengasapan panas).
Biasanya para nelayan pengblah tradisional
menggunakan alat pengasap terbaka, cara ini kurang baik disamping sulit
dikontrol suhunya, teripang.¢ang diesap juga akan terkena kotoran dari luar
serta pemakaian asapnya menjadi tidak efisien, karena banyak terbuang.
Sebagai bahan bakar dapat digunakan sabut
kelapa, serbuk gergaji, kayu baker dan bahan lainnya dan sedapat mungkin
dihindari pemakaian bahan/kayu yang bergetah. Menurut Dagoon (1990), mencoba
menggunakan serbuk gergaji dan daun jambu biji segar yang ditaburkan diatas
bare arang, sebagai bahan pengasap akan dapat menghasilkan teripang kering yang
berkualitas tinggi.
Faktor-faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam proses pengasapan, antara lain :
·
Ketebalan
asap diusahakan konstan selama pengasapan dan seluruh permukaan teripang harus
berkontak langsung dengan asap.
·
Suhu
pengasapan dipertahankan 60 – 80° C dengan jalan mengatur bara api serta
ventilasi yang ada pada lemari pengasap (bila menggunakan, lemari pengasap).
Teripang diusahakanjangan sampai terbakar, karena akan merusak penampakan dan
mengganggu keluarnya air dari tubuh teripang pada saat pengeringan.
·
Diusahakan
agar tidak banyak debu/kotoran yang masuk ke dalam lemari pengasap.
·
Bahan
bakar harus dibersihkan dan kotoran lain yang dapat mencemari teripang, seperti
jamur dll.
e) Pengeringan
Tahap akhir pada pengolahan teripang kering
adalah proses pengeringan, atau proses penurunan kadar air. Proses ini harus
dilakukan secara bertahap yadu perebusan, pengasapan dan pengeringan
(penjemuran). Hal ini dilakukan agar air dapat keluar secara sempurna dan tidak
hanya pada permukaan tubuh teripang saja, tetapi juga pada bagian daging
ditengahnya.
Pengeringan teripang dapat dilakukan dengan
penjemuran dibawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering mekanis (mechanical
dryer). Pada pengeringan dengan sinar matahari, teripang diletakkan diatas
parapara dengan ketinggian ± 1 meter. Pengeringan dengan cara ini memakan waktu
2 – 3 hari tergantung cuaca dan ukuran teripang. Apabila dalam pengeringan
menggunakan mechanical dryer agar suhu pengeringan disesuaikan dengan panes
matahari (± 50°C).
Biasanya alat ini dipakai hanya pada waktu
tertentu, misalnya musim hujan, atau karena terbatasnya ruangan penjemuran.Penjemuran/pengeringan
dilakukan secara terus menerus sampai kadar air teripang dibawah 20%.
f) Penggudangan
Teripang kering yang akan disimpan di dalam
gudang, agar dikemas tedebih dahulu dalam karung plastik kemudian karung
tersebut disusun diatas rak-rak dalam gudang dan selanjutnya tumpukan karung
ditutup dengan terpal pada bagian atasnya.
Pada prinsipnya teripang kering harus
disimpan pada suhu ruangan yang tidak terlalu tinggi dengan kelembaban (RH)
rendah. Hal ini sangat perlu diperhatikan, karena teripang kering mengandung
garam dan juga mengandung “collagen” yang sangat higroskopis, sehingga akan
dapat menyerap uap air dari udara.
Tingginya penolakan yang cilakukan
eksportir atau pengumpul terhadap hasil olahan nelayan pengolah tradisional,
diduga disebabkan karena kesalahan selama dalam penggudangan. Untuk dapat
mencapai kondisi gudang yang memenuhi syarat sebagai tempat penyimpanan
teripang kering, make ada beberapa he] yang perlu ciperhatikan, antara lain :
·
Gudang
harus terlindung dari sinar matahari dan tidak bocor bila hujan.
·
Gudang
harus mempunyai ventilasi cukup untuk mengurangi peningkatan kelembaban (RH).
·
Gudang
harus dapat tertutup rapat agar terhindar dari binatang perusak (rodent atau
hewan piaraan).
·
Teripang
harus dikemas secara baik-baik dan diletakkan diatas rak-rak, tidak diletakkan
langsung diatas lantai.
Kandungan Nutrisi dan Mutu Teripang Kering
Teripang kering mempunyai kandungan nutrisi
sebagai berikut : Kadar air (8,90%), protein (82,00%), lemak (1,70%), abu
(8,60%), karbohidrat (4,80%), vitamin A (455 ug%), vitamin B(yaitu thiamine
0,04 mg%, riboflavin 0,07 mg%, niacin 0,4 mg%) dan total kalori (385 cal/100g),
dll. (Annonymous, 1972). Kadar protein yang cukup besar memberikan nilai gizi yang
cukup baik dan protein teripang mempunyai asam amino yang lengkap. Kandungan
lemaknya mengandung asam lemak tidak jenuh yang sangat diperlukan bagi
kesehatan jantung.
Standar mutu teripang kering
(SPI-KAN/02/29/1987) sesuai Keputusan Menteri Pertanian RI No.
701/Kpts/TP.830/10/1987 tentang penetapan Standar mutu hasil pertanian, yang
saat ini sudah diangkat menjadi Standar Nasional Indonesia oleh Dewan
Standardisasi Nasional dan diberlakukan secara Nasional, merupakan Standar
minimum dengan persyaratan sebagai berikut:
Untuk mendapatkan mutu teripang kering yang
baik, maka beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan antara lain:
· Pemilihan jenis
teripang yang ekonomis penting serta tidak berasal dari daerah/perairan
tercemar.
· Bahan baku teripang
diusahakan dalam kondisi hidup atau sesegar mungkin.
· Cara pembelahan dan
perebusan yang baik yang erat kaitannya dengan penampakan produk akhir.
· Cara pengasapan dan
pengeringan yang benar, sehingga dapat dilakukan pengeringan yang sempurna.
· Cara pengemasan dan
penggudangan yang benar, terutama dalam kaitannya dengan sifat teripang yang
higroskopis (menyerap uap air).
Referensi:
http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31/penanganan-dan-pengolahan-teripang/
Martoyo
J, Aji N dan Winanto T, 1994. Budidaya Teripang. Penebar swadaya, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar