Pada waktu manusia masih hidup secara
sederhana, sebagianbesar waktunya digunakan untuk mencari makan. Bertambahnya
keperluan dan makin langkanya bahan makanan, memaksa mereka untuk mengawetkan
sebagian dari persediaan makanannya. Pengawetan makanan ini semula bertujuan
mengawetkan makanan sebanyak-banyaknya untuk persediaan. Namun sekarang juga
memperhatikan mengenai mutu, cita rasa, kebersihan, keaslian, penampakan, serta
nilai gizi. Dasar pengawetan/pengolahan ikan adalah mempertahankan kesegaran
dan mutu ikan selama dan sebaik mungkin. Pengawetan/pengolahan ikan juga
bertujuan untuk menghambat atau menghentikan kegiatan zat-zat dan
mikroorganisme yang dapat menimbulkan pembusukan dan kerusakan. Karena sekarang
pasar ikan tidak hanya antar daerah saja, namun sudah mencakup antar negara
sehingga perlu adanya perlakuan agar ikan bisa sampai ke tempat/negara tujuan
dalam keadaan segar/baik.
Pengolahan/pengawetan dapat dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan pendinginan, penggaraman, pengeringan,
pengasapan, fermentasi, dan pengalengan ikan. Pengalengan ikan diartikan
sebagai suatu cara pengolahan/pengawetan ikan dengan memasukkan ikan ke dalam
suatu wadah berupa kaleng yang ditutup rapat untuk menyelamatkan bahan makanan
dari proses pembusukan. Kaleng dipilih untuk kemasan makanan karena sifatnya
yang kedap udara, relative ringan, mudah dibentuk, dan tidak mudah pecah.dengan
keunggulan sifat ini, sejak abad XVIII kaleng telah digunakan sebagai pengemas pada
produk aseptic (bebas infeksi) yang kita kenal sebagai produk kalengan
konvensional.
Proses pengalengan ikan hingga menjadi
produk kalengan aseptic adalah sebagai berikut :
a. Penyediaan dan pemilihan bahan mentah
yaitu ikan
b. Pengawetan sementara bahan mentah yaitu dengan penambahan
bahan kimia atau pembekuan
c. Penyiangan dan pencucian
d. Perlakuan terhadap bahan mentah sebelum dikalengkan yaitu
penggaraman, pengukusan, dan pengeringan
e. Pengisian kaleng
f. Penghampaan udara
g. Penambahan saus
h. Penutupan kaleng
i. Pemanasan (sterilisasi)
j. Pendinginan
Pada pengalengan ikan, proses yang paling
penting adalah proses pemanasan (sterilisasi), walaupun dengan tidak
mengabaikan proses-proses lainnya. Proses pemanasan sangat penting karena pada
proses inilah pensterilan produk terhadap zat-zat atau mikroorganisme yang
dapat merusak produk kalengan dilakukan. Proses pemanasan ini dilakukan dengan
menggunakan suhu tinggi yaitu 110-120oC selama 20-40 menit. Lamanya
pemanasan dan tingginya suhu yang digunakan biasanya tergantung pada jenis pH
produk/ semakin rendah pH produk, semakin pendek dan rendah waktu serta suhu
yang digunakan. Besarnya kaleng juga ikut menentukan waktu pemanasan. Setelah
proses pemanasan (sterilisasi), harus segera dilakukan proses pendinginan
dengan cepat untuk mencegah pertumbuhan kembali mikroorganisme yang tahan
panas.
Walaupun pengalengan ikan sudah melalui
tahap pemanasan (sterilisasi) sehingga sering disebut produk aseptic, namun
untuk menjamin 100% bebas dari mikroorganisme tidaklah mungkin atau susah
dicapai tanpa perubahan-perubahan yang merugikan pada produk. Oleh sebab itu
dikenal istilah Commercial sterility, yang berarti produk itu tidak 100%
steril namun cukup bebas dari mikroorganisme hingga tahan disimpan selama 2
tahun dalam keadaan yang layak untuk dikonsumsi. Mikroorganisme adalah makhluk
hidup yang berukuran sangat kecil yaitu beberapa micron dan hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop. Itulah mengapa mikroorganisme masih dapat berada
pada ikan kaleng walau ikan kaleng telah tertutup rapat dan kedap udara.
Mikroorganisme yang sering terdapat pada ikan kaleng adalah bakteri jenis Clostridium.
Bakteri jenis Clostridium adalah
bakteri yang dapat hidup pada ruang hampa tanpa oksigen karena bakteri ini
bersifat anaerob, sehingga dapat bertahan pada kaleng yang tertutup rapat tanpa
udara. Selain itu, bakteri Clostridium ini juga dapat bertahan pada suhu
tinggi, sehingga Clostridium tidak mati pada saat proses pemanasan
(sterilisasi). Berdasarkan suhu optimum pertumbuhannya, mikroorganisme dapat
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Psikrotropik : mikroorganisme yang tumbuh pada suhu optimum
14-20oC, tetapidapat tumbuh lambat pada suhu 4oC, contoh
kelompok ini adalah Clostridium botulinum tipe B, E, dan F.
2. Mesofilik : mikroorganisme yang tumbuh
pada suhu optimum 30-37oC. suhu ini merupakan suhu normal gudang.
Contoh kelompok ini adalah Clostridium botulinum.
3. Termofilik : mikroorganisme yang tumbuh pada suhu optimum
45-60oC, contoh kelompok ini adalah Clostridium
thermosaccarolyti-com.
Dengan melihat suhu optimum pertumbuhan
mikroorganisme di atas, maka proses pemanasan harus sangat diperhatikan. Sebab
bila pemanasan ikan kaleng kurang, akan menyebabkan bakteri Clostridium tidak
mati. Namun, bila pemanasan berlebihan juga akan menimbulkan masalah yang
sebenarnya lebih besar, yaitu bakteri Clostridium akan menjadi resisten
terhadap suhu yang tinggi sehingga butuh perlakuan yang lebih untuk
mematikannya dan bakteri akan menjadi ganas dari yang sebelumnya. Selain
pemanasan, pendinginan juga memiliki peran yang penting. Sebab, apabila
kaleng-kaleng ikan yang telah dipanaskan tidak langsung didinginkan maka bakteri
termofilik atau mesofilik akan tetap hidup. Oleh sebab itu, pendinginan harus
dilakukan sesegera mungkin dengan suhu di bawah 30oC.
Bakteri Clostridium ini juga
termasuk ke dalam bakteri gram positif. Ini karena bakteri Clostridium
dapat membentuk spora dan tahan terhadap asam. Clostridium akan
membentuk spora pada saat keadaan lingkungan kurang menguntungkan baginya, yang
dalam hal ini adalah thermal (suhu). Misalnya Clostridium botulinum yang
tumbuh baik pada suhu 30-37oC, bila suhu dalam keadaan tidak normal
yaitu kurang atau lebih dari suhu optimal, maka Clostridium botulinum akan
membentuk spora. Ketika suhu sudah mencapai optimum kembali, spora akan
bergerminasi/berubah kembali menjadi bakteri yang aktif. Tentunya ini sangat
berbahaya, karena sudah jelas suhu pada gudang penyimpanan ikan-ikan kaleng
yang belum dipasarkan biasanya memiliki suhu antara 25-35oC. Ini
akan memacu aktifnya kembali spora-spora Clostridium botulinum tersebut.
Bakteri Clostridium yang tahan
terhadap asam juga sangat mengkhawatirkan, ini karena porduk-produk ikan kaleng
selalu menggunakan saus yang biasanya bersifat asam. Sebenarnya, saus tidak
hanya dipakai untuk menambah cita rasa, namun juga untuk memperkecil ruang
hampa dalam kaleng dan menghambat pertumbuhan bakteri dengan keasamannya.
Namun, bakteri Clostridium yang tahan asam akan membuat sulit
penghambatan pertumbuhan bakteri itu sendiri dan memerlukan perlakuan yang
lebih lanjut lagi.
Pada paragraph-paragraf di atas telah
dibicarakan tentang bakteri Clostridium pada ikan kaleng dan
sifat-sifatnya sehingga dapat bertahan di dalam ikan kaleng tersebut. Sekarang,
akan dijelaskan mengapa bakteri Clostridium sangat berbahaya bagi
manusia yang memakan ikan kaleng yang telah terkontaminasi oleh bakteri Clostridium.
Bakteri Clostridium, yang spesifiknya adalah Clostridium botulinum
dapat mengeluarkan racun yang disebut racun botulinum. Gejala keracunannya
disebut botulisme dan dapat merusak saraf jika sampai tertelan. Gejala
botulisme biasanya akan timbul mendadak, sekitar 16-18 jam sesudah menelan
makanan yang mengandung racun botulinum tersebut.
Gejala biasanya diawali dengan kelelahan
dan tubuh terasa lemah. Kemudian diikuti dengan adanya gangguan penglihatan.
Gangguan penglihatan ini bisa berupa penglihatan ganda (diplopia), penglihatan
kabur, kelumpuhan otot-otot dan kelopak mata, kehilangan akomodasi lensa mata,
dan reflex pupil mata terhadap cahaya berkurang. Gejala berikutnya bisa berupa
kesulitan bicara, menelan, dan muntah yang keluar melalui hidung. Kesulitan menelan
ini bisa menyebabkan makanan masuk ke dalam saluran pernapasan yang dapat
mengakibatkan radang paru-paru (pneumonia) dan dapat menyebabkan kematian
akibat penderita tidak bisa bernapas.
Pengkontaminasian bakteri pada ikan-ikan
kaleng ini dapat terjadi karena kurangnya kesempurnaan dalam pengolahan.
Kurangnya suhu dan waktu pemanasan dapat member peluang bagi tumbuhnya mikroba
pada ikan kaleng. Pengisian kaleng yang kurang membuat ruang hampa menjadi
lebih banyak dan menghasilkan bakteri anaerob yang lebih banyak lagi dan masih
banyak lagi kemungkinan-kemungkinan kelalaian dalam pengolahan yang memacu
timbulnya mikroorganisme dan merusak mutu ikan kaleng.
Namun keberadaan bakteri pada ikan kaleng
dapat ditekan dengan melakukan hal-hal yang dapat mematikan atau menghambat
pertumbuhan bakteri. Seperti suhu dan waktu pemanasan yang pas, memberikan
pengasaman di bawah 4,6 karena germinasi spora Clostridium botulinum
dapat dihambat pada pH di bawah 4,6. Selain itu, pengurangan kadar air ikan
juga dapat menghambat germinasi spora, pengisian kaleng dengan ukuran yang pas,
serta penggaraman yang baik juga dapat menghambat germinasi spora Clostridium
botulinum. Cara menghindari keracunan oleh bakteri Clostridium yang
paling sederhana adalah dengan terlebih dahulu memanaskan atau memasak ikan
kaleng sebelum mengkonsumsinya.
Bakteri-bakteri yang ada dalam ikan
kaleng itu menghasilkan CO2, H2, dan asam butirat yang
menyebabkan penggelembungan kaleng. Oleh karena itu, indikasi kerusakan makanan
kaleng yang disebabkan oleh kerusakam mikrobiologis adalah sebagai berikut :
1. Flat sour. Apabila permukaan kaleng tetap datar
dan tidak mengalami kerusakan apapun, tetapi produk di dalam kaleng tersebut
sudah rusak dan berbau asam yang menusuk. Kerusakan ini disebabkan oleh
aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak terhancurkan selama proses
sterilisasi.
2. Flipper. Apabila dilihat secara kilat, kaleng terlihat normal tanpa
kerusakan. Tetapi bila salah satu ujung kaleng ditekan, maka ujung yang lain
akan cembung.
3. Spinger. Apabila salah satu ujung kaleng tampak rata dan normal,
sedang ujung yang lainnya tampak cembung permanen. Bila bagian yang cembung
ditekan, maka bagian ujung yang masih rata akan tampak cembung.
4. Swell. Apabila kedua ujung kaleng sudah terlihat cembung akibat
adanya bakteri pembentuk gas.
Dari keterangan di atas, hendaknya kita
sebagai konsumen harus jeli dan hati-hati dalam memilih makanan kaleng yang
akan dibeli. Belilah makanan kaleng dengan kemasan yang masih baik dan sempurna
untuk menghindari makanan kaleng yang telah terkontaminasi oleh mikroorganisme.
KESIMPULAN
1. Kerusakan makanan kaleng paling banyak disebabkan oleh
bakteri jenis Clostridium botulinum yang dapat mengeluarkan toksin yang
berbahaya bagi manusia.
2. Terkontaminasinya makanan kaleng dengan mikroba diakibatkan
oleh proses produksi yang tidak sempurna.
3. Clostridium botulinum adalah bakteri yang dapat membentuk
spora, mengeluarkan toksin, dan resisten terhadap panas. Namun pertumbuhannya
dapat dihambat dengan menurunkan pH sampai di bawah 4,6, menurunkan kadar air,
dan penggaraman.
4. Tanda-tanda kerusakan makanan kaleng oleh mikroba dapat
dilihat dari ; a) penampakan abnormal dari kaleng (kembung, basah, label
luntur), b) penampakan produk yang tidak normal serta bau yang menyimpang, c)
produk hancur dan pucat, d) keruh dan tanda-tanda abnormal lain.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Moeljanto. 1992. Pengawetan dan
Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya, Jakarta.