Senin, 30 Januari 2017

Dasar Dasar Penyuluhan


DASAR-DASAR PENYULUHAN PERIKANAN
Sumber: Pusat Pengembangan Penyuluhan Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan
PENGERTIAN PENYULUHAN
Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan, dapat diartikan sebagai suatu sistem pendidikan yang bersifat non formal bagi pelaku utama dan/atau pelaku usaha beserta keluarganya
Penyuluhan perikanan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka tahu, mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup;
TUJUAN PENYELENGGARAAN  PENYULUHAN PERIKANAN
1.     Memperkuat pengembangan kelautan dan perikanan, yang maju dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan
2.     Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan kemampuan melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi;
3.     Memberikan kepastian bagi terselenggaranya penyuluhan yang produktif, efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka, berswadaya, bermitra sejajar, kesetaraan gender, berwawasan luas ke depan, berwawasan lingkungan, dan bertanggung gugat yang dapat menjamin terlaksananya pembangunan kelautan dan perikanan
4.     Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum bagi pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan; dan
5.     Mengembangkan sumber daya manusia, yang maju dan sejahtera, sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan kelautan dan  perikanan
PELAKU UTAMA KEGIATAN PENYULUHAN PERIKANAN
Nelayan, pembudi daya ikan, dan pengolah ikan beserta keluarga intinya
Pelaku usaha  adalah perorangan warganegara Indonesia  atau  korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha perikanan
Kelembagaan nelayan, pembudi daya ikan, pengolah  ikan ( pelaku utama ) adalah lembaga yang  ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk pelaku utama.
Penyuluh pegawai negeri sipil adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup kelautan dan perikanan,  untuk melakukan kegiatan penyuluhan.
Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi di bidang penyuluhan.
Penyuluh swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.
PENYULUH NON FUNGSIONAL.
Pegawai negeri sipil bukan pejabat penyuluh fungsional yang ditetapkan  oleh pejabat yang berwenang untuk  melaksanakan tugas penyuluhan perikanan
PENYULUH TENAGA KONTRAK.
Tenaga profesional yang diberi tugas dan  wewenang untuk melaksanakan tugas  penyuluhan perikanan dlm suatu ikatan kerja selama jangka waktu tertentu
PENYULUH KEHORMATAN.
Seseorang yang bukan petugas penyuluh perikanan yang karena jasanya diberi penghargaan sebagai Penyuluh Kehormatan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan berdasarkan rekomendasi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan dan Wakil Masyarakat.
Rekomendasi adalah pemberian persetujuan terhadap teknologi  yang akan digunakan sebagai materi penyuluhan.
Materi penyuluhan adalah bahan  penyuluhan dalam  berbagai bentuk yang  meliputi informasi teknologi, rekayasa sosial, manajemen ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.
Programa  penyuluhan  adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian  tujuan penyuluhan.
Kelembagaan penyuluhan   adalah lembaga pemerintah dan/atau masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan penyuluhan.
ASAS PENYULUHAN
o    manfaat
o    kesetaraan
o    keterpaduan
o    keseimbangan
o    keterbukaan
o    kerja sama
o    Partisipatif
o    Kemitraan
o    Berkelanjutan
LUARAN PENYELENGGARAAN PENYULUHAN
1.Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kelautan dan perikanan wilayah
2. Meningkatnya kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengembangkan usaha dan bisnis perikanan
3. Meningkatnya kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha dalam akses kepada kelembagaan inovasi dan kelembagaan ekonomi
4. Diterapkannya inovasi teknologi secara efisien dan menguntungkan
5. Terselenggaranya proses penyuluhan yang didasar kan pada azas efisien dan efektif  melalui pendekatan partisipatif
Dampak yang diharapkan
ü  Tumbuh dan berkembangannya kelembagaan bisnis perikanan dlm mendukung diversifikasi usaha atas kemampuan sendiri ( kemandirian progresif )
ü  Pelaku utama dan pelaku usaha mampu menyesuaikan dan menjamin kualitas (mutu) produk perikanan yang dipasarkan
ü  Pelaku utama dan pelaku usaha mampu mengadopsi teknologi paling mutakhir pada seluruh fungsi usaha bisnis perikanan
ü  Tumbuhnya tokoh-tokoh pembaharu bisnis perikanan setempat yang mampu mendorong kerjasama antar pelaku  bisnis dari segmen yang berbeda.
ü  Tumbuh dan berkembangnya model model penyuluhan partisipatif.
Karakteristik Sistem Penyuluhan Perikanan
1. Sistem yang digerakkan oleh  kepemimpinan pelaku utama dan pelaku usaha
2. Sistem yang bertumpu pada kekuatan kerja  sama
3, Sistem yang bertumpu pada otonomi daerah
4. Keterpaduan program berwawasan bisnis perikanan dan kelestarian lingkungan
5. Sistem yang diwadahi oleh kekuatan  kelembagaan
6. Sistem yang dilayani oleh kesatuan korps  penyuluh perikanan
7. Sistem yang didukung oleh profesionalism  penyuluh perikanan
FALSAFAH PENYULUHAN KP
Perubahan yang diharapkan terjadi dlm pembelajaran melalui kegiatan penyuluhan :
Pengetahuan, baik jenis maupun jumlahnya
2. Keterampilan dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan keperluannya
3. Kecakapan dalam  berfikir untuk menyelesaikan  masalah yang dihadapi dalam kesehariannya
4. Sikap, yaitu kecenderungan untuk :
     a. Tidak berprasangka terhdp hal hal yg blm dikenal
     b. Mencoba sesuatu yang baru
     c. Mau bekerjasama dalam  penyelesaian masalah   ( berorganisasi/berkelompok)
     d. Menimbulkan sikap swadaya dan swadana
     e. Mau melestarikan/menjaga lingkungan
Kondisi pelaku utama yang harus dipahami Untuk keberhasilan pembelajaran :
1.     Pelaku utama sibuk  karena ada kegiatan yg harus dikerjakan dalam rangka mencari nafkah keluarga
2.     Pelaku utama mempunyai fikiran, padangan, keinginan dan kebiasaan yang dipengaruhi lingkungan sehari hari
3.     Perubahan apapun yg terjadi ,akan berdampak  langsung terhadap  penghidupan dan kehidupannya
4.     Pelaku utama sudah mempunyai sikap , pengetahuan dan keterampilan tertentu yang dapat berakibat 
      kesulitan dalam menggerakkan terjadinya perubahan  prilaku
5.     Umumnya pelaku utama mau belajar karena ingin mencapai  keberhasilan yang lebih baik
Hal hal yang harus diperhatikan penyuluh dalam proses pembelajaran :
1.     TIDAK MENGGURUI
2.     TIDAK MENJADI “ AKHLI “
3.     TIDAK MEMUTUS PEMBICARAAN
4.     TIDAK BERDEBAT
TIDAK DISKRIMINATIF
Prinsip Pembelajaran:
1. Ada dorongan atau motivasi untuk belajar
2. Sesuai dengan keperluan/kebutuhan/ masalah yg dihadapi
3. Mudah dicerna
4. Melibatkan peserta secara aktif dalam pembelajaran ( partisipatif )
5. Ada kesempatan mencoba dan mempraktekkan
6. Membuat situasi percaya penuh kepada penyuluh
7. Ada perubahan yang positif setelah proses pembelajaran
HAL UTAMA DILAKUKAN DALAM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN
1.Mewujudkan sistem penyuluhan perikanan yang menjamin terselenggaranya penyuluhan perikanan secara produktif, efektif dan efisien, dinamis dan profesional
2. Mengembangkan model model penyuluhan perikanan partisipatif untuk membangun kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha yang mandiri dan mampu menolong dirinya sendiri.
3. Menjadikan penyuluh perikanan sebagai konsultan serta mitra sejati pelaku utama dan pelaku usaha dalam pendampingan pengembangan kemampuan berusaha bisnis perikanan dalam rangka peningkatan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah, peningkatan daya saing yang akhirnya akan mampu meningkatkan pendapatan keluarga.
Memfasilitasi proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha;
5.   Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya;
6.   Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha;
7.   Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan;
TUGAS POKOK PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN
a. Melakukan kegiatan persiapan penyuluhan pertanian,perikanan dan kehutanan.
 b. Melaksanaan penyuluhan , evaluasi dan pelaporan serta pengembangan penyuluhan
FUNGSI PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN
a. Memfasilitasi Proses Pembelajaran Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha;
b. Mengupayakan Kemudahan Akses Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Ke Sumber Informasi, Teknologi, Dan Sumber Daya Lainnya Agar Mereka Dapat Mengembangkan Usahanya;
c. Meningkatkan Kemampuan Kepemimpinan, Manajerial, Dan Kewirausahaan Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha;
d. Membantu Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Dalam Menumbuhkembangkan Organisasinya Menjadi Organisasi
e. Ekonomi Yang Berdaya Saing Tinggi, Produktif, Menerapkan Tata Kelola Berusaha Yang Baik, Dan Berkelanjutan; Membantu Menganalisis Dan Memecahkan Masalah Serta Merespon Peluang Dan Tantangan Yang Dihadapi Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Dalam Mengelola Usaha;
f. Menumbuhkan Kesadaran Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Terhadap Kelestarian Fungsi Lingkungan; Dan
g. Melembagakan Nilai -Nilai Budaya Pembangunan Pertanian Yang Maju Dan Modern Bagi Pelaku Utama Secara Berkelanjutan.



Kamis, 19 Januari 2017

Arwana


IKAN ARWANA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCbsY67OqC7bO1LjNMRIzJdTEu2gMm0l-iNK4C4UNYs3PdHDe1-Swp0Rl3fHYclYKBTfrPe9XPLwqO4iH39uyGZr237h0McSTSfLU-absSE6AnnlabTNkEEFzQjKkePoKdldPwdGTnS4_b/s1600/arwana.jpg
Ikan arwana (Scleropages formosus), merupakan ikan yang tergolong satwa langka Indonesia dengan habitat asli di Kalimantan dan juga Papua. Ikan arwana dikenal dengan berbagai nama lokal seperti : Ikan Naga, Barramundi, Saratoga, Pla Tapad, Kelesa, Siluk, Kayangan, Peyang, Tangkeleso, Aruwana / Arowana, termasuk dalam kelompok ikan primitif yang berevolusi lebih dari 10 juta tahun.

Ikan ini mempunyai bentuk tubuh yang khas, berkesan gagah dan sedikit angkuh, dilengkapi dengan sungut pada mulutnya dan sisik yang besar dengan susunannya yang harmonis, membuat keindahan dari ikan ini sangat menonjol. Ikan ini berenang dengan tenang sehingga jika diletakkan dalam akuarium akan membuatnya benar-benar terlihat sebagai ikan yang anggun. Ikan ini juga mendapat julukan dragon fish alias ikan naga. Fosil ikan ini ditemukan diberbagai tempat dan diduga berumur antara 10-60 juta tahun (tergantung pada spesies dan tempatnya). Arwana digolongkan dalam famili Osteoglosidae, memiliki karakteristik badan memanjang, sirip dubur terletak jauh di belakang badan.

Habitat Ikan Arwana
Habitat ikan ini pada tepian sungai yang ditumbuhi pepohonan seperti pohon engkana, putat, rasau, dan entangis, dimana pepohonan tersebut memiliki akar di dasar sungai dengan batang pohon di dalam air, tetapi daun-daunnya rimbun ke atas. Di habitat seperti inilah ikan-ikan arwana berada, berkembang biak, dan bersembunyi.

Jenis-Jenis Ikan Arwana
1. Super Red
Super Red berasal dari berbagai tempat di Propinsi Kalimantan Barat, seperti dari Sungai Kapuas dan Danau Sentarum yang dikenal sebagai habitat dari Super Red (Chili dan Blood Red). Perairan ini merupakan wilayah hutan gambut yang menciptakan lingkungan primitif bagi ikan purba tersebut. Akan tetapi kondisi mineral, lingkungan air gambut (black water), dan banyaknya cadangan pangan yang memadai telah mengkondisikan pengaruh yang baik terhadap evolusi warna pada ikan yang bersangkutan. Pengaruh geografis itu juga menyebabkan terciptanya variasi yang berbeda terhadap morfologi ikan ini, seperti badan yang lebih lebar, kepala berbentuk sendok, warnah merah yang lebih intensif, dan warna dasar yang lebih pekat.

Warna merah penuh tampak pada sirip ikan muda, pada bibir dan juga sungut. Menjelang dewasa, warna merah akan muncul di berbagai bagian tubuh lainnya, terutama pada tutup insang dan pinggiran sisik, sehingga tubuh ikan terlihat berwarna merah.

Arwana merah dikelompokkan dalam 4 varietas, yaitu Merah Darah (Blood Red), Merah Cabai (Chili Red), Merah Orange (Orange Red), dan Merah Emas (Golden Red). Keempat varietas ini secara umum diberi julukan Super Red atau Merah Grade Pertama (First Grade Red), meskipun dalam perkembangannya super red lebih merujuk pada Merah Cabai dan Merah Darah. Sedangkan dua varietas terakhir lebih sering dianggap sebagai super red dengan grade lebih rendah.

Perbedaan antara varitas merah cabai dan merah darah dijabarkan pada tabel berikut :
Arwana Merah Cabai  
Tampilan Warna :  Seperti merah cabai    
Bentuk fisik :  Bentuk tubuh lebih lebar, kepala berbentuk sendok
Lebar tubuh : Relatif tetap hingga menjelang pangkal ekor, bingkai sisik yang lebih tebal
Warna mata :  Mata merah dan lebar sehingga pinggiran matanya seakan menyentuh  bagian atas kepala dan bagian rahang bawahnya    
Bentuk ekor : Seperti intan (diamond)
Warna : Pada usia muda cenderung memiliki warna dasar hijau dengan kilap metalik yang pekat    
Bentuk tubuh : Lebih bulat
Pertumbuhan : Lebih lambat
 Arwana Merah Darah
Tampilan Warna : Seperti merah darah
Bentuk fisik : Bentuk tubuh lebih panjang dan lebih ramping
Lebar tubuh : Menyempit secara gradual
Warna mata : Mata lebih putih dan lebih kecil
Bentuk ekor : Seperti kipas
Warna : Memiliki kilap lebih lemah
Pertumbuhan : Lebih cepat
Ciri morfologi fisik kedua jenis tersebut sudah nampak saat masih muda sehingga dapat dijadikan pedoman dalam membedakan kedua variteas tersebut.

Perkembangan warna antara Merah Cabai dan Merah Darah diketahui juga berbeda. Perbedaan waktu dalam pencapaian warna merah penuh adalah 1-2 tahun. Namun kedua varitas melalui tahapan perkembangan warna yang relatif sama yaitu melalui transisi warna orange. Beberapa arwana merah mempunyai warna pucat hingga sampai 8 tahun, baru kemudian berubah ke merah penuh dalam waktu 1 bulan. Menduga potensi arwana merah memerlukan kesabaran dan usaha yang diperoleh dari pengalaman dan kesabaran.

Varietas Merah Orange (Orange Red) merupakan salah satu varietas yang umum dijumpai. Pada saat dewasa sisik tubuhnya menunjukkan warna orange. Dibandingkan dengan Chilli Red dan Blood Red, sirip dan ekor varietas ini tidak semerah keduanya.

Merah Emas (Golden red) merupakan varietas warna lain yang umum dijumpai disamping merah orange (Orange Red). Varietas ini merupakan varietas dengan grade paling rendah. Setelah dewasa warna badannya hanyalah emas kekuningan. Warna bibir dan sirip tidak semerah Super Red, tetapi berwarna merah muda atau merah jambu.

2. Golden (Cross Back, Cross Back Golden,CBG)
Golden varietas cross back merupakan bagian dari varietas arwana golden. Varietas ini dijumpai di berbagai tempat di Malaysia, seperti Perak, Trengganu, Danau Bukit Merah dan Johor. Oleh karena itu, mereka sering diberikan julukan sesuai dengan tempat asalnya, seperti Golden Pahang, Bukit Merah Blue atau Malaysian Gold. Disebut sebagai cross back, karena varietas ini saat dewasa memiliki warna emas penuh hingga melewati punggungnya. Varietas ini harganya relatif lebih mahal bahkan paling tinggi dibandingkan lainnya karena termasuk jarang ditemui.

CBG dibagi menjadi beberapa kelas berdasarkan warna dasar sisik, yaitu Purple-Based (warna dasar ungu), Blue-Based (warna dasar biru), Gold Based (warna dasar emas), dan Silver-Based (warna dasar perak). Arwana Gold dengan warna dasar emas diketahui dapat mencapai warna penuh pada usia lebih muda dibandingkan dengan varietas lain.

3. Golden Red (Red Tail Golden, RTG).
Merupakan verietas dari arwana golden dan sering disebut sebagai Arwana Golden Indonesia (Indonesian Golden Arwana). Varietas ini dijumpai di daerah Pekan Baru, Sumatera. Berbeda dengan Cross Back Golden (CBG), warna emas pada verietas ini tidak akan berkembang hingga melewati punggung namun hanya akan mencapai baris ke empat sisik (baris sisik dihitung dari bawah, perut), atau lebih baik bisa mencapai baris ke lima. Seperti halnya verietas cross back, warna dasar sisik RTG bisa biru, hijau, atau emas. Begitu pula dengan warna bibir, ekor, dan sirip, kedua varietas ini memiliki keragaan yang sangat mirip. RTG muda memiliki warna lebih kusam dibandingkan dengan varietas cross back muda.

RTG boleh dikatakan lebih tahan banting dibandingkan dengan CBG dapat tumbuh lebih besar, dan juga lebih agresif. Jumlahnya di alam relatif lebih banyak dibandingkan dengan CBG, meskipun demikian tetap merupakan varietas yang dilindungi CITES.

CBG sekilas mirip dengan ikan arowana golden red yang berasal dari negara kita. Perbedaan yang sangat mencolok dapat dilihat jika ukuran ikan sudah agak besar dengan ukuran 20 cm lebih. Pada CBG warna emas menutupi seluruh tubuh sampai ke bagian punggung ikan ditutupi oleh ring yang berwarna keemasan. Sedangkan pada golden red (RTG) punggung nya tidak. berwarna keemasan tapi tetap hitam (kelabu).

Membedakan CBG dan RTG pada ukuran kecil (10-12 cm) sulit dilakukan dan perlu kehati-hatian. Perbedaan harga juga sangat mencolok. Harga CBG ukuran 12 cm dihargai lebih dari 10 juta, ukuran 20-25 cm berkisar 15-25 juta. Golden red berukuran 12 cm dihargai 2 juta, sedangkan ukuran 20-25 cm dihargai 2.5-3.5 juta.

4. Arwana Hijau (Green Arwana / Golden Pino)
Arwana hijau ditemukan di Thailand, Malaysia, Myanmar, Komboja, dan juga di beberapa tempat di Indonesia. Variasi penampakan dan warna bisa saja ditemukan di masing-masing daerah. Meskipun demikian secara umum dapat dikatakan bahwa pada umumnya berwarna kelabu kehijauan dangan pola garis-garis berwarna gelap pada ekor. Kepala dan mulutnya lebih besar dan lebih membulat dibandingkan dengan jenis arwana asia lainnya.

5. Banjar Merah
Banjar Merah boleh dikatakan merupakan varietas arwana merah kelas 2 dan diketahui bukan merupakan strain murni arwana merah. Penampakannya ditunjukkan oleh warna sirip yang orange pucat, ekor berwarna orange atau kuning, dan tidak memiliki warna merah di badan maupun di pipi. Sepintas Banjar Merah muda sangat mirip dengan Arwana Merah muda, sehingga tidak jarang hal ini dapat mengecoh para hobiis baru. Banjar dicirikan juga oleh bentuk kepala yang cenderung membulat dengan mulut yang tidak terlalu lancip. Perbedaan lain dapat dilihat pada tabel berikut :

Banjar Merah
Warna sirip : yang lebih muda atau cenderung orange-merah pucat.    
Warna sisik : kuning atau kehijauan
Bingkai sirip dan tutup insang :  pink tua atau seperti karat, setelah dewasa menjadi jingga atau merah    
Arwana Merah Muda
Warna sirip : merah pekat merata pada seluruh permukaan
Warna sisik : mengkilap
Bingkai sirip dan tutup insang :  tidak ada tampilan seperti pada Banjar

Apabila ragu dalam memilih arwana, bawalah seorang yang telah berpengalaman memelihara arwana atau belilah arwana yang telah disertifikasi dan memiliki sertifikat yang sah.

6. Arwana Irian (Jardini)
Warna yang dimiliki varietas arowana ini cukup unik. Warna dasarnya adalah hitam kecoklat-coklatan dengan bintik-bintik kunign ke emasan pada bagian tengah sisik-sisiknya, bahkan di bagian kepala (pipi) sampai pada sirip & ekornya pun terdapat bintik-bintik kuning tersebut. Jardini berasal dari australia, meski sering ditemukan di pulau Irian. Maka dari itu jenis ini juga terkadang disebut arowana Irian oleh para hobbies.
Jardini arowana sebenarnya ada dua jenis warna, yaitu w arna dasar lebih gelap dan yang lebih terang. Yang memiliki warna dasar lebih gelap adalah scleropqges jardini dan yang memiliki dasar lebih terang adalah scleropqges leichharti.

7. Araipama Gigas
Arapaima gigas merupakan ikan air tawar terbesar di dunia. Ikan kerabat arwana ini, pada saat dewasa bisa mencapai panjang lebih dari 3 meter, dengan berat sampai dengan 200 kg.

Mereka termasuk dalam ikan yang bernapas dengan mengambil udara langsug dari atmosfer (obligate air breather). Oleh karena itu, ikan ini harus muncul ke permukaan setiap 5 – 20 menit sekali, tergantung pada ukurannya. Ikan muda, biasanya muncul dipermukaan setiap 5 menit sekali, sedangkan ikan dewasa muncul setiap 18 – 20 menit sekali.

Arapaima hanya ditemukan di Amazon dan sistem sungai Essequito. Seperti halnya arwana di kita, mereka termasuk dalam daftar satwa langka yang dilindungi olah CITES, IUCN dan dilindungi dengan undang-undang di Guyana.

Di habitatnya, Arapaima merupakan sumber pakan bagi komunitas penduduk setempat. Sampai dengan bulan Desember 2001, populasi mereka diperkirakan kurang dari 850 ekor di wilayah Hutan Iwokara pada ekosistem lahan basah Rupununi. Arapaima memilki “lidah” sepanjang kurang lebih 15 cm pada saat dewasa dan betulang, permukaannya kasar dan sering digunakan oleh penduduk setempat sabagai “amplas” atau kikir untuk menghaluskan permukaan kayu.
Pada saat air dilingkungan ikan ini menyusut, dan kadar oksigen menurun, arapaima akan menghirup udara langsung dari atomosfer. Dan apabila air dilingkungannya kering, ia akan menggulungkan diri membentuk bola, dan membenamkan diri dalam lubang sampai air kembali datang.
8. Silver
Arowana Brazil atau biasa disebut Arowana Silver memiliki bentuk tubuh yang berbeda. Dengan bentuk tubuh yang panjang dan sirip yang panjang pula, mulai dari bagian tengah badan sampai pada ujung ekor memberi kesan yang sangat anggun saat berenang. Arowana ini dapat tumbuh sampai 50 – 60 cm. Jenis ini berasal dari Amerika Selatan, namun saat ini sudah dapat di kembang biakkan di indonesia. Memang harga dari Arowana jenis ini lebih murah dari jenis Jardini. Namun jika arowana ini sudah berukuran besar sangat indah untuk di pandang. Belakangan tersiar kabar bahwa jenis ini sudah ada dengan warna platinum silver (warna silvernya menyerupai warna platinum & merata di seluruh tubuhnya).

Senin, 09 Januari 2017

Nutrisi Ikan Dalam Pakan


Nutrisi Ikan Dalam Pakan
Pengantar
Industri akuakultur seperti telah tumbuh pada tingkat yang signifikan selama beberapa dekade terakhir. Seperti dalam bentuk lain dari peternakan, pakan adalah elemen penting dalam budidaya perikanan. Biaya pakan dianggap biaya yang tertinggi dalam budidaya ikan, sering berkisar antara 30% sampai 60%, tergantung pada intensitas operasi. Selama bertahun-tahun kualitas air telah menjadi pembatasan yang paling penting untuk produksi ikan. Kemajuan teknologi pendukung menjadi penting  dalam beberapa tahun terakhir, dan nutrisi semakin dianggap menjadi kunci keterbatasan untuk efisiensi produksi meningkatkan pertumbuhan dan penyebaran "baru" spesies. Pakan buatan dengan nutrisi seimbang telah diasumsikan terpenting dalam industri akuakultur.
Komposisi Nutrisi pakan ikan
Umumnya, pakan ikan cenderung sangat tinggi protein. Makanan untuk benih dan bibit sering melebihi50%  protein kasar . Seperti penurunan laju pertumbuhan dan umur ikan, tingkat protein dalam pakan ikan harus sesuai. Protein pakan pada tingkat tumbuh  sering mendekati atau melebihi 40% protein kasar, sedangkan pakan waktu bpemeliharaan mungkin berisi sesedikit 25-35%. Selain penurunan kandungan protein dari makanan seperti pertumbuhan  ikan, ukuran partikel juga harus diubah. Banyak ikan membutuhkan makanan hidup ketika mereka menetas karena bagian mulut mereka begitu kecil.
Tepung ikan harus menjadi sumber protein utama dalam pakan  ikan. Ada asam amino dan asam lemak esensial yang hadir dalam pakan ikan tapi tidak hadir dalam jaringan dari tumbuhan atau hewan darat. Formulasi biaya rendah di mana tepung ikan telah dieliminasi dan digantikan oleh protein lebih murah dari sumber terestrial (misalnya kedelai) tidak dianjurkan untuk ikan. Tepung ikan dan produk perikanan memiliki kandungan lemak tinggi dan karena lemak bisa menimbulkan bau tengik bisa menjadi masalah jika makanan tidak disimpan dengan benar. Penyimpanan pakan dibahas secara singkat di bawah.
Selain kepedulian terhadap asam amino esensial yang mungkin hadir dalam tepung ikan, ikan membutuhkan asam lemak rantai panjang (C20 dan C22) yang tidak ditemukan dalam jaringan dari organisme darat. Tepung ikan, tepung udang dan berbagai jenis produk olahan perikanan adalah sumber asam lemak esensial. Selain itu, produk krustasea berfungsi sebagai sumber pigmen karotenoid yang baik untuk peningkatan warna. Ada kandungan minyak tinggi yang terkait dengan pigmen karotenoid, sehingga suplemen vitamin E dianjurkan pada saat digunakan.
Ikan membutuhkan asam askorbat makanan (vitamin C). Hal ini menjadi sangat penting jika ikan yang dipelihara di daerah yang kurang ada sinar mataharinya di mana ganggang tidak bisa tumbuh, atau jika ikan sangat padat bahwa mereka tidak bisa mengkonsumsi makanan alami yang mungkin ada di dalam air. Asam askorbat yang ditambahkan pada makanan ikan harus phoshorylated untuk menstabilkan vitamin dan meningkatkan waktu penyimpanan. Selain itu, vitamin A, D, E, dan B kompleks harus ditambahkan ke makanan ikan. Konsentrasi vitamin E sering tidak memadai, khususnya dalam diet yang tinggi lemak. Jika ikan disimpan dalam sistem alam dengan ganggang dan fitoplankton, dan tingkat stok yang tidak terlalu besar, maka suplemen vitamin tampaknya menjadi kurang penting, mungkin karena ketersediaan makanan alami.
Penyimpanan pakan
Karena pakan ikan biasanya berisi jumlah yang relatif tinggi tepung ikan dan / atau minyak ikan, mereka sangat rentan terhadap ketengikan. Selain itu, asam askorbat sangat mudah berubah, namun penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal dari sebagian besar spesies ikan. Untuk alasan ini, pakan ikan harus dibeli sering, idealnya setidaknya sebulan sekali dan lebih sering jika memungkinkan. Pakan harus disimpan di tempat yang sejuk dan kering, dan tidak harus disimpan di rumah selama lebih dari tiga bulan. Pendinginan pakan kering tidak dianjurkan karena kandungan air yang tinggi dari lingkungan itu. Pembekuan adalah cara yang dapat diterima untuk memperpanjang masa simpan.

Jenis pakan
Makanan ikan komersial yang digiling biasanya dijual sebagai pelet kering atau setengah basah atau sebagai serpihan. Pelet biasanya pakan paling lengkap. Mereka dimasak, dan, jika dipasarkan sebagai ransum lengkap, nutrisi dalam setiap partikel harus seragam. Selain itu, ukuran pelet sangat penting. Mungkin mustahil untuk memproduksi cukup partikel kecil untuk beberapa ikan, terutama ikan ukuran remaja dari banyak spesies. Untuk hewan yang lebih besar, pelet sangat kecil mungkin tidak dapat diterima. Serpihan telah digunakan secara ekstensif dalam industri ikan hias selama bertahun-tahun dan memiliki keunggulan yang cukup lembut untuk ikan yang sangat kecil untuk mengkonsumsi. Mereka juga tenggelam sangat lambat. Teknologi yang berhubungan dengan pemeliharaan makanan hidup sudah begitu meningkat. Hal ini memiliki dampak positif pada pemeliharaan larva. Rotifera adalah makanan hidup terkecil yang secara rutin digunakan untuk pemeliharaan larva. Brine shrimp yang baru menetas lebih besar, tetapi masih cukup kecil, dan biasanya digunakan dalam pembenihan ikan. Makanan hidup yang dibudidayakan dapat menyediakan sumber gizi berkualitas tinggi, tetapi perawatan harus diambil untuk menghindari terjangkitnya penyakit menular. Penggunaan  ikan dari hasil ikan tangkapan sebagai pakan ikan juga berisiko karena potensi terjangkitnya penyakit.

Penyakit Kekurangan Nutrisi
Penyakit gizi sering merupakan diagnosis eksklusif. Penjelasan lain untuk masalah tersebut dikesampingkan dan kemudian program pemberian pakan kritis dievaluasi. Beberapa contoh penyakit gizi telah ditemukan. Ini termasuk malnutrisi, scoliosis dan anemiaa. Masing-masing dibahas secara singkat di bawah.
Kurang pakan biasanya merupakan hasil dari tidak bisanya pembudidaya memenuhi pakan pemeliharaannya dan, dalam banyak kasus, adalah berhubungan dengan masalah lingkungan. Sebuah sistem yang  pengelolaannya kurang baik akan mempengaruhi lingkungan yang bisa menyebabkan kematian ikan. Dalam upaya untuk memperbaiki masalah kualitas air , pembudidaya ikan dapat mengurangi jumlah pakan tapi tetap harus diperhatikan berat ikan supaya ikan tidak kelaparan.
 Penyebab klasik scoliosis, atau "penyakit kembali rusak" pada ikan adalah kekurangan asam askorbat. Perbaikan gizi dalam pembuatan pakan, termasuk fosforilasi vitamin C, dan penyimpanan pakan, telah menurunkan insidensi scoliosis. Namun, kekurangan asam askorbat harus dianggap sebagai kemungkinan penyebab scoliosis dan kajian menyeluruh tentang praktek makan dibenarkan ketika mengevaluasi kasus tersebut.
Gizi anemia disebabkan oleh kekurangan asam folat. Diagnosis sering didasarkan pada sejarah awalnya, dengan beberapa unit mengembangkan tanda-tanda yang sama pada waktu yang sama. Bila dicurigai, sampel pakan harus dibekukan untuk dianalisis. Masalah ini disebabkan oleh kontaminasi bakteri pakan, sehingga tidak berhubungan dengan merek tertentu atau formulasi.

Kesimpulan
Persiapan pembuatan pakan harus dilakukan pada pendekatan logis untuk formulasi sederhana yang harus spesifik lokal dan sumber daya yang digunakan harus berorientasi menggunakan sebagian besar sumber protein alternatif dengan pertimbangan untuk ongkos pembuatan pakan lebih murah tetapi tetap memperhatikan kualitasnya.Pakan yang bermutu tinggi akan cepat menaikkan pertumbuhan ikan dan akan memperkecil food conversation ratio (FCR).
Diterjemahkan dari artikel FISH NUTRITION IN AQUACULTURE KARYA SANGIPRAN BAISHYA1, BIPUL PHUKAN2, ANKUR RAJBONGSHI3 AND RANJIT BORDOLOI4        1,2,4 College of Fisheries, Assam Agricultural University, Raha, Nagaon — 782103, Assam.
3 NAIP Cell, Assam Agricultural University, Jorhat — 13, Assam.

Rabu, 04 Januari 2017

Pemberian Makanan Alami Pada Benih Bandeng


 Pemberian Makanan Alami
a. Menjelang umur 2-3 hari atau 60-72 jam setelah menetas, larva sudah harus diberirotifera (Brachionus plicatilis) sebagai makanan sedang air media diperkaya chlorella sp sebagai makanan rotifera dan pengurai metabolit.
b. Kepadatan rotifera pada awal pemberian 5-10 ind/ml dan meningkat jumlahnya sampai 15-20 ind/ml mulai umur larva mencapai 10 hari. Berdasarkan kepadatan larva 40 ekor/liter, jumlah chlorella : rotifer : larva = 2.500.000: 250 : 1 pada awal pemeliharaan atau sebelum 10 hari setelah menetas, atau = 5.000.000 : 500:1 mulai hari ke 10 setelah menetas.
c. Pakan buatan (artificial feed) diberikan apabila jumlah rotifera tidak mencukupi pada saat larva berumur lebih dari 10 hari. Sedangkan penambahan Naupli artemia tidak mutlak diberikan tergantung dari kesediaan makanan alami yang ada.
d. Perbandingan yang baik antara pakan alami dan pakan buatan bagi larva bandeng 1 : 1 dalam satuan jumlah partikel. Pakan buatan yang diberikan sebaiknya berukuran sesuai dengan bukaan mulut larva pada tiap tingkat umur dan mengandung protein sekitar 52%. Berupa. Pakan buatan komersial yang biasa diberikan untuk larva udang dapat digunakan sebagai pakan larva bandeng.
11) Budidaya Chlorella
Kepadatan chlorella yang dihasilkan harus mampu mendukung produksi larva yang dikehendaki dalam kaitan dengan ratio volume yang digunakan dan ketepatan waktu. Wadah pemeliharaan chlorella skala kecil menggunakan botol kaca/plastik yang tembus cahaya volume 3-10 liter yang berada dalam ruangan bersih dengan suhu 23-25 0C, sedangkan untuk skala besar menggunkan wadah serat kaca  volume 0,5-20 ton dan diletakkan di luar ruangan sehingga langsung dengan kepadatan ± 10 juta sel/m3. Panen chlorella dilakukan dengan cara memompa, dialirkan ke tangki-tangki pemeliharaan rotifera dan larva bandeng. Pompa yang
digunakan sebaiknya pompa benam (submersible) untuk menjamin aliran yang sempurna. Pembuangan dan sebelumnya telah disiapkan wadah penampungan serta saringan yang bermata jaring 60-70 mikron, berukuran 40x40x50 cm, di bawah aliran tersebut. Rotifer yang tertampung pada saringan dipindahkan ke wadah lain dan dihitung kepadatanya per milimeter.
12) Budidaya Rotifera.
Budidaya rotifera skala besar sebaiknya dilakukan dengan cara harian yaitu sebagian hasil panen disisakan untuk bibit dalam budidaya berikutnya (daily partial harvest). Sedangkan dilakukan dengan cara panen penuh harian (batch harvest).
Kepadatan awal bibit (inokulum) sebaiknya lebih dari 30 individu/ml dan jumlahnya disesuaikan dengan volume kultur, biasanya sepersepuluh dari volume wadah.
Wadah pemeliharaan rotifer menggunakan tangki serat kaca volume 1-10 ton
diletakkan terpisah jauh dari bak chrollela untuk mencegah kemungkinan mencemari kultur chlorella dan sebaiknya beratap untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang dapat mempercepat pertumbuhan chlorella.
Keberhasilan budidaya rotifera berkaitan dengan ketersediaan chlorella atau Tetraselmis yang merupakan makanannya. Sebaiknya perbandingan jumlah chlorella dan rotifer berkisar 100.000 : 1 untuk mempertahankan kepadatan rotifer 100 individu/ml. Pada kasus-kasus tertentu perkembangan populasi rotifer dapat dipacu dengan penambahan air tawar sampai 23 ppt. Apalagi jumlah chlorella tidak mencukupi dapat digunakan ragi (yeast) pada dosis 30 mg/1.000.000 rotifer. Panen rotifer dilakukan dengan cara membuka saluran pembuangan dan sebelumnya telah disiapkan wadah penampungan serta jaringan yang bermata jaring 60-70 mikro
berukuran 40x40x50 cm, di bawah aliran tersebut. Rotifer yang tertampung pada saringan dipindahkan ke wadah lain dan dihitung kepadatannya per milimeter.
Pencatatan tentang perkembangan rotifer dilakukan secara teratur dan berkala serta data hasil pengamatan dicatat untuk mengetahui perkembangan populasi serta cermat dan untuk bahan pertimbangan pemeliharaan berikutnya.

5. PANEN
1) Panen dan Distribusi Telur.
Dengan memanfaatkan arus air dalam tangki pemijahan, telur yang telah
dibuahi dapat dikumpulkan dalam bak penampungan telur berukuran 1x5,5x0,5 m yang dilengkapi saringan berukuran 40x40x50 cm, biasa disebut egg collector, yang ditempatkan di bawah ujung luar saluran pembuangan. Pemanenan telur dari bak penampungan dapat dilakukan dengan menggunakan plankton net berukuran mata 200-300 mikron dengan cara diserok.
Telur yang terambil dipindahkan ke dalam akuarium volume 30-100 liter,
diareasi selama 15-30 menit dan didesinfeksi dengan formalin 40 % pada dosis 10 ppm selama 10-15 menit sebelum diseleksi. Sortasi telur dilakukan dengan cara meningkatkan salinitas air sampai 40 ppt dan menghentikan aerasi. Telur yang baik terapung atau melayang dan yang tidak baik mengendap. Persentasi telur yang baik untuk pemeliharaan selanjutnya harus lebih dari 50 %. Kalau persentasi yang baik kurang dari 50 %, sebaiknya telur dibuang. Telur yang baik hasil sortasi dipindahkan
kedalam pemeliharaan larva atau dipersiapkan untuk didistribusikan ke konsumen yang memerlukan dan masih berada pada jarak yang dapat dijangkau sebelum telur menetas ( ± 12 jam).
2) Distribusi Telur.
Pengangkutan telur dapat dilakukan secara tertutup menggunakan kantong plastik berukuran 40x60 cm, dengan ketebalan 0,05 – 0,08 mm yang diisi air dan oksigen murni dengan perbandingan volume 1:2 dan dipak dalam kotak styrofoam.
Makin lama transportasi dilakukan disarankan makin banyak oksigen yang harus ditambahkan. Kepadatan maksimal untuk lama angkut 8 – 16 jam pada suhu air antara 20 – 25 0C berkisar 7.500-10.000 butir/liter. Suhu air dapat dipertahankan tetap rendah dengan cara menempatkan es dalam kotak di luar kantong plastik.
Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mencegah telur
menetas selama transportasi. Ditempat tujuan, sebelum kantong plastik pengangkut dibuka sebaiknya dilakukan penyamaan suhu air lainnya. Apabila kondisi air dalam
kantong dan diluar kantong sama maka telur dapat segera dicurahkan ke luar.
3) Panen dan Distribusi Nener.
Pemanenen sebaiknya diawali dengan pengurangan volume air, dalam tangki benih kemudian diikuti dengan menggunakan alat panen yang dapat disesuaikan dengan ukuran nener, memenuhi persyaratan hygienis dan ekonomis. Serok yang digunakan untuk memanen benih harus dibuat dari bahan yang halus dan lunak  berukuran mata jaring 0,05 mm supaya tidak melukai nener. Nener tidak perlu diberi pakan sebelum dipanen untuk mencegahpenumpukan  metabolit yang dapat  menghasilkan
 amoniak danmengurangi oksigen terlarut secara nyata dalam wadah pengangkutan

Penghitungan dan Packing benih
a) Persiapan plastik packing, dan memasukan benih ke dalam plastik packing
b) Memasukkan oksigen ke dalam plastik packing
c) Pengikatan plastik, plastik di ikat secara kuat agar oksigen tidak keluar
d) Pengemasan ke dalam kotak pengemasan
e)Benih siap di distribusikan
4) Panen dan Distribusi Induk.
Panen induk harus diperhatikan kondisi pasang surut air dalam kondisi air
surut volume air tambak dikurangi, kemudian diikuti penangkapan dengan alat  jaring
yang disesuaikan ukuran induk, dilakukan oleh tenaga yang terampil serta cermat.
Seser / serok penangkap sebaiknya berukuran mata jaring 1 cm agar tidak melukai
induk. Pemindahan induk dari tambak harus menggunakan kantong plastik yang
kuat, diberi oksigen serta suhu air dibuat rendah supaya induk tidak luka dan
mengurangi stress. Pengangkutan induk dapat menggunakan kantong plastik, serat
gelas ukuran 2 m3, oksigen murni selama distribusi. Kepadatan induk dalam wadah
10 ekor/m3 tergantung lama transportasi. Suhu rendah antara 25 – 27 0C dan salinitas
 rendah antara 10-15 ppt dapat mengurangi metabolisme dan stress akibat transportasi.
Aklimatisasi induk setelah transportasi sangat dianjurkan untuk mempercepat kondisi
 induk pulih kembali.



DEMONSTRASI CARA BUDIDAYA CACING SUTERA DESA WUWUR KECAMATAN GABUS Oleh : Riyanto, SP

DEMONSTRASI   CARA BUDIDAYA CACING SUTERA DESA WUWUR KECAMATAN GABUS Oleh : Riyanto, SP BUDIDAYA CACING SUTERA Pendahu...