BAHAN TAMBAHAN PANGAN
Sesuai dengan
SK.Menkes No.722 / Menkes / Per /1X /88 Tanggal 20 September 1988, bahan
tambahan pangan adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan
merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain: bahan pewarna,
pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat
danpengental.
Sesuai PP No.28 Tahun
2004, bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan
untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk pangan. Sedangkan
menurut Codex, bahan tambahan pangan adalah bahan yang tidak lazim dikonsumsi
sebagai makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada proses pengolahan
makanan.
Pengertian BTP
sebagai campuran makanan sering rancu dengan bahan tambahan kimia. Untuk
menghindari hal yang demikian, kita harus memahami tentang BTP sebagai campuran
makanan. BTP sebagai campuran makanan dapat dikelompokkan mnjadi 3 pengertian
sbb :
1. Bahan
campuran normal
Bahan campuran normal adalah bahan yang
dapat dikonsumsi langsung tanpa dicampur dengan bahan lain. Contohnya buah
nanas sebagai campuran es buah. Selain nanas, yang juga dapat berfungsi sebagai
bahan campuran normal (normal ingredient) adalah stroberi, avokad,
durian, dsb.
2. Bahan pembantu
pengolahan
Bahan pembantu pengolahan terdiri atas
komponen bahan-bahan penolong dalam proses pembuatan bahan makanan, yang tidak
mempengaruhi warna, maupun penampilan bahan olahan. Contohnya, es batu
dalam proses pembuatan bakso atau garam dalam proses pembuatan es putar.
3. Kontaminan
Kontaminan merupakan bahan yang tidak
sengaja terbawa atau tercampur dalam proses pengolahan. Contohnya, bahan kimia
yang terkandung dalam pembungkus makanan yang kontak dengan bahan makanan,
mikroorganisme yang mencemari bahan pangan akibat kurang memperhatikan sanitasi
dalam proses produksi, dsb.
Bahan campuran lain
yang tidak termasuk dalam kategori campuran normal, bahan pembantu pengolahan,
dan kontaminan digolongkan sebagai zat aditif. Jadi, yang dimaksud dengan BTP adalah
yang
§ tidak dapat dikonsumsi sebagai makanan dan bukan
merupakan ingredientmakanan,
§ mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi,
§ sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk mendukung
proses pembuatan, pengolahan, penyimpanan, perlakuan, pengepakan, pengemasan,
dan atau pengangkutan makanan, misalnya untuk menghasilkan suatu komponen yang
mempengaruhi sifat makanan tersebut baik secara langsung atau tidak langsung,
§ tidak mencakup cemaran atau bahan yang ditambahkan dengan
tujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai gizi. Misalnya, vitamin C
dianggap sebagai BTP jika ditujukan untuk memperbaiki nilai gizi, tetapi
sebagai antioksidan.
PENGGUNAAN BAHAN
TAMBAHAN PANGAN
Secara khusus kegunaan BTP di dalam pangan adalah untuk:
1. Mengawetkan pangan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak
pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan.
2. Membentuk makanan menjadi lebih balk, renyah, dan
lebih enak di mulut.
4. Meningkatkan kualitas pangan.
5. Menghemat biaya.
Fungsi BTP :
· Memperbaiki warna, bentuk, cita rasa dan tekstur
· Memperpanjang umur simpan
· Bukan merupakan bahan pangan utama
· Meningkatkan nilai gizi makanan
· Memperbaiki estetika dan sensori makanan
· Memperpanjang umur
simpan (shelf life) makanan
Penggunaan BTP dapat dibenarkan apabila :
o dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dan
pengolahan,
o tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah
atau tidak mmenuhi persyaratan,
o tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan
dengan cara produksi yang baik untuk makanan,
o tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan makanan.
Pengelompokan BTP
yang diizinkan digunakan pada makanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 722/Menkes/Per/IX/88 adalah sebagai berikut:
1. Pewarna, yaitu BTP yang dapat memperbaiki
atau memberi warna padamakanan.
2. Pemanis buatan, yaitu BTP yang dapat
menyebabkan rasa manis pada makanan, yang tidak atau hampir tidak
mempunyai nilai gizi.
3. Pengawet, yaitu BTP yang dapat mencegah
menghambat fermentasi, pengasaman atau peruraian lain pada makanan yang
disebabkan oleh pertumbuhan mikroba
4. Antioksidan, yaitu BTP yang dapat
mencegah atau menghambat proses oksidasi lemak sehingga mencegah terjadinya
ketengikan.
Penggolongan Bahan Tambahan Makanan :
1. Bahan tambahan makanan yang alami :
l Lebih aman dan mudah didapat
l Relatif kurang stabil
l Perlu jumlah banyak
l Contoh : gula, garam,
bawang putih, tomat, kunyit, daun suji, asam sitrat, daun jati, jahe, merica,
kayu manis, vanili dll
2. Bahan
tambahan makanan buatan (sintetis) :
· Hasil sintetis secara
kimia
· Keuntungan : lebih
stabil, lebih pekat
· Jumlah penggunaan
sedikit
· Menimbulkan efek
samping
· Contoh : BHA, BHT
(bersifat karsinogenik),formalin, boraks (pengawet / pengenyal), Rhodamin
B (pewarna), Sakarin (efek karsinogenik), maksimal 300 mg/kg, Siklamat (efek
karsinogenik) maksimal 1 g/kg, asam askorbat, asam asetat glasial.
BTP berdasarkan
fungsinya dapat dikelompokkan sbb :
a. Antioksidan, berfungsi untuk
menghambat oksidasi lemak atau melindungi komponen-komponen makanan yang
bersifat tidak jenuh, terutama lemak dan minyak. Antioksidan sering digunakan
dalam produk makanan olahan komersial. Tujuan utamnya adalah untuk
memperpanjang daya simpan dan meningkatkan stabilitas makanan yang banyak
mengandung lemak.
Jenis dan aturan penggunaan
bahan antioksidan
Nama BTP
|
Jenis Makanan
|
Maksimal Penggunaan
|
Asam askorbat (serta garam-garam kalium, garam kalsium,
dan garam natrium)
|
Daging olahahan, daging awetan
Ikan beku
Buah kalengan
Pekatan sari buah anggur
Makanan pelengkap serealia, makanan bayi kalengan
|
500 mg/kg
400 mg/kg
700 mg/kg
400 mg/kg produk akhir
500 mg/kg
|
Butil Hidroksianol (BHA)
|
Ikan beku
Ikan asin
Mentega
|
1 g/kg
200 mg/kg
200 mg/kg
|
Butil Hidroksitoluen (BHT)
|
Lemak dan minyak makan, minyak kacang, minyak kelapa,
dll
Margarin
|
200 mg/kg (tunggal atau campuran
BHT)
200 mg/kg (tunggal atau campuran
BHA)
|
Propil Galat
|
Lemak dan minyak makan, minyak kacang, minyak kelapa,
dll
Margarin
|
100 mg/kg
100 mg/kg (tunggal atau campuran
BHA/BHT)
|
Sumber : Peraturan Menkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88
b. Antikempal, berfungsi untuk
mencegah atau mengurangi kecepatan pengempalan atau menggumpalnya makanan yang
mempunyai sifat higroskopis (mudah menyerap air). Bahan makanan yang biasa
ditambah bahan antikempal misalnya susu bubuk, krim bubuk, garam meja, dan
kaldu bubuk. Senyawa antikempal adalah senyawa yang secara alami berbentuk
seperti kristal (near crystaline). Umumnya bersifat tidak toksik dan
ikut terserap oleh metabolisme tubuh. Namun demikian, penggunaannya perlu
memperhatikan ambang batas pemakaian yang dianjurkan. Jenis dan aturan
penggunaan bahan antikempal
Nama
BTP
|
Jenis
Makanan
|
Maksimal
Penggunaan
|
Aluminium Silikat
|
Susu bubuk
Krim bubuk
|
1 g/kg
1 g/kg
|
Kalsium Aluminium Silikat
|
Garam meja
Serbuk garam dengan rempah atau bumbu
merica
|
10 g/kg
20 g/kg
|
Kalsium Silikat
|
Susu bubuk
Krim
Garam meja
Serbuk garam dengan rempah atau
bumbu merica
|
10 g/kg
1 g/kg
10 g/kg
20 g/kg
|
Sumber : Peraturan Menkes RI No.
722/Menkes/Per/IX/88
c. Pengasam /
penetral,
adalah senyawa kimia yang bersifat asam dan berfungsi untuk mengasamkan,
menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman dalam proses pengolahan bahan
makanan. Dengan penambahan bahan makanan yang dihasilkan memiliki cita rasa
khas, warna stabil, dan lebih tahan lama. Zat pengatur asam biasanya digunakan
dalam proses pengolahan sayur, sari buah, acar mentimun, jam, jeli, dan ikan
kalengan. Karena bisa menurunkan pH, zat pengatur asam bisa mengurangi resiko
tumbuhnya mikroba. Jenis dan aturan penggunaan bahan pengasam
Nama BTP
|
Jenis Makanan
|
Maksimal Penggunaan
|
Asam Asetat Glasial
|
Sarden dan ikan sejenis, sarden
kalengan, kaldu
Makanan bayi kalengan, tomat
kalengan, asaparagus kalengan, acar mentimun dalam botol
Es krim dan sejenisnya
|
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
|
Asam Fumarat
|
Jam dan jeli, marmelade
|
3 g/kg (tunggal atau campuran
dengan asam tartrat dan garamnya dihitung sebagai asam, hingga pH antara
2,8-3,5
|
Asam Laktat
|
Makanan bayi kalengan
Pasta tomat
Jam dan jeli, marmelade
Margarin, keju, PASI
Es krim dan sejenisnya
Acar mentimun dalam botol
|
2 g/kg
Secukupnya hingga pH 4,3
Secukupnya hingga pH antara
2,8-3,5
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
|
Asam Malat
|
Minuman ringan
Sari buah anggur
|
34 g/liter
Secukupnya
|
Asam Sitrat
|
Coklat bubuk
|
5 g/kg (tunggal atau campuran dengan asam tartrat)
|
Asam Tartrat
|
Kaldu
|
250 mg/kg produk siap dikonsumsi
|
Sumber : Peraturan
Menkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88
d. Pemanis buatan, adalah pemanis
pengganti gula (sukrosa), yaitu senyawa yang memberikan persepsi rasa manis,
tetapi tidak memberikan nilai gizi (non-nutritive sweeteners). Batas
penggunaan pemanis buatan menurut WHO adalah 0-5 mg/kg berat badan/hari.
Idealnya, pemanis memiliki sifat-sifat sbb :
· Larut dan stabil pada kisaran pH yang luas.
· Memiliki tingkat kemanisan minimal sama dengan sukrosa.
· Mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai side atau after-taste.
· Tidak berwarna.
· Larut dalam air.
· Memiliki komposisi yang stabil.
· Tidak beracun dan tidak membahayakan pemakai.
· Stabil pada kisaran suhu yang luas.
· Memiliki sifat-sifat dan fungsi lain untuk makanan dan
minuman, misalnya sebagai penghalus tekstur kue.
· Murah, setidaknya tidak melebihi harga gula (sukrosa)
Penggunaan pemanis
buatan yang melampaui batas maksimal yang diperbolehkan dapat menimbulkan
gangguan kesehatan. Misal : kanker kandung kemih akibat mengkonsumsi siklamat
dan terputusnya plasenta akibat mengkonsumsi sakarin.
Jenis dan aturan
penggunaan bahan pemanis
Nama BTP
|
Jenis Makanan
|
Maksimal Penggunaan
|
Sakarin (garam natrium)
|
Makanan rendah kalori
a. Permen karet
b. Permen
c. Saus
d. Es krim dan sejenisnya
e. Es lilin
f. Jam dan jeli
g. Minuman ringan
h. Minuman yoghurt
i. Minuman ringan fermentasi
|
50 mg/kg (sakarin)
100 mg/kg (Na sakarin)
300 mg/kg (Na sakarin)
200 mg/kg (Na sakarin)
300 mg/kg (Na sakarin)
200 mg/kg (Na sakarin)
300 mg/kg (Na sakarin)
300 mg/kg (Na sakarin)
50 mg/kg (Na sakarin)
|
Siklamat (garam Na dan garam Ca)
|
Makanan rendah kalori
a. Permen
karet
b. Permen
c. Saus
d. Es lilin
e. Minuman yoghurt
f. Minuman ringan fermentasi
|
500 mg/kg (dihitung sebagai asam siklamat)
1 g/kg (dihitung sebagai asam siklamat)
3 g/kg (dihitung sebagai asam siklamat)
3 g/kg (dihitung sebagai asam siklamat)
3 g/kg (dihitung sebagai asam siklamat)
500 mg/kg (dihitung sebagai asam siklamat)
|
Sorbitol
|
Kismis
Jam dan jeli, roti
Makanan lain
|
5 g/kg
300 g/kg
120 g/kg
|
Sumber : Peraturan
Menkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88
e. Pemutih dan pematang. Tepung terigu
yang masih baru berwarna kekuning-kuningan. Untuk memutihkan tepung, seringkali
produsen roti menggunakan benzoil peroksida atau kalium bromat.
Jenis dan aturan
penggunaan pemutih dan pematang tepung
Nama BTP
|
Jenis Makanan
|
Maksimal Penggunaan
|
Alumunium
|
Susu bubuk
|
10 g/kg
|
Asam askorbat
|
Tepung
|
200 mg/kg
|
Asam peroksida
|
Tepung
|
Secukupnya
|
Kalium bromat
|
Tepung
Roti dan sejenisnya
|
150 mg/kg
100 mg/kg tepung
|
Sumber : Peraturan
Menkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/88
f. Pengawet, berfungsi untuk memperpanjang masa
simpan suatu makanan. Sebagian besar kerusakan bahan makanan, khususnya hasil
olahan, disebabkan oleh aktivitas mikroba yang memanfaatkan bahan makanan untuk
metabolismenya. Bahan pengawet bersifat menghambat atau mematikan pertumbuhan
mikroba penyebab kerusakan ini sehingga sering disebut antimikroba. Namun
demikian, penggunaan bahan pengawet tidak selalu menguntungkan, terutama
apabila digunakan dalam jumlah yang berlebihan, dapat mengganggu kesehatan.
Sumber bahan
pengawet dapat digolongkan menjadi 2, sbb :
§ Senyawa organik, berasal dari senyawa organik yang
biasanya digunakan untuk produk-produk olahan nabati seperti roti, sari buah,
minuman ringan, serta selai dan jeli. Kandungan garam dalam bahan pengawet
organik mudah larut dalam air, contohnya asam sorbat, asam propionat, asam
asetat, dan epoksida.
§ Senyawa anorganik, berasal dari senyawa anorganik contohnya SO2,
garam natrium, kalium sulfit, bisulfit, metabisulfit, nitrit, dan nitrat.
Senyawa anorganik yang sering digunakan adalah senyawa nitrit dan dalam bentuk
garam. Selain untuk mencegah tumbuhnya bakteri Clostridium botulinum,
yang juga berfungsi untuk mempertahankan warna dan menghambat pertumbuhan
mikroba pada proses curing daging
Tidak ada komentar:
Posting Komentar