BUDIDAYA IKAN MAS
( Cyprinus carpio L ).
Oleh
Riyanto, SP
1. SEJARAH SINGKAT
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan mas
sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas
mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia
merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang.
Ikan mas Punten dan Majalaya erupakan
hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang
dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.
2. SENTRA PERIKANAN
Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah,
waduk, sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum.
Adapun sentra produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor,
Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta
3. JENIS
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai
berikut:
Kelas :
Osteichthyes
Anak kelas :
Actinopterygii
Bangsa :
Cypriniformes
Suku :
Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus
carpio L.
Saat ini ikan mas mempunyai
banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciri dari ras disebabkan oleh adanya
interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan
yang terlihat dari penampilan bentuk fisik,
bentuk tubuh dan warnanya.
Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas adalah sebagai berikut:
1)
Ikan mas punten:
sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek;bagian punggung tinggi
melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit;perbandingan antara panjang badan
dan tinggi badan antara 2,3:1.
2) Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi
sisik lebihgelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban,
bila diberi makanan suka berenang di permukaan air; perbandingan panjang badan
dengan tinggi badan antara 3,2:1.
3)
Ikan mas si
nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; atau pada ikan muda
tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit; gerakannya lamban, lebih
suka berada di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan
antara 3,6:1.
4) Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan
relatif panjang; penampang punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan lebih
gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,5:1.
5)
Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan
bersisisk penuh; warna sisik bermacam-macam seperti putih, kuning, merah
menyala, atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long
tail Indonesian carp, long tail platinm
nishikigoi, platinum nishikigoi, long tail shusui nishikigoi,shusi shikigoi,
kohaku hishikigoi, lonh tail hishikigoi, taishusanshokunshikigoi dan long
tail taishusanshoku nishikigoi.
Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten
kurang berkembang karena diduga orang Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yang berbadan
relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yang banyak
dibudidayakan.
4. MANFAAT
1) Sebagai sumber penyediaan
protein hewani.
2) Sebagai ikan hias.
5. PERSYARATAN LOKASI
1)
Tanah yang baik
untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis
tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga
dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara
3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada
ketinggian antara 150-1000 m dpl.
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak
terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah
pabrik.
5)
Ikan mas dapat
berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam dengan
sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan
untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100 liter/menit/m3.
6)
Keasaman air
(pH) yang baik adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir.
Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan
pengairan kolam secara gravitasi.
a. Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai
contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya
mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka
untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam
sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan
dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon
dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk
monik.
b. Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran /luas
kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam
empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3
kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan,
untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan
pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil)
atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan
dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Kolam penetasan
diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerahyang ada telurnya.
c. Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk
kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan
luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak. Pemasukan air
bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik.
Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran
dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan
kubangan untuk memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan.
etak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu
dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
2) Peralatan
Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas diantaranya
adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung
sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran,
timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring
secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan eralatan lain yang digunakan untuk
memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus,
ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan
ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak
dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa
dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang
untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok
(untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas),
anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap
ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu
keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring
berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
3) Persiapan Media
Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media
untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam
menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan
kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama
dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi emupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan
TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan
pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10
gram/meter persegi.
6.2. Pembibitan
1) Pemilihan Bibit dan Induk
a. Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara
yaitu ecara tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan semakin meningkatnya
teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihan maka telah dilaksanakan
penggunaan induk-induk yang berkualitas baik. Keberhasilan saha pembenihan
tidak lagi banyak bergantung pada kondisi alam namun manusia telah banyak
menemukan kemajuan diantaranya pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan
derajat pembuahan telur dengan teknik pembunuhan buatan, penetasan telur secara
terkontrol, pengendalian kuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan
alami dan pemurnian kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu
dilakukan penyeleksian terhadap induk ikan mas. Adapun ciri-ciri induk jantan
dan induk betina unggul yang sudah matang untuk dipijah adalah sebagai berikut:
a. Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan: umur
minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.
b. Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung
sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat. c. Tutup insan normal tidak tebal
dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih; panjang kepala minimal 1/3 dari
panjang badan; lensa mata tampak jernih.
c. Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
d. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus
lebih panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.
Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina
adalah sebagai berikut:
a) Betina
- Badan bagian perut besar,
buncit dan lembek.
- Gerakan lambat, pada malam
hari biasanya loncat-loncat.
- Jika perut distriping
mengeluarkan cairan berwarna kuning.
b) Jantan
- Badan tampak langsing.
- Gerakan lincah dan gesit.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
2) Sistim Pembenihan/Pemijahan
Saat ini dikenal dua macam
sistim pemijahan pada budidaya ikan mas, yaitu:
a. Sistim pemijahan tradisional
Dikenal beberapa cara
melakukan pemijahan secara tradisional, yaitu:
- Cara sunda:
(1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi,
dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
induk dimasukan pada sore hari;
(2) disediakan injuk untuk menepelkan telur;
(3) setelah proses emijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam penetasan.
- Cara cimindi:
(1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi,
dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan;
(2) disediakan injuk untuk menepelkan telur,
ijuk dijepit bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara
dari tanah;
(3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain;
(4) tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini
dibuka emudian sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.
- Cara rancapaku:
(1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi,
dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan,
batas pematang antara terbuat dari batu;
(2) disediakan rumput kering untuk menepelkan
telur, rumput disebar merata di seluruh permukaan air kolam dan dibatasi
pematang antara dari tanah;
(3) setelah proses pemijahan selesai induk
tetap di kolam pemijahan.;
(4) setelah benih ikan kuat maka akan
berpindah tempat melalui sela bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat
dipanen.
- Cara sumatera:
(1) luas kolam pemijahan 5
meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan;
(2) disediakan injuk untuk
menepelkan telur, ijuk ditebar di permukaan air;
(3) setelah proses pemijahan
selesai induk dipindahkan ke kolam lain;
(4) setelah benih berumur 5
hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
- Cara dubish:
(1) luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi,
dibuat parit keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu
diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan
kolam penetasan;
(2) sebagai media penempel telur digunakan
tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm;
(3) setelah proses pemijahan
selesai induk dipindahkan ke kolam lain;
(4) setelah benih berumur 5
hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
- Cara hofer:
(1) sama seperti cara dubish hanya tidak ada
parit dan tanaman Cynodon dactylon dipasang di depan pintu pemasukan
air.
(2). Sistim kawin suntik Pada sisitim ini
induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur dirangsang untuk emijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar
hyphofise ke dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan
donor (berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelah suntikan
dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam nduk
akan terangsang melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi,
sarana yang lengkap dan perawatan yang intensif.
3) Pembenihan/Pemijahan
Hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pemijahan ikan mas:
a. Dasar kolam tidak
berlumpur, tidak bercadas.
b. Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen
dalam air cukup; debit air cukup; dan suhu berkisar 25 derajat C.
c. Diperlukan bahan penempel telur seperti
ijuk atau tanaman air.
d. Jumlah induk yang disebar tergantung dari
luas kolam, sebagai patokan seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5
meter persegi.
e. Pemberian makanan dengan kandungan protein
25%. Untuk pellet diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari)
dengan takaran 2-4% dari jumlah berat induk ikan.
4) Pemeliharaan Bibit/Pendederan
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah
telur-telur hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam
pendederan (luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima anak ikan
dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari
ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula
dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan. Pendederan ikan
mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap I: umur benih yang disebar sekitar
5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi;
lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.
b. Tahap II: umur benih setelah tahap I
selesai; jumlah benih yang disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih
menjadi 3-5 cm.
c. Tahap III: umur benih setelah tahap II
selesai; jumlah benih yang disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan
1 bulan; ukuran benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak
halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
d. Tahap IV: umur benih setelah tahap III
selesai; jumlah benih yang disebar=3-5 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1
bulan; ukuran benih menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak
halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
5) Perlakuan dan Perawatan Bibit
Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram,
maka benih diberi pakan pelet 2 mm sebanyak 3 kali bobot total benih yang
diberikan 4 kali sehari selama 3 minggu.
6.3. Pemeliharaan Pembesaran
Pemeliharaan pembesaran
dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
a) Polikultur
1. ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau
2. ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.
b) Monokultur
Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik
dibandingkan dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara
induk jantan dan betina.
1) Pemupukan
Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2, TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2, kapur 25-100 gram/m2. Setelah itu kolam diisi air
39\0-40 cm. Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air, kolam disemprot
dengan insektisida organophosphat seperti Sumithion 60 EC, Basudin 60 EC dengan
dosis 2-4 ppm. Tujuannya untuk memberantas serangga dan udang-udangan yang
memangsa rotifera. Setelah 7 hari kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm.
Padat penebaran ikan tergantung pemeliharaannya. Jika hanya mengandalkan pakan
alami dan dedak, maka padat penebaran adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan bila diberi pakan pellet,
maka penebaran adalah 300-400 ekor/m2 (benih lepas hapa). Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari saat
suhu rendah.
2) Pemberian Pakan
Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian
pakan buatan. Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang cukup,
yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral. Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari. Setelah larva tidak
menempel pada kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban diangkat dan dibersihkan.
Pemberian pakan untuk larva, 1 butir kuning telur rebus untuk 100.000
ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat suspensi (1/4 liter air untuk 1 butir),
kuning telur diremas dalam kain kemudian diberikan pada benih, perawatan 5-7
hari. 3) Pemeliharaan Kolam/Tambak Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak
boleh terabaikan adalah menjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil
dan bersih serta tidak tercemari/teracuni oleh zat beracun.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya
bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke
permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
2) Ucrit (Larva cybister)
Menjepit
badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas;
hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
3) Kodok
Makan
telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung;
menagkap dan membuang hidup-hidup.
4) Ular
Menyerang
benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran
kolam.
5) Lingsang
Memakan
ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
6) Burung
Memakan
benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai
atau tali penghalang.
7) Ikan gabus
Memangsa
ikan kecil. Pengendalian:pintu masukan air diberi saringan atau dibuat
bak filter.
8) Belut dan kepiting
Pengendalian: lakukan penangkapan.
7.2. Penyakit
1) Bintik merah (White spot)
Gejala: pada bagian tubuh (kepala, insang, sirip) tampak bintik-bintik
putih, pada infeksi berat terlihat jelas lapisan putih, menggosok-gosokkan badannya
pada benda yang ada disekitarnya dan berenang sangat lemah serta sering muncul
di permukaan air. Pengendalian: direndam dalam larutan Methylene blue 1%
(1 gram dalam 100 cc air) larutan ini diambil 2-4 cc dicampur 4 liter air
selama 24 jam dan Direndam dalam garam dapur NaCl selama 10 menit, dosis 1-3
gram/100 cc air.
2) Bengkak insang dan badan ( Myxosporesis)
Gejala: tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan, bagian
punggung terjadi pendarahan. Pengendalian; pengeringan kolam secara
total, ditabur kapur tohon 200 gram/m2, biarkan selama 1-2 minggu.
3) Cacing insang, sirip,
kulit (Dactypogyrus dan girodactylogyrus)
Gejala: ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok,
ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya, terjadi pendarahan
dan menebal pada insang. Pengendalian: (1) direndan dalam larutan
formalin 250 gram/m3 selama 15 menit dan direndam dalam Methylene blue 3
gram/m3 selama 24 jam; (2) hindari penebaran ikan yang berlebihan.
4) Kutu ikan (argulosis)
Gejala: benih dan induk menjadi kurus, karena dihisap darahnya. Bagian kulit,
sirip dan insang terlihat jelas adanya bercak merah (hemorrtage). Pengendalian: (1) ikan yang terinfeksi
direndan dalam garam dapur 20 gram/liter air selama 15 menit dan direndam
larutan PK 10 ppm (10 ml/m3) selama 30 menit; (2) dengan pengeringan kolam
hingga retak-retak.
5) Jamur (Saprolegniasis)
Menyerang bagian kepala, tutup insang, sirip dan bagian yang
lainnya.
Gejala: tubuh yang diserang tampak seperti kapas. Telur yang terserang jamur,
terlihat benang halus seperti kapas. Pengendalian: direndam dalam larutan
Malactile green oxalat (MGO) dosis 3 gram/m3 selama 30 menit; telur yang
terserang direndam dengan MGO 2-3 gram/m3 selama 1 jam.
6) Gatal (Trichodiniasis)
Menyerang benih ikan.
Gejala: gerakan lamban; suka menggosok-gosokan badan pada sisi
kolam/aquarium. Pengendalian: rendam selam 15 menit dalam larutan
formalin 150-200 ppm.
7) Bakteri psedomonas flurescens
Penyakit yang sangat ganas.
Gejala: pendarahan dan bobok pada kulit; sirip ekor terkikis. Pengendalian:
pemberian pakan yang dicampur oxytetracycline 25-30 mg/kg ikan atau
sulafamerazine 200mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.
8) Bakteri aeromonas punctata
Penyakit yang sangat ganas.
Gejala: warna badan suram, tidak cerah; kulit esat dan melepuh; cara
bernafas mengap-mengap; kantong empedu gembung; endarahan dalam organ hati dan
ginjal. Pengendalian: penyuntikan chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau streptomycin
80-100 mg/kg ikan; pakan dicampur terramicine 50 mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.
Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya
penyakit dan hama pada budidaya ikan mas:
1) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap
selesai panen.
2) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas
penyakit.
3) Hindari penebaran ikan secara berlebihan
melebihi kapasitas.
4) Sistem pemasukan air yang ideal adalah
paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
5) Pemberian pakan cukup, baik kualitas
maupun kuantitasnya.
6) Penanganan saat panen atau pemindahan
benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar.
7) Binatang seperti burung, siput, ikan
seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk
ke areal perkolaman.
8. PANEN
8.1. Pemanenan Benih
Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih dahulu
dipersiapkan alat alat tangkap dan sarana perlengkapannya. Beberapa alat
tangkap dan sarana yang disiapkan diantaranya keramba, ember biasa, ember
lebar, seser halus sebagai alat tangkap benih, jaring atau hapa sebagai
penyimpanan benih sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air
dari kolam agar benih ikan tidak terbawa arus, dan bak-bak penampungan yang
berisi air bersih untuk penyimpanan benih hasil panen. Panen benih ikan dimulai
pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dan sebaiknya berakhir tidak lebih
dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terik matahari yang
dapat mengganggu benih ikan kesehatan tersebut. Pemanenan dilakukan mula-mula
dengan menyurutkan air kolam pendederan sekitar pkul 04.00 atau 05.00 pagi
secara perlahan-lahan agar ikan tidak stres akibat tekanan air yang berubah
secara mendadak. Setelah air surut benih mulai ditangkap dengan seser halus
atau jaring dan ditampung dalam ember atau keramba. Benih dapat dipanen setelah
dipelihara selama 21 hari. Panenan yang dapat diperoleh dapat mencapai 70-80%
dengan ukuran benih antara 8-12 cm.
8.2. Cara Perhitungan Benih
Untuk mengetahui benih ikan hasil panenan yang disimpan dalam bak penyimpanan
maka sebelum dijual, terlebih dahulu dihitung jumlahnya. Cara menghitung benih
umumnya dengan memakai takaran, yaitu dengan menggunakan sendok untuk larva dan
kebul, cawan untuk menghitung putihan, dan dihitung per ekor untuk benih ukuran
glondongan. Penghitungan benih iasanya dengan cara:
a) Penghitungan dengan
sendok.
b) Penghitungan dengan
mangkok.
8.3. Pembersihan
Pada umumnya, dasar kolam pendederan sudah dirancang miring dan
ada saluran di tengah kolam, selain itu pada dasar kolam tersebut ada bagian
yang lebih dalam dengan ukuran 1-2 meter persegi sehingga ketika air menyurut, maka
benih ikan akan mengumpul di bagian kolam yang dalam tersebut. Benih ikan lalu
ditangkap sampai habis dan tidak ada yang ketinggalan dalam kolam. Benih ikan
tersebut semuanya disimpan dalam bak-bak penampungan yang telah disiapkan.
8.4. Pemanenan Hasil Pembesaran
Untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan
panen total. Umur ikan mas yang dipanen berkisar antara 3-4 bulan dengan berat berkisar
antara 400-600 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam,
hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan
dibuat seluas 2 meter persegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga
memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan
tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan
pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.
9. PASCAPANEN
Penanganan pascapanen ikan
mas dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
1) Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual
dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen
dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
a. Dalam pengangkutan gunakan air yang
bersuhu rendah sekitar 20 derajat
b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
c. Jumlah kepadatan ikan
dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
2) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal
yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan
jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun
pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau
fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi
es dengan suhu 6-7 derajat C. Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai)
dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5
cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul
lapisan es lagi dan eterusnya. Antara
ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup
kotak.
3) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan
benih adalah sebagai berikut:
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu
bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru
dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem
terbuka).
b. Air yang dipakai media pengangkutan harus
bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai
contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok
dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi
air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan
ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat
menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah
benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih
terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
- Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan
waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air
bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5
cm.
- Sistem tertutup
Dilakukan
untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam,
menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih
5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan
kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian
benih; (3) hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air; (3)
alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume
keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5)
kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.
Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar
0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di
tempat tujuan adalah sebagai berikut:
- Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam
waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
- Buka kantong plastik, tambahkan air bersih
yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air
dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
- Pindahkan benih ikan ke
waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2
menit.
- Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan.
Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan
pengobatan dengan etrasiklin 25 ppm
selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga gunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin
sebanyak 4% selama 3-5 menit.
- Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam
budidaya.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Analisis budidaya ikan mas koki dengan luas lahan 70 m2 (kapasitas 1000 ekor)
selama 7 bulan pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat.
1) Biaya produksi
a. Sewa dan pembuatan kolam Rp. 1.500.000,-
b. Benih ikan 1.000 ekor, @ Rp.100,- Rp. 100.000,-
c. Pakan
- Cacing rambut 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 225.000,-
- Pelet udang 10 kg @ Rp. 9.500,- Rp. 95.000,-
- Tepung jagung 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 75.000,-
- Ganti air 7 bulan x 4 x2 @ Rp. 5.000,- Rp. 140.000,-
- Tenaga kerja 28 minggu @ Rp.10.000,- Rp. 280.000,-
- Obat-oabatan Rp. 10.000,-
d. Peralatan Rp. 50.000,-
e. Lain-lain Rp. 150.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 2.625.000,-
2) Pendapatan
a. Panen I (2 bulan) 400 ekor @ Rp.1.000,- Rp. 400.000,-
b. Panen II (4 bulan) 250 ekor @ Rp. 3.000,- Rp. 750.000,-
c. Panen III ( 2 bulan) 250 ekor @ Rp. 10.000,- Rp. 2.500.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 3.650.000,-
3) Keuntungan dalam 7 bulan Rp. 1.025.000,-
a. Keuntungan per bulan Rp. 146.425,-
4) Parameter kelayakan usaha
B/C ratio 1,39
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Dengan adanya luas perairan
umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas
hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi
alam yang sangat baik bagi
pengembangan usaha perikanan di Indonesia. Disamping itu banyak potensi
pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta dalam hal
permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit dan
hama dan penanganan pasca panen, penanganan budidaya serta adanya kemudahan
dalam hal periizinan import.
Walaupun permintaan di
tingkal pasaran lokal akan ikan mas dan ikan air tawar
lainnya selalu mengalami
pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil
penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun.
Apabila pasaran lokal ikan
mas mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap harga jual baik
di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan
benih ikan mas boleh dikatakan hampir tak
ada masalah, prospeknya
cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan
faktor permintaan komoditi
perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang
usaha bisnis yang cerah.
11. DAFTAR PUSTAKA
1) DAMANA, Rahman. 1990. Pembenihan Ikan
Mas Secara Intensif dalam Sinar Tani. 2 ,Juni 1990 hal. 2
2) GUNAWAN. Mengenal Cara Pemijahan Ikan
Mas dalam Sinar Tani. 27 Agustus 1988 hal. 5
3) RUKMANA, Rahmat. 1991. Budidaya Ikan
Mas, Untungnya Bagai Menabung Emas dalam Sinar Tani. 13 Februari 1991 hal.
5
4) RUKMANA, Rahmat. 1992. Prospek Usaha
Ikan Mas Menggiurkan Dan Menguntungkan dalam Suara Karya. 18 Februari 1992
hal. 7
5) SANTOSO, Budi. 1993. Petunjuk praktis :
Budidaya ikan mas. Yogyakarta : Kanisius.
6) SUMANTADINATA, Komar. 1981. Pengembangbiakan
ikan-ikan peliharaan di Indonesia. Jakarta : Sastra Hudaya.
7) SUSENO, Djoko. 1999. Pengelolaan usaha
pembenihan ikan mas, cet. :7. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar