"Krisis terumbu karang dunia
umumnya terkait juga dengan krisis kepemerintahan, sebab kita sudah tahu apa
yang perlu dilakukan, namun aksi atau tindakan (untuk mengurangi polusi,
menekan emisi gas rumah kaca, mencegah penangkapan berlebih dan merusak) tidak
dilakukan," ujar Terry Hughes (peneliti dari Australian Research Council
Centre of Excellence for Coral Reef Studies di James Cook University).
Studi tersebut juga menyarankan agar
berbagai pemerintahan untuk melibatkan para peneliti yang memahami studi daya
lenting terumbu karang dalam pengembangan kebijakan terkait penyelamatan
terumbu karang.
Upaya yang dapat dilakukan pemerintah
adalah pemerintah sebaiknya fokus dalam pendidikan masyarakat lokal, perubahan
mekanisme tata guna lahan dalam mencegah lepasan polusi, memperkuat hukum untuk
melindungi terumbu karang, memperbaiki pengaturan penangkapan berlebih,
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan
karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut
zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa
yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu
Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara
asal-usul, Morfologi dan Fisiologi. Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan
kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu
polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang
terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel.
Habitat
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang.
Ekosistem terumbu karang sebagian besar
terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan
hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan
kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu
lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998
telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan
kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata
suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal.
Kondisi Optimum
Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang.
Beberapa terumbu karang membutuhkan
cahaya matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun
terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu karang dapat menangkap
makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena
itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat
dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya. Hewan karang sebagai pembangun utama
terumbu adalah organisme laut yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam
lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).
Fotosintesisi
Proses fotosintesis oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut
Ca(HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2
Fotosintesis oleh algae yang bersimbiosis membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan deposit cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae.
Fotosintesisi
Proses fotosintesis oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut
Ca(HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2
Fotosintesis oleh algae yang bersimbiosis membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan deposit cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae.
Manfaat
Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah :
- Pelindung
ekosistem pantai. Terumbu karang akan menahan dan memecah energi gelombang
sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.
- Rumah
bagi banyak jenis mahluk hidup di laut
- Terumbu
karang bagaikan oase di padang pasir untuk lautan. Karenanya banyak hewan
dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan, memijah,
membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya terumbu
karng mempunyai potensial perikanan yang sangat besar, baik untuk sumber
makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu karang yang
sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 500 juta orang
di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang, termasuk didalamnya
30 juta yang bergantung secara total pada terumbu karang sebagai
penhidupan.
- Sumber
obat-obatan. Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang
diperkirakan bisa menjadi obat bagi manusia. Saat ini banyak penelitian
mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati
berbagai manusia.
- Objek
wisata. Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga
meyediakan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan
sekitra 20 juta penyelam , menyelam dan menikmati terumbu karang per
tahun.
- Daerah
Penelitian. Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat
sebagai dasar pengelolaan yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis
ikan dan organisme laut serta zat-zat yang terdapat di kawasan terumbu
karang yang belum pernah diketahui manusia sehingga perlu penelitian yang
lebih intensif untuk mengetahui ‘misteri’ laut tersebut.
Sedangkan yang termasuk dalam
pemanfaatan tidak langsung adalah sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan
gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman hayati.
Kerusakan Terumbu Karang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi terumbu karang terbesar di dunia. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km2. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara pengekspor terumbu karang pertama di dunia. Dewasa ini, kerusakan terumbu karang, terutama di Indonesia meningkat secara pesat. Terumbu karang yang masih berkondisi baik hanya sekitar 6,2%. Kerusakan ini menyebabkan meluasnya tekanan pada ekosistem terumbu karang alami. Meskipun faktanya kuantitas perdagangan terumbu karang telah dibatasi oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), laju eksploitasi terumbu karang masih tinggi karena buruknya sistem penanganannya.
Beberapa aktivitas manusia yang dapat merusak terumbu karang :
- membuang
sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut
- membawa
pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu sentuhan saja
dapat membunuh terumbu karang
- pemborosan
air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula limbah air
yang dihasilkan dan dibuang ke laut.
- pengunaan
pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian tersebut dari
laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan
terbuang ke laut juga.
- Membuang
jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu
karang yang berada di bawahnya.
- terdapatnya
predator terumbu karang, seperti sejenis siput drupella.
- penambangan
- pembangunan
pemukiman
- reklamasi pantai
- polusi
- penangkapan ikan
dengan cara yang salah, seperti pemakaian bom ikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar