Jumat, 27 Mei 2016

Surimi Ikan


Surimi

Pernahkah anda mendengar tentang surimi? Walaupun tidak populer di Indonesia, produk yang awalnya berkembang dan popular di Jepang ini sudah mendunia.  Amerika Serikat adalah Negara produsen utama surimi. Apa itu surimi?  Apa saja kegunaannya?  Yuk kita berkenalan dengan surimi.
Surimi merupakan produk setengah jadi berupa protein ikan yang disimpan beku.Dua jenis surimi yang biasa diproduksi adalah mu-en surimi yaitu surimi yang dibuat tanpa penambahan garam dan ka-en surimi yaitu surimi yang dibuat dengan penambahan garam.
Produk surimi yang mutunya baik berwarna putih susu, tidak berbau dan memiliki kemampuan membentuk gel yang baik.  Bahan baku untuk menghasilkan surimi bermutu baik adalah ikan laut yang dagingnya berwarna putih, berkadar lemak rendah dan tingkat kesegaran yang tinggi.  Ikan yang digunakan dapat terdiri dari satu atau campuran dari beberapa jenis ikan. Alaska  pollock, pacific whiting, bigeye snapper, lizardfish dan mackerel adalah beberapa jenis ikan yang umum digunakan.
Untuk membuat surimi, daging ikan dilumatkan kemudian dicuci untuk menghilangkan lemak dan komponen-komponen larut air kemudian dipress untuk mengeluarkan airnya. Surimi biasanya dikemas dan disimpan beku. Kemampuan pembentukan gel dari protein ikan dapat rusak karena terjadinya denaturasi protein selama penyimpanan beku. Masalah ini dapat diatasi dengan penambahan krioprotektan ke dalam surimi. Gula dan garam adalah krioprotektan yang umum digunakan dalam proses pembuatan surimi.
Surimi dapat membentuk gel yang elastic dan kuat melalui perlakuan panas sehingga dapat diaplikasikan sebagai bahan baku untuk pembuatan aneka produk olahan gel ikan.  Beberapa contoh produk gel ikan adalah kamaboko, sosis, bakso, nugget, otak-otak, empek-empek, siomay, burger, chikuwa, ekado maupun lobster/ udang/ kepiting imitasi (tiruan). Produk olahan berbasis surimi dibuat dengan mencampurkan surimi dengan bahan-bahan lain, dicetak sesuai bentuk yang diinginkan lalu dimasak untuk memperoleh produk olahan dengan tekstur yang elastis.  Dibandingkan dengan ikan segar, penggunaan surimi dalam pembuatan produk olahan ikan dapat mempercepat proses pengolahan (lebih praktis) dan mutu produk yang dihasilkan lebih seragam.
Produk-produk olahan surimi biasanya dikemas dengan menggunakan kemasan vakum dan telah di pasteurisasi untuk membunuh mikrobapatogen yang ada di dalamnya. Dilihat dari kandungan gizinya, produk olahan surimi merupakan produk sumber protein, dan umumnya bebas lemak. Peningkatan kandungan lemak biasanya terjadi pada beberapa produk yang digoreng sebelum disajikan. (www.fiestaseafood.com)


Surimi (擂り身), atau secara harfiah berarti daging yang dilumatkan, adalah bahan makanan dari ikan yang dihaluskan hingga membentuk seperti pasta. Bahan ini biasanya dikemas plastik dan dalam keadaan beku, untuk kemudian dilelehkan dan diolah menjadi makanan jadi.
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/68/TubOfSurimi.jpg/220px-TubOfSurimi.jpg
Pasta surimi di dalam mangkuk
Dengan sifatnya yang fleksibel dan netral, surimi bisa dibentuk menjadi berbagai imitasi makanan laut. Karena dibuat dari daging ikan yang bisa didapatkan dalam jumlah besar, crab stick imitasi yang dibuat dari surimi bisa menjadi alternatif yang lebih murah dari lobster atau kepiting asli. Selain itu, surimi juga cenderung memiliki hasil yang seragam, sehingga lebih disukai dalam produksi massal kamoboko dibanding daging ikan asli.[1]

Bahan baku
Secara teknis, seluruh ikan bisa dibuat menjadi surimi. Namun biasanya surimi dibuat dari daging ikan yang berwarna putih.[2] Di seluruh dunia, ikan yang biasanya dipakai adalah Alaska pollock, namun akibat penangkapan berlebihan, populasi ikan ini telah jauh berkurang sehingga mulai banyak dikembangkan alternatif lain.[3]
Pengolahan surimi melibatkan air, garam atau polifosfat (tergantung jenis surimi yang dibuat), MSG, krioprotektan yang melindungi protein dari denaturisasi, dan gula. Untuk memperbaiki sifat tidak elastis dari beberapa jenis daging ikan, bisa pula terjadi penambahan protein nabati atau jenis ikan lain seperti cumi-cumi. Sementara untuk daging ikan tinggi lemak, dilakukan pencucian dengan NaHCO3.[4]
Proses pembuatan
Secara umum proses pembuatan surimi adalah pencucian, penggilingan, pengemasan, dan pembekuan. Pembuatan surimi dimulai dengan memisahkan daging ikan dari seluruh tulang dan kulit, untuk kemudian digiling dan ditambahkan es batu untuk menjaga suhu adonan. Setelah halus, adonan ini dicuci sehingga hanya proteinnya yang tersisa. Kemudian sukrosa, garam atau polifosfat (tergantung apakah ingin membuat surimi bebas garam atau tidak), kemudian dibungkus dan dibekukan hingga suhu -33 derajat Celcius. Kemudian surimi disimpan di suhu -22 derajat Celcius.[4]
Untuk produk lanjutan seperti kamaboko, dilakukan penambahan pati seperti tepung tapioka.[4]
Rasa
Surimi dalam bentuk pasta sebenarnya tidak memiliki rasa, berwarna putih, kental, dan kenyal. Surimi yang baik biasanya tidak memiliki bau berlebihan. Dalam pengolahan menjadi makanan laut tiruan, maka pewarna, perasa dan aroma ditambahkan untuk bisa mendekati tiruannya.[5]
Penyimpanan
Surimi biasanya disimpan di suhu rendah, hingga -22 derajat Celcius. Untuk menghindari danaturasi protein, biasanya telah ditambahkan dengan gula atau sodium tripolifosfat. Bahan ini juga disimpan dalam kantong plastik sebagai pelindung. Dengan dikemas beku, memudahkan dan mengefisienkan proses transportasi. Saat surimi akan digunakan, dilakukan pelelehan.
Namun perubahan kualitas surimi tetap terjadi walaupun telah dibekukan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh metode pembekuan, kestabilan suhu saat penyimpanan, serta jenis cyroprotectant yang ditambahkan. Hal ini bisa dilihat dari perubahan kekuatan gel, kemampuan daya ikat air, dan derajat putih dari suatu surimi.
Berdasarkan SNI, uji yang dilakukan untuk mengetahui kualitas surimi antara lain organoleptik, cemaran mikroba, cemaran kimia, dan fisika. Selain itu, dikenal uji lipat, uji gigit, dan texture analyzer untuk mengukur kualitas surimi.[6]
Nutrisi
Surimi sebenarnya hanya mengandung 40 hingga 45 persen daging ikan[7] sehingga walaupun mengandung kalori yang hampir sebanding dengan daging tuna, 99 kalori per 100 gram penyajian, namun lebih sedikit protein, yaitu 15 persen dari berat keseluruhan, lemak setara sekitar 1 persen dari berat, dan karbohidrat lebih tinggi, 7 persen dari berat.[8]
Protein yang terdapat dalam daging ikan, bahan utama dari surimi, adalah miofibril, sarkoplasma, dan protein stroma. Protein di dalam daging ikan didominasi oleh protein miofibrol yang terdiri dari miosin, aktin dan aktomiosin. Namun yang bertanggung jawab terhadap sifat mirip gel pada kamaboko adalah protein miofibril. Sementara sisanya adalah protein stroma pembentuk jaringan ikat yang terdiri dari kolagen dan elastin.[4]
Yang perlu diperhatikan adalah penambahan garam dalam proses pembuatan beberapa jenis makanan laut tiruan, sehingga sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan oleh yang mengalami masalah kesehatan, misalnya hipertensi. Dalam keadaan ini, surimi bebas garam bisa menjadi alternatif.
Produk akhir
Dengan sifatnya yang netral dan fleksibel, surimi bisa diolah menjadi berbagai macam produk akhir seperti gel ikan (kamaboko), sosis ikan, crab stick, nugget ikan, ham ikan, dan lainnya. Indonesia sebenarnya memiliki bentuk lain dari kamaboko, seperti mpek-mpek, otak-otak, dan bakso ikan.[4]
Varian
Surimi juga bisa dibuat dari daging sapi menjadi bola daging, yang di Indonesia dikenal dengan nama bakso. Daging surimi juga bisa dicampur dengan tendon menjadi bakso urat. Bakso ini bisa ditemui di masakan Cina, hot pot, atau Vietnam, dalam bentuk Pho.
Surimi babi juga dikenal di masakan Cina, dengan bahan baku daging babi. Namun jenis surimi ini jarang ditemui di luar Cina, bahkan di Jepang dan negara barat. Surimi babi dibentuk menjadi bola daging babi, atau gòng wán (貢丸), yang lebih halus dan padat. Surimi babi juga bisa dicampur dengan tepung dan air, untuk membuat "yèn pí" (燕皮) yang sifatnya mirip dengan ikan.[9]
Varian lainnya adalah surimi kalkun, yang dibuat menjadi burger, sosis, pastrami, dan salami kalkun.[10]
Produksi Surimi
Walaupun aslinya berasal dari Jepang, namun setelah tahun 2000, produsen terbesar di seluruh dunia adalah Amerika Serikat. Pada tahun 2010, posisi ini mulai terkejar oleh Cina, Vietnam, dan Thailand.[11]
Indonesia, dengan wilayah lautnya, juga ikut memproduksi surimi yang banyak dikonsumsi oleh warga Malaysia, Singapura, dan kini sedang dikembangkan pasar ke Jepang dan Hongkong. Kapasitas terpasang industri surimi Indonesia pada tahun 2008 adalah 16,5 ton.[12]
Dampak lingkungan
Sebenarnya, jika dihasilkan dari daging ikan yang dipelihara, bukan ditangkap dari alam liar, surimi membantu mengurangi dampak penangkapan kepiting berlebihan serta menjadi pilihan yang lebih baik karena mengandung sedikit merkuri. Namun kenyataannya, eksploitasi berlebihan telah mengancam populasi Alaska pollock yang mendominasi 50 persen bahan baku surimi di seluruh dunia. Penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 1970an telah memperlihatkan telah jauh berkurangnya ikan ini di perairan.[3]
Usaha menangkap Alaska pollock dalam jumlah berlebihan juga membuat salmon, yang hidup di habitat yang sama, ikut terganggu. Pemangsa alami ikan ini, seperti anjing laut dan singa laut juga terpengaruh.[12]
Di Indonesia, surimi masih memanfaatkan ikan tangkapan. Namun mulai dikembangkan pula surimi dari ikan peliharaan serta ikan air tawar. Namun hal ini lebih kepada upaya agar pasokan ikan bagi industri surimi bisa stabil


Selasa, 24 Mei 2016

Plankton dalam Budidaya Udang


Plankton, Lumut dan Klekap dalam Budidaya Udang

Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.
Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan
dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.
Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu.
Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang, kerang, dan ikan paus. (www.wikipedia.org/wiki/Plankton)
a. Fitoplankton
Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang dilaut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200µm (1 µm = 0,001mm). fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai.
Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air laut.
Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organic makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organic karena mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini fitoplankton disebut sebagai primer producer.
Bahan organik yang diproduksi fitoplankton menjadi sumber energi untuk menjalan segala fungsi faalnya. Tetapi, disamping itu energi yang terkandung didalam fitoplankton dialirkan melalui rantai makanan. Seluruh hewan laut seperti udang, ikan, cumi – cumi sampai ikan paus yang berukuran raksasa bergantung pada fitoplankton baik secara langsung atau tidak langsung melalui rantai makanan.

b. Zooplankton
Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consemer) bahan organik. konsumen (consumer)bahan organik.
Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain: kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod (amphipod), kaetognat (chaetognath). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke perairan kutub.
Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa terlur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos.


Suatu  hal yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam budidaya udang, adalah pengelolaan kualitas air tambak. Seorang bididayawan belum dapat dikatakan mengerti tentang budidaya udang apabila belum mampu mengelola kualitas air tambaknya. mengelola kualitas air tambak dalam konteks ini, maksudnya ialah menjaga semua parameter kualitas air yang dipantau selalu berada dalam kisaran yang dianjurkan, yakni DO minimal 4 ppm (pagi) dan maksimal 12 ppm (siang), pH 7,5 - 8,0 (pagi) dan 8,0 - 8,5 (siang), salinitas 12 - 25 ppt, alkalinitas 120 - 150 ppm, kecerahan 30 - 70 cm (tergantung pada umur udang), ammonia bebas maksimal 0,1 ppm, ketinggian air 120 cm dan jenis plankton yang diharapkan Chlorophyta dan Diatomae, sementara Blue Green Algae (BGA) harus di bawah 10 % dan Dinoflagellata harus di bawah 5 %.
Pada awal masa budidaya, hal yang sulit dikendalikan adalah "kecerahan", karena pada saat itu input (nutrisi yang diperlukan oleh plankton untuk berkembang biak) yang masuk berupa pupuk organik (fermentasi super NB), pupuk anorganik (urea, TSP), maupun pakan pellet masih sedikit jumlahnya. Sehingga nutrisi yang diperlukan oleh plankton untuk berkembang biak belum mencukupi, yang berakibat pada lambatnya perkembangbiakan plankton dalam tambak dan kecerahan air tetap tinggi. Masalah yang biasa timbul pada kondisi kecerahan air tambak yang masih tinggi adalah timbulnya "lumut" dan "klekap".
Lumut 
Lumut merupakan tumbuhan berklorofil yang melakukan aktivitas fotosintesis dan tumbuh sampai kedalaman tertentu, dimana intensitas cahaya matahari masih bisa digunakan untuk aktivitas fotosintesis. Bila kecerahan air tambak tembus sampai dasar, maka lumut akan tumbuh dengan subur di dasar tambak, menyebabkan plastik dasar tambak menjadi licin dan kotor.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnOClhQfnZoHtkt5lEbuuoFU4WANpLMR_57U8JMsod6EWh8ycqsIZMaMSUsQhmMmmgz9j7ZmtyohM2EaLL8ZsirtJm59m4nxFZhxE-3Mi7D2DiIO5400BWjWfVVPkfpLH7WANzX_NEJKGP/s320/zoothamnium.jpg
Keberadaan lumut (filamentous algae) pada dinding tambak menyebabkan dinding tambak tersebut tampak kotor, karena lumut ini memerangkap kotoran - kotoran seperti partikel lumpur, plankton yang telah mati dan zat padat tersuspensi. Akibatnya protozoa (Zoothamnium, Epistylis) akan bersarang dengan nyaman di dinding tambak. Sedangkan kondisi udang pada tambak - tambak yang dindingnya berlumut dan kotor, terutama pada bagian abdomen (perut) dan kaki renang. Bila protozoa yang bersemayam di sela - sela lumut sampai masuk ke dalam insang akan menyebabkan aktivitas respirasi udang dan metabolisme akan terganggu, yang menyebabkan nafsu makan udang menurun. Bila hal itu terjadi, pertumbuhan akan terhambat dan udang menjadi kropos.
Cara Mengatasi Lumut
Ada beberapa cara yang efektif untuk mengatasi lumut di tambak :

Pertama : perbaiki kualitas air dengan menumbuhkan plankton agar kecerahan air sesuai dengan standar yang ditetapkan, yaitu 30 - 70 cm. Bila matahari tidak bisa menjangkau tempat tumbuhnya lumut, lumut itu akan mati karena tidak bisa melakukan aktivitas fotosintesis.

Kedua : gosoklah dinding tambak dengan menggunakan sikat ijuk atau peralatan lain agar lumut hilang dan mati, sehingga tidak ada tempat singgah bagi protozoa.
Klekap
Klekap merupakan suatu kumpulan beberapa jenis algae yang membentuk suatu anyaman, yang satu sama lainnya dilekatkan oleh suatu substansi seperti lendir. Anyaman tersebut membentuk suatu lembaran berwarna coklat, coklat kehijauan, hijau kekuningan, sampai hijau kebiruan, tergantung pada jenis dan persentase algae penyusunnya.
Algae penyusun klekap terdiri dari BGA (Oscillatoria, Phormidium, Lyngbya, Spirulina), Diatomae (Navicula, Nitzschia, Amphora, Pleurosigma), Protozoa (Zoothamnium, Vorticella, Epistylis, Acineta),   bakteri, Rotifera, cacing dan sebagainya.
Klekap yang sebagian penyusunnya adalah BGA akan berwarna hijau kebiruan dengan bentuk lembaran lebar dan kompak. Tapi, bila penyusunnya dari golongan Diatomae yang dominan, maka bentuknya lembaran kecil - kecil, mudah terpisah dan berwarna kecoklatan.
Mengapa Tumbuh Klekap
Klekap bisa tumbuh pada dinding tambak atau dasar tambak. Sebagian besar penyusun klekap merupakan algae yang mempunyai klorofil, yang mampu melaksanakan fotosintesis dengan adanya cahaya matahari. Bila kecerahan air tambak masih tinggi dan cahaya matahari bisa mencapai dasar tambak, menyebabkan algae yang hidup di dasar tambak tumbuh dengan pesat, membentuk suatu anyaman yang satu sama lainnya dilekatkan oleh lendir. Algae ini akan berkembang dan menutupi dasar tambak, sehingga pertukaran gas dan nutrien antara air pada permukaan atas anyaman algae (klekap) dengan endapan lumpur di bawahnya menjadi sangat berkurang. Hal ini menimbulkan suatu keadaan anaerobik pada endapan lumpur di bawah lapisan klekap.
Gas - gas seperti ammonia (NH3) dan hidrogen sulfida (H2S) yang dihasilkan dari penguraian bahan -bahan organik dalam kondisi anaerob, terperangkap di bawah lapisan klekap dalam konsentrasi tinggi. Dan pada permukaan atas klekap juga terbentuk gelembung - gelembung gas oksigen sebagai hasilfotosintesis. Adanya dorongan gas dari bawah dan terbentuknya gelembung - gelembung gas oksigen pada permukaan klekap, menyebabkan klekap terdorong ke atas dan muncul di permukaan air, gas - gas beracun yang terperangkap di bawah klekap juga terbebaskan ke air. Hal ini bisa menimbulkan kematian pada udang, baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui infeksi penyakit.
Klekap yang muncul di permukaan air, bila tidak segera diangkat akan tenggelam kembali ke dasar tambak. Karena gelembung - gelembung gas yang terbentuk pada permukaan klekap akan memuai karena terkena panas matahari dan akhirnya pecah. Sehingga tidak sanggup lagi menyangga klekap untuk tetap berada di permukaan air. Klekap yang tenggelam ke dasar tambak tidak akan muncul lagi ke permukaan air, karena klekap tersebut akan segera mengalami proses pembusukan (dekomposisi) anaerobik. Sedangkan pada proses pembusukan anaerob dibebaskan gas - gas ammonia (NH3) dan hidrogen sulfida (H2S), serta lumpur hasil dekomposisi berwarna hitam yang berbau busuk.

Bila klekap sudah tenggelam di dasar tambak dan membentuk lumpur hitam, sebaiknya segera dilakukan penyiponan (pembersihan dasar tambak) agar tidak timbul masalah yang lebih besar, seperti survival rate (SR = angka kelulushidupan) udang yang rendah, pertumbuhan lambat, udang kotor dan infeksi pada udang.

Bagaimana Mencegah Klekap?

Klekap tidak akan muncul bila sinar matahari tidak mencapai dasar tambak. Karena itu perlu ditumbuhkan plankton dengan cara melakukan sirkulasi air atau penggantian air, dan dilanjutkan dengan pemupukan. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada kondisi masing - masig tambak. Pemberian pupuk sebaiknya dilakukan pada saat ada sinar matahari, agar pupuk bisa dimanfaatkan dengan baik oleh plankton.


Jumat, 20 Mei 2016

Mengenal Terumbu Karang


"Krisis terumbu karang dunia umumnya terkait juga dengan krisis kepemerintahan, sebab kita sudah tahu apa yang perlu dilakukan, namun aksi atau tindakan (untuk mengurangi polusi, menekan emisi gas rumah kaca, mencegah penangkapan berlebih dan merusak) tidak dilakukan," ujar Terry Hughes (peneliti dari Australian Research Council Centre of Excellence for Coral Reef Studies di James Cook University).
Studi tersebut juga menyarankan agar berbagai pemerintahan untuk melibatkan para peneliti yang memahami studi daya lenting terumbu karang dalam pengembangan kebijakan terkait penyelamatan terumbu karang.
Upaya yang dapat dilakukan pemerintah adalah pemerintah sebaiknya fokus dalam pendidikan masyarakat lokal, perubahan mekanisme tata guna lahan dalam mencegah lepasan polusi, memperkuat hukum untuk melindungi terumbu karang, memperbaiki pengaturan penangkapan berlebih,
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi. Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel.

Habitat
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang.
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal.


Kondisi Optimum

Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang.
Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya. Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).

Fotosintesisi
Proses fotosintesis oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut
Ca(HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2
Fotosintesis oleh algae yang bersimbiosis membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan deposit cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae.


Manfaat
Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah :
  • Pelindung ekosistem pantai. Terumbu karang akan menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.
  • Rumah bagi banyak jenis mahluk hidup di laut

  • Terumbu karang bagaikan oase di padang pasir untuk lautan. Karenanya banyak hewan dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan, memijah, membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya terumbu karng mempunyai potensial perikanan yang sangat besar, baik untuk sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 500 juta orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang, termasuk didalamnya 30 juta yang bergantung secara total  pada terumbu karang sebagai penhidupan.
  • Sumber obat-obatan. Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa menjadi obat bagi manusia. Saat ini banyak penelitian mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai manusia.
  • Objek wisata. Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga meyediakan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan sekitra 20 juta penyelam , menyelam dan menikmati terumbu karang per tahun.
  • Daerah Penelitian. Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar pengelolaan yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme laut serta zat-zat yang terdapat di kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui manusia sehingga perlu penelitian yang lebih intensif untuk mengetahui ‘misteri’ laut tersebut.
Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman hayati.

Kerusakan Terumbu Karang

Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi terumbu karang terbesar di dunia. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km2. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara pengekspor terumbu karang pertama di dunia. Dewasa ini, kerusakan terumbu karang, terutama di Indonesia meningkat secara pesat. Terumbu karang yang masih berkondisi baik hanya sekitar 6,2%. Kerusakan ini menyebabkan meluasnya tekanan pada ekosistem terumbu karang alami. Meskipun faktanya kuantitas perdagangan terumbu karang telah dibatasi oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), laju eksploitasi terumbu karang masih tinggi karena buruknya sistem penanganannya.

Beberapa aktivitas manusia yang dapat merusak terumbu karang :
  • membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut
  • membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang
  • pemborosan air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula limbah air yang dihasilkan dan dibuang ke laut.
  • pengunaan pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian tersebut dari laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan terbuang ke laut juga.
  • Membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada di bawahnya.
  • terdapatnya predator terumbu karang, seperti sejenis siput drupella.
  • penambangan
  • pembangunan pemukiman
  • reklamasi pantai
  • polusi
  • penangkapan ikan dengan cara yang salah, seperti pemakaian bom ikan

Kamis, 12 Mei 2016

Penangkapan Ikan


  
Penangkapan ikan atau Perikanan tangkap, berbeda dengan perikanan budi daya, adalah usaha penangkapan ikan dan organisme air lainnya di alam liar (laut, sungai, danau, dan badan air lainnya). Kehidupan organisme air di alam liar dan faktor-faktornya (biotik dan abiotik) tidak dikendalikan secara sengaja oleh manusia. Perikanan tangkap sebagian besar dilakukan di laut, terutama di sekitar pantai dan landasan kontinen. Perikanan tangkap juga ada di danau dan sungai. Masalah yang mengemuka di dalam perikanan tangkap adalah penangkapan ikan berlebih dan polusi laut. Sejumlah spesies mengalami penurunan populasi dalam jumlah yang signifikan dan berada dalam ancaman punah. Hal ini mengakibatkan jumlah tangkapan ikan di alam liar dapat mengalami penurunan secara umum.
Berlawanan dengan perikanan tangkap, perikanan budi daya dioperasikan di daratan menggunakan kolam air atau tangki, dan di badan air yang terpagari sehingga organisme air yang dipelihara tidak lepas ke alam liar. Budi daya perikanan meniru sistem yang terdapat di alam untuk membiakan dan membesarkan ikan. Meski perikanan budi daya terus berkembang, namun sumber ikan utama yang dikonsumsi manusia masih didapatkan dari perikanan tangkap, bahkan sumber protein utama yang didapatkan dari alam liar.
 Berdasarkan data FAO, hasil tangkapan dunia oleh perikanan komersial pada tahun 2010 mencapai 88.6 juta ton dan 0.9 juta ton berupa tanaman air (rumput laut, dan sebagainya). Jumlah ini bisa dibedakan dengan 59.9 juta ton 19.0 juta ton tanaman air yang dihasilkan budi daya perairan.[1]
Faktor yang mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi perikanan tangkap antara lain:
Topografi laut
Produktivitas perikanan tangkap sebagian besar masih ditentukan oleh topografi laut, termasuk interaksinya dengan arus laut dan tingkat pencahayaan sinar matahari pada kedalaman tertentu. Topografi laut dibentuk dengan berbagai jenis pantai, delta sungai, landasan benua, terumbu karang, dan ciri khas laut dalam seperti palung dan punggung laut.
Arus laut
Arus laut adalah pergerakan air laut yang terarah dan kontinu. Arus laut adalah aliran air yang bergerak karena gaya yang bekerja pada air seperti rotasi bumi, angin, perbedaan temperatur dan kadar garam, dan gravitasi bulan. Kontur dasar laut dan garis pantai juga mempengaruhi arah dan kekuatan arus laut.
Biomassa
Di lautan, rantai makanan umumnya mengikuti pola:
Fitoplankton → zooplankton → zooplankton predator → hewan penyaring → ikan predator
Fitoplankton adalah produsen utama dalam rantai makanan, yang mengubah karbon menjadi biomassa dengan bantuan sinar matahari. Fitoplankton dikonsumsi zooplankton yang merupakan tingkat kedua dari rantai makanan, termasuk krill, larva ikan, cumi, lobster, dan kepiting juga crustacea kecil lainnya seperti copepod. Zooplankton dikonsumsi oleh zooplankton lain dan hewan penyaring (ikan kecil, porifera, timun laut, dan sebagainya). Setelah itu, mereka dikonsumsi oleh tingkatan yang lebih tinggi, seperti ikan predator (salmon dan sebagainya) maupun mamalian air lain seperti singa laut. Namun hewan besar seperti ikan paus memangsa plankton secara langsung.
Perairan dekat pantai
  • Estuari adalah badan air dekat pantai di mana satu atau lebih sungai terhubung dengan laut melalui estuari.[2] Estuari seringkali dikaitkan dengan laju produktivitas biologis yang tinggi. Estuari hampir tidak merasakan efek polusi yang berasal dari lautan namun menerima dampak terbesar dari polusi yang terjadi di sungai.[3][4]
  • Laguna adalah badan air asin atau air payau yang relatif dangkal, terpisah dari laut yang dalam oleh karakteristik geologi seperti gosong pasir, terumbu karang, dan sebagainya. Laguna dihidupi oleh nutrisi dari laut. Laguna yang dihidupi oleh nutrisi dari sungai disebut estuari.
  • Zona pasang surut adalah bagian dari laut yang terpapar udara ketika air surut dan tenggelam ketika pasang tinggi. Area ini bisa beruba habitat dengan berbagai jenis, dari bebatuan terjal, pantai berpasir, hingga lapisan lumpur. Bentuk dan luas zona ini bervariasi.
  • Zona litoral adalah bagian dari laut yang terdekat dengan garis pantai. Istilah litoral berasal dari bahasa latin, litoralis yang berarti "pantai laut"[5] Definisi dari zona litoral menurut Encyclopædia Britannica adalah "bentang alam ekologi laut yang mengalami efek ombak pasang surut dengan kedalaman antara lima higga sepuluh meter di bawah titik terendah permukaan laut ketika surut."[6]
  • Zona neritik adalah bagian dari laut yang melebar dari zona litoral sampai ke landasan benua.[7] Zona neritik atau zona sublitoral relatif dangkal, dengan kedalaman mencapai 200 meter dan umumnya merupakan perairan yang memiliki kandungan oksigen yang cukup, tekanan yang rendah, dan temperatur dan kadar garam yang relatif stabil. Pada zona neritik cahaya dapat menembus dengan baik sehingga terdapat kehidupan fotosintetik seperti fitoplankton dan sargassum yang mengapung,[8] menjadikan zona neritik lokasi di mana mayoritas kehidupan laut berada.
Terumbu karang
Terumbu karang adakah struktur aragonite yang diproduksi oleh organisme hidup, berada di perairan tropis dangkal dengan sedikit nutrisi di dalam air. Aliran dari sungai yang mengandung sisa pupuk pertanian mengangung nutrisi tinggi dan dapat merusak terumbu karang karena mempercepat pertumbuhan alga yang menempel di terumbu karang.[9] Terumbu karang dapat ditemukan di perairan beriklim sedang dan tropis, namun terumbu karang umumnya diterbentuk di zona antara 30°N hingga 30°S dari ekuator. Terumbu karang merupakan tempat pembiakan alami bagi organisme laut
Efek penangkapan ikan
Penghancuran habitat
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dampak lingkungan dari penangkapan ikan
Jaring ikan yang hilang atau ditinggalkan di laut oleh nelayan disebut dengan jaring hantu, dan dapat menjerat ikan, lumba-lumba, penyu, hiu, hingga burung laut yang mencari makan dengan menyelam. Jaring ini berperilaku seperti ketika ia dibuat, yaitu menahan pergerakan hewan yang tertangkap, sehingga dapat menyebabkan kelaparan, luka, hingga sesak nafas bagi hewan air yang membutuhkan udara.[10]
Penangkapan ikan berlebih
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penangkapan ikan berlebih
Contoh penangkapan ikan berlebih dan dampaknya:
  • Di pantai timur Amerika Serikat, ketersediaan simping telah berkurang akibat tingginya populasi Batoidea. Hal ini disebabkan oleh penangkapan ikan hiu berlebih, yang merupakan predator alami Batoidea. Hal ini menyebabkan Batoidea dapat memangsa simping dengan leluasa.
  • Di Teluk Chesapeake populasi tiram pernah mencapai jumlah yang sangat banyak dan mereka menyaring nutrisi berlebih dari sungai yang bermuara ke teluk tersebut. Sekarang dengan jumlah tiram yang semakin sedikit, aktivitas penyaringan alami menjadi terhambat sehingga menyebabkan tumpukan sedimen, nutrisi, dan alga menjadi masalah di perairan setempat.[11]
  • Pada tahun 2006, pemerintah Australia menuduh Jepang telah mengambil ikan tuna Thunnus maccoyii dengan mengambil hingga 20000 ton per tahun dari yang disetujui sebanyak 6000 ton. Hal ini menyebabkan ikan tuna Thunnus maccoyii berada pada status kritis.[12][13][14]
Hilangnya keanekaragaman hayati
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Keanekaragaman hayati
Setiap spesies di ekosistem memiliki pengaruh atau dipengaruhi oleh spesies lain dalam ekosistem tersebut. Hanya terdapat sedikit sekali hubungan antara predator dan mangsa yang tunggal. Kebanyakan memakan, atau dimakan oleh, lebih dari satu spesies. Hubungan mereka dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dalam banyak kasus, jika satu spesies dihilangkan dari ekosistem, maka spesies lain akan terpengaruh.
Keanekaragaman spesies adalah kontribusi utama dalam menjaga stabilitas ekosistem. Ketika suatu organisme mengeksploitasi berbagai jenis sumber daya cenderung memiliki dampak yang kecil. Namun organisme yang hanya mengeksploitasi jenis sumber daya yang terbatas akan memiliki dampak yang kuat.
Spesies yang terancam
Standar dunia mengenai pencatatan spesies laut yang spesies adalah IUCN Red List of Threatened Species.[15] Daftar ini adalah dasar dari prioritas konservasi kelautan di dunia. Satu spesies terdaftar dalam kategori jika diperhitungkan dalam kondisi kritis, terancam, atau rentan. Kategori lainnya seperti hampir terancam dan kekurangan data.
Spesies laut
Hingga tahun 2008, IUCN telah menilai sebanyak 3000 spesies laut. Hal ini termasuk penilaian spesies dalam kategori Elasmobranchii (hiu dan pari), kerapu, terumbu karang, penyu, burung laut, dan mamalia laut. Hampir seperempat dari kelompok tersebut dikategorikan terancam.[16]
Kelompok
17%
13%
47%
12%
14%
30%
845
27%
20%
17%
25%
27%
7
86%
  • Elasmobranchii seperti hiu dan pari adalah ikan air dalam yang membuat mereka sulit untuk dipelajari di alam liar. Tidak banyak diketahui tentang ekologi dan status populasi mereka. Kebanyakan informasi dari mereka datang dari spesies yang ditangkap nelayan secara sengaja maupun tidak disengaja. Banyak dari spesies tersebut merupakan hewan yang tumbuh dengan lambat dan tidak dapat mengembalikan jumlah mereka akibat penangkapan ikan berlebih yang terjadi di seluruh dunia.
  • Kerapu terancam karena penangkapan ikan berlebih, terutama karena ikan yang ditangkap merupakan ikan yang siap bertelur dan ikan yang terlalu muda.
  • Terumbu karang terancam karena pemutihan karang yang terkait dengan meningkatnya temperatur laut. Ancaman lainnya yaitu pembangunan di sekitar pantai, ekstraksi terumbu karang, dan sedimentasi polusi.
  • Burung laut sering tertangkap kail nelayan karena mencuri ikan yang telah tertangkap. Ancaman lainnya yaitu jaring ikan di mana mereka terperangkap ketika menyelam mencari ikan, dan tumpahan minyak.
  • Penyu, terutama telur mereka, terancam pembangunan pantai, penambangan pasir, dan aktivitas manusia yang memburu telur penyu Di laut, penyu menjadi sasaran pemancingan, menjadi tangkapan sampingan nelayan, dan jaring hantu.
IUCN pada tahun 2012 melakukan penilaian terhadap 17000 spesies laut. Penilaian mencakup spesies yang berada di perairan hutan bakau dan yang mendiami terumbu karang dan rumput laut, serta invertebrata penting seperti mollusc dan echinodermata.[16]
Spesies air tawar
Perikanan air tawar memiliki keragaman spesies yang kurang seimbang jika dibandingkan dengan luasnya ekosistem mereka. Air tawar merupakan rumah bagi seperempat spesies ikan meski luas perairan air tawar hanya 1% dari luas permukaan dunia. [16] Pembangunan industri dan pertanian memberikan tekanan bagi ekosistem air tawar. Air mulai tercemar atau diekstraksi dalam jumlah besar. Rawa-rawa mulai dikeringkan, sungai dibelokkan arusnya, dan hutan dihilangkan sehingga meningkatkan erosi dan sedimentasi sungai. Spesies invasif juga dipaparkan ke ekosistem air tawar.
Pada tahun 2008, IUCN telah menilan sebanyak 6000 spesies air tawar dan sebanyak 21000 masih dalam proses. Namun dari data yang telah dihasilkan, secara global spesies air tawar banyak yang terancam, dan mungkin lebih terancam dari spesies laut.[17)

Referensi
1.      ^ a b c d FishStat database
2.      ^ Pritchard, D. W. (1967) What is an estuary: physical viewpoint. p. 3–5 in: G. H. Lauf (ed.) Estuaries, A.A.A.S. Publ. No. 83, Washington, D.C.
3.      ^ G.Branch, Estuarine vulnerability and ecological impacts, TREE vol. 14, no. 12 Dec. 1999
5.      ^ Littoral (2008). Merriam-Webster Online Dictionary. Retrieved 13 August 2008
6.      ^ Encyclopaedia Britannica (2008) Littoral zone
7.      ^ Neritic zone Webster's New Millennium Dictionary of English, Preview Edition (v 0.9.7). Lexico Publishing Group, LLC. Accessed: 12 August 2008.
9.      ^ "Corals reveal impact of land use". ARC Centre of Excellence for Coral Reef Studies. Diakses tanggal 2007-07-12.
10.  ^ "'Ghost fishing' killing seabirds". BBC News. 28 June 2007. Diakses tanggal 2008-04-01.
11.  ^ "Oyster Reefs: Ecological importance". US National Oceanic and Atmospheric Administration. Diakses tanggal 2008-01-16.
12.  ^ Japan warned tuna stocks face extinction Justin McCurry, guardian.co.uk, Monday January 22, 2007. Retrieved 2008-04-02.
14.  ^ IHT.com
18.   Sumber :  id.wikipedia.org

DEMONSTRASI CARA BUDIDAYA CACING SUTERA DESA WUWUR KECAMATAN GABUS Oleh : Riyanto, SP

DEMONSTRASI   CARA BUDIDAYA CACING SUTERA DESA WUWUR KECAMATAN GABUS Oleh : Riyanto, SP BUDIDAYA CACING SUTERA Pendahu...